25. Pertengkaran pertama

214 20 4
                                    

Techi mengusap wajahnya. Hari ini begitu banyak klien yang ia temui sehingga untuk bernafas saja susah baginya.

"Wajahmu kusut sekali Techi" ledek wanita disamping Techi, Miyu.

Techi menatap Miyu dengan tatapan sayu, ia benar-benar lelah dan ingin segera tidur tapi karena masih ada janjian alhasil Techi harus menunda keinginannya.

Miyu menepuk-nepuk pipi Techi "Semangat lah Techi. Hanya tinggal satu orang saja" ujar Miyu menyemangatinya.

Techi menyingkirkan tangan Miyu yang mengganggunya "Aku benar-benar mengantuk Miyu. Tolong jangan...."

Brukkk

Kepala Techi jatuh begitu saja di atas meja.

"Kondisimu buruk sekali. Apa kau tidak tidur semalam?" tanya Miyu prihatin.

Techi menggeleng pelan "Pekerjaanku lumayan banyak sehingga 3 hari ini aku tidak tidur. Jangankan tidur merasakan empuknya kasur saja tidak bisa" ujar Techi pelan.

"Ck kau ini. Kenapa kau selalu memaksakan diri. Padahal bisa saja kau menyuruh sekretaris mu yang melakukannya" sahut Miyu tak percaya.

"Aku sudah memecatnya"

"Kenapa?"

"Dia itu mengganggu dan membuat Neru cemburu" tutur Techi pelan.

Seketika Miyu terkekeh kecil. Tingkat kebucinan Techi sangat tinggi. Miyu masih tak menyangka Techi yang dingin dan tak tersentuh bisa jadi bucin sejak bersama Neru.

Techi berdiri "Aku ke toilet dulu" Miyu mengangguk.

Miyu memainkan ponselnya sambil menunggu Techi kembali dari toilet. Rasa bosan melandanya dan Techi masih juga belum kembali. Saat Miyu melihat ke sembarang arah, ia tak sengaja melihat seseorang yang sangat ia kenal.

"Bukankah itu Neru? Tapi siapa pria di sampingnya?"

Miyu terus memperhatikan wanita yang menurutnya Neru dengan pria asing.

"Maaf membuatmu menunggu. Apa orang itu sudah datang"

Techi baru sampai di mejanya pun langsung duduk. Lalu ia menatap Miyu yang tidak mendengarkan atau lebih tepatnya tidak fokus padanya.

"Miyu" panggil Techi tapi Miyu sama sekali tidak menggubrisnya. Ia pun mengikuti arah pandang Miyu.

Seketika darah Techi mendidih "SIAPA PRIA ITU" seketika Miyu tersadar bahwa Techi sudah kembali. Ia melihat wajah Techi yang memerah.

"Techi itu...." belum sempat Miyu menenangkan Techi, ia lebih dulu berdiri dan berjalan ke arah meja Neru.

Miyu sudah cemas karena Techi akan melabrak pria itu bersama Neru tapi siapa sangka Techi malahan mendekati seorang pelayan yang membawa pesanan.

"Humm?" Miyu benar-benar bingung dengan apa yang dipikirkan Techi.

"Tapi tuan bos saya bisa marah jika anda seperti ini" ujar sang pelayan itu takut.

"Kau tidak perlu khawatir. Aku yang akan bertanggung jawab"

"Tapi...."

Techi merogoh kantong celananya "Ini kau ambil saja semuanya. Jadi biarkan aku yang mengantarkan pesanan ini" nampaknya pelayan itu mulai sedikit tergiur dengan lembaran uang yang di berikan Techi.

"Tapi....."

"Saya yang akan bertanggung jawab" begitu mendengar suara tegas Techi, pelayan itu lantas tunduk.

Techi membuka blazernya dan diberikannya pada pelayan itu "Kau jaga blazerku baik-baik, jangan sampai kotor" pelayan itu mengangguk patuh. Saat akan pergi, Techi kembali berbalik "Dan satu hal lagi. Aku ini wanita bukan pria"

Pelayan itu lantas kaget "Eh?"

Techi langsung berjalan mendekati meja Neru.

"Ini pesanan anda tuan, nyonya"

Neru langsung kaget begitu melihat siapa orang yang mengantarkan pesanannya.

"Techi" gumamnya pelan.

Techi melirik Neru sekilas, lalu ia kembali meletakan makanan-makanan ini di atas meja dan dengan sengaja ia menyenggol secangkir kopi si pria itu.

Lantas pria itu langsung berdiri karena kepanasan.

"Kau tidak punya mata ha? Kau lihat apa yang sudah kau perbuat" marah pria itu sambil menatap Techi tajam. Bukan Hirate Yurina namanya jika takut dengan tatapan pria itu.

"Saya benar-benar minta maaf atas kelalaian saya"

Pria itu semakin marah mendengar ucapan Techi yang seperti tanpa minat.

"Maaf kau bilang. Saya tak mau tau kau harus mengganti celanaku ini"

"Sai itu...." Neru tak jadi menegur pria bernama Sai itu karena Techi menatapnya. Alhasil Neru cuma bisa diam saja.

Mereka bertiga semakin menjadi perhatian. Techi menatap sekitar

Seutas senyum tipis terukir di wajahnya. Seketika Neru menjadi was-was akan senyuman Techi. Begitu juga dengan Miyu yang juga menyaksikannya "Akan ku ganti"

'Aku merasakan firasat buruk' batin Neru dan Miyu bersamaan.

Dan benar saja. Techi mengambil minuman Neru dan membuangnya ke arah Sai.

"Kau!!" Sai semakin menatap Techi tajam.

"Ah masih kurang ya" Techi kembali menyirami Sai bahkan makanan pun juga jadi korbannya.

Plak

"Techi" reflek Neru memekik karena Sai tiba-tiba saja menampar Techi. Tak hanya Neru saja yang, semua orang yang berada di cafe tersebut juga kaget. Begitu juga dengan pelayan dan juga sang pemilik cafe pun jadi keluar dari ruangan karena dipanggil oleh karyawannya.

Miyu lantas mendekati Techi.

"Kau baik-baik saja" Techi mengangguk pelan.

"Kau temannya. Beritahu temanmu agar bersikap lebih sopan. Pelayan saja bangga" Sai menghina Techi.

Pemilik cafe yang ingin menengahi tak jadi begitu tau siapa orang yang membuat keributan.

"Akan ku tuntut cafe ini. Tunggu saja. Ayo Neru"

Sai yang hendak menggenggam tangan Neru tak jadi karena ia kalah cepat dengan Techi yang lebih dulu menarik Neru. Neru menatap Techi takut karena ia merasakan aura kemarahan.

"Kau...."

Bugh

Sai tergeletak di lantai akibat pukulan dari Techi.

"Sial..."

Techi meletakkan kakinya di dada Sai "Kau ingin ganti rugi bukan. Ini"

Techi merogoh kantong celananya dan melempar uang itu kearah Sai "Masih kurang? Miyu ambilkan koperku"

Miyu menurut. Dengan cepat ia mengambil koper Techi dan memberikan ke Techi. Techi membuka koper itu di dan semua isi koper itu jatuh diatas Sai. Sai sudah diselimuti uang kertas yang sangat banyak dan kaki Techi masih di dada Sai.

"Jika kau masih menemui istriku, Neru. Kau akan ku kubur dengan uang uang ini. Ingat itu"

Techi langsung pergi dan menarik tangan Neru. Dan tentu saja Miyu juga ikut pergi. Sedangkan Sai yang sangat merasa terhina atas perlakuan Techi di tambah bisikan-bisikan orang-orang yang melihatnya menjadi sangat marah.

"Sialan"

***

Begitu Techi dan Neru tiba di luar, Neru langsung menyentakkan tangan.

"Kau sudah keterlaluan Techi"

Techi menatap Neru "Keterlaluan kau bilang. Bagaimana denganmu Neru. Disaat aku sedang bekerja kau malahan berduaan dengan pria lain" bentak Techi tak tertahan.

"Sai itu teman masa kecil ku Techi. Apa salahnya jika bertemu dengan temanku sendiri"

"Teman kau bilang" Techi benar-benar tak habis pikir dengan Neru "Kau...aishhh sudahlah. Sekarang terserah kau saja. Aku sudah tak peduli" Techi pergi meninggalkan Neru namun baru beberapa langkah tiba-tiba saja ia berhenti dan tubuh Techi ambruk ke tanah.

"TECHI!!!"

Kataomoi : Kakusareta kimochiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang