Mobil Techi berhenti di dalam garasi. Begitu sudah memastikan mobilnya aman, Techi berjalan ke rumahnya. Dibukanya pintu rumah, tapi hanya ada kesunyian. Techi melirik jam tangannya.
"Pantas saja" gumam Techi.
Ia masuk kedalam rumah. Sebelum ke kamar Techi pergi ke dapur terlebih dahulu. Lembur membuatnya haus.
Techi meneguk air minum. Hampir saja ia tersedak karena sepasang tangan melingkar di perutnya.
"Neru kau mengagetkan ku saja" kaget Techi sambil melirik Neru yang menompang dagunya di bahu Techi.
"Kau baru pulang?"
"Menurutmu?"
Karena kesal dengan jawaban Techi, Neru mendorong bahu Techi dengan kasar. Jika saja keseimbangan Techi buruk maka ia akan tersungkur kelantai.
Techi menatap Neru kesal "Apa?" tantang Neru.
"Dasar"
Hanya kata itu saja yang bisa Techi ucapkan. Neru semakin kesal dengan Techi. Entah kenapa sifat Techi yang sekarang lebih parah dari pas mereka pacaran dulu.
"Kau mau kemana?" tanya Techi melihat Neru yang menghentakan kaki kesal.
Neru menoleh "Menurutmu?" Neru membalikkan kata yang Techi ucapkan tadi. Setelah itu Neru kembali menaiki tangga. Techi yang mendapat respon dari Neru hanya tersenyum tipis.
Techi meletakan gelas yang berada ditangannya dan menyusul Neru yang sudah di kamar.
***
Brak
"Astaga"
Karin mengangkat kepalanya karena kaget mendengar suara gebrakan meja. Dan itu mejanya sendiri. Ia menatap kesal sang pelaku. Sedangkan sang pelaku hanya memasang senyum tanpa dosa.
"Kau ini"
"Maaf maaf" ujar Ten sambil terkekeh.
"Tumben sekali kau datang cepat"
Karin menutup mulutnya yang menguap "Aku...entahlah. Aku juga tidak tahu kenapa bisa datang secepat ini" balas Karin.
Ten yang tak puas dengan jawaban Karin pun menyudutkannya "Pasti ingin bertemu dengan Hono ya. Cieee"
"Eh benarkah. Kau menyukai Hono" Hikaru ikut menimbrung.
"Gak ya" ujar Karin tak santai.
"Halah pasti benar. Kalo tidak mana mungkin kau mau datang pagi-pagi begini" Ten kembali menyudutkan Karin lagi.
"Eh itu Hono"
Mendengar kata Hikaru, Karin pun menatap kesana kemari "Mana. Mana" tanyanya.
"Cie nyariin ya" Hikaru juga ikut menggoda Karin.
"Kalian..."
Ucapan Karin terhenti begitu melihat Hono yang masuk kedalam kelas. Lalu tatapan mereka bertemu. Sama seperti sebelumnya, Hono tetap memberikan tatapan tak suka ke Karin. Tapi begitu yang menatap Ten dan Hikaru, Hono memberikan senyum ramah.
"Dasar" dengus Karin kesal.
Hikaru dan Ten menertawakan Karin yang tidak di notice oleh Hono.
"Aduh kasihannya" ucap Ten sok iba.
"Berisik"
***
Karin berdiri dari kursi nya membuat kedua temannya menatapnya.
"Apa?"
"Tidak ada" jawab keduanya berbarengan.
Karin kembali berjalan tapi baru akan menginjakkan kakinya di luar kelas. Tiba-tiba saja ia mendengar suara yang harus ia hindari.
"Karin"
Karin menoleh "Kan benar"
Ia mempercepat langkahnya untuk menghindari gadis yang berada dibelakangnya itu. Gadis itu yang begitu terobsesi dengan Karin. Berapa kalipun Karin menolaknya, gadis itu tetap bersikukuh untuk mendekatinya. Siapa lagi kalo bukan Matsudaira Riko yang biasa dipanggil Rikopi.
Awalnya Karin berjalan cepat, malah jadi berlari. Ia benar-benar ingin menghindari gadis itu.
Sangking fokusnya Karin menghindari Rikopi. Ia tak sadar menabrak seseorang hingga keduanya jatuh. Mata keduanya sama-sama membulat sempurna. Karena bibir mereka menempel.
Orang yang dibawah Karin langsung mendorong Karin dengan kasar. Tak lupa ia memberikan Karin tatapan tajam.
Orang itu berdiri dan membersihkan roknya. Begitu juga dengan Karin.
"Kau" tunjuk orang itu pada wajah Karin.
"Karin"
Lagi-lagi suara Rikopi membuat Karin terkaget. Karena tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk menghindari Rikopi. Karin pun memajukan wajahnya hingga bibirnya menempel di bibir orang itu. Orang itu ingin melepaskan ciuman itu tapi Karin menahan tengkuknya.
"Ka...."
Rikopi tak jadi memanggil Karin. Ia menatap Karin dengan tatapan kecewa. Sedangkan Karin tertawa dalam hati. Ia berharap setelah melihat ini Rikopi pergi dan tidak mengganggunya lagi. Dan benar saja Rikopi pergi dengan hati yang tercabik-cabik.
Meskipun Rikopi sudah pergi. Tapi Karin masih belum melepaskan ciuman itu. Hingga suara guru yang membuat mereka kaget.
"Apa.Yang.Kalian.Lakukan?"
Karin langsung melepaskan ciuman itu mendengar perkataan sang guru yang penuh dengan penekanan. Kedua orang itu membuang muka asal.
"Fujiyoshi Karin-san. Tamura Hono-san. Keruangan saya SEKARANG"
Karin hanya bisa menghela nafas kasar dan mengikuti sang guru. Sedangkan Hono, ia menatap Karin tajam setajam silet. Mulai dari sekarang ia mencap Karin sebagai musuhnya. Sedangkan Karin yang menyadari tatapan Hono, hanya pura-pura tak menyadari.
***
"Santai dong" ucap Karin tak terima Hono menyapu kakinya dengan sengaja. Sedangkan Hono tidak peduli. Saat ini mereka sedang menjalankan hukuman karena berbuat yang tidak-tidak didepan umum.
"Dasar gila" dengus Karin.
Hono memelototi Karin "Apa kau bilang?"
"Kau dengarkan apa yang aku bilang" ujar Karin acuh.
"Kau..."
"Apa? Kau mau kelahi. Ayo sini" tantang Karin.
Entah kenapa bersama dengan Hono, Karin tidak ada kalem-kalemnya.
"Nih makan tu kelahi"
Dengan kasar Hono menghentak-hentakkan sapu ditangannya ke sepatu Karin.
"Hei. Hei" Karin mencoba untuk menghentikan aksi Hono. Tapi tidak ada satupun yang berhasil.
'Tidak ada cara lain'
Karin menahan sapu Hono dan menarik hingga Hono ikut tertarik. Karin langsung mencium bibir Hono. Mata Hono melotot. Ia mendorong dada Karin dan menamparnya.
Plak
"Dasar mesum" maki Hono dan meninggalkan Karin. Karin mengusap bekas tamparan Hono.
"Woy pekerjaannya belum selesai" teriak Karin.
"Kerjain sendiri" balas Hono dengan berteriak juga. Ia masih sangat kesal dengan Karin yang seenaknya.
"Dasar. Salahnya dimana sih. Kan dia yang cari gara-gara duluan" gumam Karin menatap punggung Hono yang sudah tak terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kataomoi : Kakusareta kimochi
SonstigesSekuel Kataomoi Berawal dari tak sengaja menemukan buku diary seorang gadis misterius. Sehingga membuat Karin ingin semakin mengenalnya. Bahkan tanpa sadar Karin memperhatikan gadis itu. Lama-kelamaan tumbuh perasaan yang tidak ia mengerti. Karin me...