11. Sesak

190 19 5
                                    

Hahahaha

Tawa Karin lepas begitu saja saat menonton kartun kegemaran. Bahkan Karin sampai pukul-pukul sofa dibuatnya.

Jika teman-teman disekolahnya tahu bahwa kartun dapat melihat tawa Karin. Bisa dipastikan sekolah bukan hanya untuk belajar dan mencari gebetan saja melainkan memutar film kartun untuk melihat Karin tertawa. Namun sayang seribu sayang. Itu tidak akan terjadi.

"Bego banget sih" ujar Karin sambil tertawa lagi.

Namun tawanya terhenti begitu melihat seseorang yang baru saja masuk. Penampilannya yang begitu kacau membuat Karin menatap orang itu ngeri.

"Mami habis ngapain. Pulang-pulang kok bonyok kayak gitu" tanya Karin antara khawatir dan ngeri.

Techi menoleh ke Karin dan duduk disamping Karin dengan hati-hati. Tubuhnya sangat sakit saat ini.

"Mami kenapa?" tanya Karin lagi.

Techi menatap Karin sekilas "Gak ada. Tadi mobil mami nabrak pohon" jawab Techi asal sambil meringis.

"Mana ada mobil yang nabrak pohon tapi orangnya yang bonyok" sindir Karin. "Jangan bilang mami kelahi"

Techi hanya menunjukkan wajah lempengnya. Ia tak bisa bereaksi banyak karena wajahnya luar biasa sakitnya.

"Jangan kasih tahu mama kamu" peringat Techi. Karin diam tak menjawab.

"Mami kok nekat banget sih. Cari orang yang nabrak mama" ujar Karin tak habis pikir.

Techi menghela nafas panjang "Orang itu gak akan berhenti buat nyelakain mama kamu jika gak dihentikan" ucap Techi memberi penjelasan.

"Kita kan belum tau mi. Mana tau cuma kebetulan" sanggah Karin.

Bukannya Karin menentang Techi. Hanya ia tidak ingin Techi jadi hancur kayak gini. Udah kayak preman pasar.

Techi menatap Karin serius "Kamu gak akan tahu senekat apa pria itu jika belum melumpuhkan targetnya. Sekalipun kita udah masuk rumah sakit dia bakal tetap cari cara agar targetnya mati"

Karin kaget mendengar penuturan Techi "Mami boong nih"

Melihat Techi tak mengubah ekspresinya sehingga membuat Karin diam.

Techi meringis kesakitan "Mami numpang tidur dikamar kamu dulu ya. Sampai sembuh" ujar Techi sambil berjalan ke kamar Karin.

"Kenapa mami mau mengorbankan diri mami buat nyari pelakunya?"

Techi menghentikan langkahnya "Suatu saat nanti kamu bakal ngerti yang namanya berharga. Dan kamu akan melakukan apapun agar ia tetap aman"

Karin terdiam mendengar penuturan Techi.

"Berharga?"

Entah kenapa sesaat ia menggumamkan kata 'berharga' Karin teringat dengan Hono.

"Ah mami ngawur" monolog Karin sambil menuju ke kamar Neru.

***

Hikaru keluar dari supermarket dengan menenteng 2 kantong kresek. Yang isinya cemilan kesukaan Hikaru.

Malam ini terbilang cukup gelap dan juga pencahayaan lampu jalan juga minim jadi Hikaru bersenandung untuk mengusir kebisingan.

"Hikaru"

Begitu mendengar namanya dipanggil. Hikaru berbalik. Tampaklah Inoue yang berlari kecil ke arahnya.

"Ah Inori. Kau dari mana?"

Inoue menunjukkan belanjaannya. Hikaru mengangguk tanda mengerti.

"Kau sendiri?"

"Aku dari supermarket" balas Hikaru sambil meliril belanjaannya.

"Banyaknya" kaget Inoue melihat belanjaan Hikaru.

"Aku suka ngemil malam. Sekaligus buat persediaan" balas Hikaru seadanya.

Lalu mereka berjalan bersama dalam keheningan.

"Rumah mu dekat sini ya?" tanya Inoue memecahkan keheningan.

Hikaru mengangguk singkat "Ya gitulah"

"Ten juga?"

Alis Hikaru terangkat sebelah begitu mendengar nama Ten. Bukan namanya melainkan antusias Inoue menyebut nama Ten. Hikaru merasakan perasaan aneh.

"Iya. Emangnya kenapa?"

Melihat Inoue yang senyum-senyum sendiri membuat Hikaru yakin satu hal.

"Nggak cuma nanya aja" balasnya sambil menahan senyumnya. Hikaru ngangguk aja.

"Kau dan Ten udah lama temenan?" tanya Inoue yang masih antusias dengan Ten.

Hikaru mengangguk "Udah. Aku, Ten dan Karin temenan dari kecil. Lagipula orang tua kami juga temenan" balas Hikaru.

"Ten itu orangnya gimana Run?" Hikaru semakin yakin dengan apa yang ia pikirkan. "Jail" satu kata yang keluar dari mulut Hikaru.

'Dan romantis' lanjut Hikaru dalam hati.

"Kau menyukainya" tebak Hikaru.

"Eh"

Melihat gelagat aneh dari Inoue, Hikaru semakin yakin bahwa Inoue menyukai Ten.

"Kelihatan ya" ujarnya sambil cengengesan. Hikaru cuma mengangguk.

"Ano Hikaru boleh aku minta bantuanmu?" tanya Inoue hati-hati. "Aku memang menyukai Ten. Dari dulu. Tapi aku gak berani ngungkapinnya. Ditambah kita gak pernah dekat"

Dada Hikaru terasa sesak mendengar pengakuan Inoue. Meskipun Hikaru Sudja tahu tapi tetap saja.

"Jadi aku minta bantuanmu untuk bisa pdkt sama Ten" pinta Inoue penuh harap.

Gak. Gak boleh

"Boleh kok" ucapan Hikaru tak sesuai dengan batinnya. Meskipun hatinya sudah menolak, namun mulutnya menerimanya.

Inoue menggenggam tangan Hikaru "Makasih ya Hikaru. Aku senang sekali" ucap Inoue girang.

Dengan senyum yang dipaksakan, Hikaru mengangguk singkat.

Mereka kembali melanjutkan perjalanan yang tertunda sambil membicarakan tentang Ten. Ralat hanya Inoue saja yang bercerita tentang Ten. Hikaru hanya menjadi pendengar sambil menormalkan dadanya yang terasa sakit.

Kataomoi : Kakusareta kimochiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang