26. Penasaran

188 18 11
                                    

Neru menyelimuti Techi yang masih belum sadarkan diri. Lalu ia menatap Techi lekat.

"Aku rasa Techi kelelahan. Makanya jadi hilang kendali" tutur Miyu yang juga berada di kamar Techi dan Neru. Miyu juga ikut menatap Techi. "Dia ini bodoh sekali. Kebiasaannya terlalu memaksakan diri tidak pernah hilang" gerutu Miyu kesal.

Neru menundukkan kepalanya "Ini semua salahku. Andai saja aku bilang sama Techi lebih dulu. Mungkin ini tidak akan terjadi" tutur Neru sedih.

Miyu menyentuh pundak Neru "Ini bukan salahmu Neru. Techi hanya sedang lelah saja"

"Tapi...."

"Semuanya akan baik-baik saja Neru. Techi tidak mungkin mengambil keputusan ya gegabah. Kecuali ia sedang banyak pikiran seperti tadi" sela Miyu.

Neru tersenyum miris "Aku benar-benar iri padamu Miyu. Kau bisa mengerti Techi dengan mudah, sedangkan aku... Aku hanya membuat masalah saja untuknya. Techi selalu menyelamatkanku tapi aku tidak pernah bisa menyelamatkannya"

"Sekali lagi kau ngomong begitu akan kubawa Techi pergi" Miyu tak suka dengan Neru yang terus menyalahkan dirinya sendiri. Padahal itu bukan salahnya.

Neru menunduk "Maaf" cicit Neru pelan.

Miyu menghela nafas "Maaf. Seharusnya aku tidak ikut campur dengan urusanmu dan Techi" ujar Miyu bersalah. Neru menggeleng "Ummm justru aku bersyukur ada kau disini Miyu"

Terjadi keheningan beberapa saat. Baik Neru maupun Miyu menatap wajah damai Techi.

"Sudah lama rasanya aku tidak melihat wajah damainya. Biasanya setiap aku bangun, Techi sudah bangun duluan atau berangkat kerja" ujar Neru.

"Jika kau ingin melihat Techi yang seperti ini. Kau harus melakukan satu hal" tutur Miyu.

Neru menoleh "Apa?"

Miyu senyum simpul.

***

Tap

Tap

Tap

Hap

Bola basket berhasil masuk kedalam ring dengan sempurna. Tapi meskipun begitu gadis yang itu tidak menunjukkan ekspresi diwajahnya. Tidak ada raut wajah senang ataupun sedih.

"Katakan sebelum terlambat. Atau kau sendiri yang akan menyesal"

"Akhhhh Ten sialan" pekik kesal gadis itu yang tak lain adalah Karin.

Semenjak saat itu, Karin tidak bisa tenang karena kata-kata Ten. Entah kenapa kata-kata itu terngiang begitu saja. Apalagi saat ia berhadapan dengan Hono.

"Ck. Bagaimana bisa omong kosong Ten selalu terngiang-ngiang di kepalaku. Dasar bodoh" gerutu Karin.

Karin menendang bola basket yang ada di dekat kakinya asal lalu ia pergi dari lapangan basket.

Helaan nafas keluar dari mulut Karin "Hari ini sangat membosankan. Orang-orang juga pada sibuk" keluh Karin. "Aku ingin cepat-cepat pulang dan tidur di kasurku"

Karin tiba-tiba menghentikan langkahnya karena tak sengaja melihat seseorang yang sudah masuk kedalam pikirannya. Siapa lagi kalo bukan Tamura Hono. Gadis itu sekarang tengah fokus membaca buku yang Karin tidak tau buku apa. Karin pun memutuskan untuk mendekati Hono.

"Kau sibuk sekali ya akhir-akhir ini" ujar Karin  sambil duduk disebelah Hono.

Hono menatap Karin "Mau bagaimana lagi. Sebentar lagi ujian kenaikan kelas, aku ingin meningkatkan nilai ku. Kau sendiri kenapa santai-santai saja?" sahut Hono sambil menyimpan bukunya dan kembali menatap Karin yang sedang bersandar.

"Aku belajar kok tapi sehari sebelum ujian" kekeh Karin diakhir kalimat. Hono juga ikut terkekeh "Kau ini"

Karin menatap Hono yang tersenyum, Hono yang merasa diperhatikan pun membalas tatapan Karin.

"Ada apa?"

Karin menggeleng "Tidak ada. Hanya saja sepertinya aku sedang jatuh cinta" balas Karin tiba-tiba.

"Ehh serius. Dengan siapa?"

Karin menatap Hono lekat "Ada deh" ujarnya sambil mengalihkan tatapan.

Hono jadi kesal karena ia semakin penasaran "Jahatnya. Aku tidak mau tau kau harus bertanggung jawab"

"Kenapa juga aku bertanggung jawab. Aku gak ngapa-ngapain kok"

"Kau sudah membuat aku penasaran"

"Aku tidak menyuruhmu untuk penasaran. Jadi itu salahmu sendiri"

"Lantas ngapain kau ngomong kalo kau sedang jatuh cinta. Jika saja kau simpan sendiri aku tidak akan sepenasaran ini" kekeuh Hono. "Ayo sekarang katakan siapa orangnya"

Karin menghela nafas pasrah "Memangnya apa yang akan kau lakukan jika kau tau siapa orangnya?" pertanyaan Karin membuat Hono bingung.

Benar juga. Ini kan tidak ada sangkut pautnya denganku. Tapi...aku sudah terlanjur penasaran. Bagaimana ini

"Aku ...aku akan bilang pada dia untuk tidak menolak mu. Atau tidak mau nanti kau menangis seperti bayi dan menyusahkan kami baru" ujar Hono asal.

Karin menatap Hono datar "Kau pikir aku secengeng itu" Hono cengengesan "Ya kalo gitu cepat beritahu aku"

Karin menghela nafas panjang "Oke oke. Inisialnya H"

"H?" Hono tampak berpikir siapa yang disukai Karin "H ya. Hmmm Hotaru" Karin menggeleng.

"Bukan ya. Kalo Hiroshi" Karin menggeleng lagi. Hono pun menyebut seluruh nama orang yang ia kenal yang berawalan huruf H.

"Hatake Kakashi"

Bhahahahaha

Tawa Karin lepas saat Hono menyebut nama salah satu karakter anime.

"Kau pikir aku penyuka manusia 2D" seru Karin disela tawanya.

"Lalu siapa" teriak Hono kesal.

"Sini aku bisikin" Hono pun mendekatkan wajahnya.

"Orang yang aku sukai ialah......Hono" bisik Karin sangat pelan namun masih bisa didengar oleh Hono.

"Ooooo Hono" gumam Hono sambil manggut-manggut "Hono?" Hono memiringkan kepalanya saat ia merasa tidak asing dengan nama itu. "Waaa kau menyukai Hono?" Karin mengangguk.

"Ya aku menyukaimu Hono"

Hono membeku beberapa menit "EEEE Kenapa....." Saat Hono menoleh ke sampingnya Karin sudah tidak ada. Hono menyentuh pipinya yang terasa panas "Ada apa denganku?"

Disisi lain Karin sudah berada di dalam bilik toilet. Ia menyentuh dada kirinya, jantungnya yang berdetak tak karuan.

"Harus aku tidak menuruti yang ucapan Ten. Lihat sekarang jantungku tidak bisa berhenti berdetak" gerutu Karin kesal, seketika Karin menyadari satu hal "Hmm tidak bisa berhenti berdetak. Ck jika jantungmu berhenti itu artinya kau sudah mati Karin. Sebenarnya apa yang terjadi padaku" entah kenapa ia jadi seperti orang bodoh setelah mengutarakan perasaannya pada Hono tadi.

"Oke terserahlah. Yang penting sepulang sekolah nanti aku harus ke dokter. Jantungku sepertinya perlu diperiksa"

Kataomoi : Kakusareta kimochiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang