6. Lega

200 19 4
                                    

"Terima kasih karena telah mau bekerjasama dengan kami Hirate-san. Kami harap hubungan kerjasama kita tetap terjalin" ujar seorang pria sambil menjabat tangan Techi.

"Saya harap juga begitu Tuan" balas Techi. Pria yang didepan Techi ini memaklumi Techi yang tidak mengingat namanya. Ini adalah resiko yang ia tanggung jika bekerjasama dengan perusahaan Techi. Tapi meskipun begitu mereka yang bekerjasama dengan perusahaan Techi tidak akan merasa kecewa.

Pria tersebut dan asistennya pun pamit pada Techi. Setelah itu Techi mendudukkan bokongnya di kursi yang ia tempati sebelumnya. Techi pun menghidupkan ponselnya.

"Tante Yurina" panggil seorang perempuan. Techi mendongakkan kepalanya dan menatap Hikaru.

"Oh kau. Sedang apa kau disini?" tanya Techi sambil menyimpan kembali ponselnya.

"Perutku berdemo untuk diisi jadinya aku ke cafe sini" balas Hikaru seadanya.

"Tante sendiri?"

"Aku baru saja selesai meeting" Hikaru mengangguk beberapa kali. "Apa aku boleh duduk disini?" tanya Hikaru meminta izin.

"Tentu saja. Setidaknya aku tidak kayak orang malang yang hanya duduk disini sendiri" canda Techi. Hikaru terkekeh pelan menanggapi candaan ibu temannya ini.

Hikaru memesan makanan dan setelah itu ia sibuk dengan ponselnya.

"Oh iya kau hanya sendiri? Dimana Karin dan yang satunya lagi?" tanya Techi.

"Mereka pulang duluan" balas Hikaru.

"Tante Yurina boleh aku bertanya satu hal?"

Techi menyeruput latte yang sudah ia pesan lagi "Tentu"

"Kenapa tante Yurina tidak pernah mengingat nama seseorang?" tanya Hikaru yang masih penasaran dengan kelainan yang diderita Techi.

Techi terkekeh kecil mendengar pertanyaan yang selalu ditanyai orang-orang "Aku juga tidak tahu. Semuanya terjadi begitu saja" sebenarnya Hikaru tidak mendapat jawaban yang ia inginkan. Tapi mau bagaimana lagi. Orangnya saja gak ingat, gak mungkin ia paksakan.

"Begitu ya"

Pesanan Hikaru pun telah tiba. Sebelum menyantap makanannya, Hikaru menawarkan Techi untuk makan. Techi pun menolaknya dengan halus karena ia baru saja selesai makan. Makanan Hikaru pun habis bertepatan dengan Techi yang akan pergi.

"Oh iya Tante pergi dulu ya. Makananmu kamu biar Tante saja yang bayar" seru Techi buru-buru.

'Lumayan nih gak perlu keluar duit' batin Hikaru senang. Siapa sih yang gak senang kalo makanannya dibayarin.

"Makasih tante Yurina" Techi membalas ucapan Hikaru dengan senyum tipis, setelah itu barulah ia pergi.

***

Neru membuka kamar Karin dan kaget melihat Karin yang berguling-guling di atas tempat tidur. Kelakuan Karin itu bukan seperti Karin yang sebelumnya.

"Kamu kenapa sih akhir-akhir ini uring-uringan?" tanya Neru sambil memungut selimut Karin yang dilantai.

"Mama?" Karin langsung duduk mendengar suara Neru.

Neru meletakan selimut Karin di ranjang Karin dan duduk di sisi ranjang.

"Kamu ada masalah?" tanya Neru lembut sambil mengelus puncak kepala Karin.

"Gak ada kok ma"

"Trus kenapa kamu jadi makin aneh?" tanya Neru lagi. Karin tidak menjawab pertanyaan Neru. Jangankan Neru, ia sendiri juga bertanya-tanya kenapa jadi aneh begini.

Kataomoi : Kakusareta kimochiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang