Hikaru yang sedang sibuk dengan bukunya terpaksa mengalihkan perhatiannya ke Karin yang baru saja masuk kelas dengan tampang lesu. Hikaru melepaskan kacamata yang bertengger di hidungnya.
Karin menatap Hikaru sekilas, lalu duduk di bangkunya. Ia meletakkan tasnya diatas meja dan menjadikan tas itu sebagai bantal.
"Lah kenapa lagi tuh anak?" gumam Hikaru bingung. Hikaru mengedikkan bahunya acuh dan kembali fokus pada bukunya.
Berselang beberapa menit, Ten tiba dengan langkah tergesa-gesa. Ia mendekati Karin yang sedang tidur dan mengguncang tubuhnya.
"Karin Karin gawat Karin gawat"
"Apaan sih" kesal Karin tanpa mengubah posisi tidurnya.
"Ini gawat Karin. Bener bener gawat" ucap Ten yang terus-terusan mengatakan gawat.
Hikaru jadi penasaran berita yang ingin disampaikan pacarnya "Gawat kenapa. Emangnya ada apa?" Ten pun berhenti mengguncang Karin dan menatap Hikaru.
"Hono....Hono dia ditembak oleh cowok" mata Hikaru seketika membulat.
"Apa??"
"Iya bener" sahut Ten sambil mengangguk.
"Kau pasti ngada ngada Ten. Mana mungkin ada orang yang bawa pistol ke sekolah. Yang ada malah ditangkap" sahut Karin tanpa mengubah posisinya. Ten jadi gemas karena Karin mendadak bego.
"Bukan gitu bego. Maksudnya cowok itu lagi mengutarakan perasaannya pada Hono" gemas Ten. Sangking gemasnya Ten jadi ingin mengacak-acak muka Karin.
1
2
3
4
5"Eh?"
Karin langsung menegakkan kepalanya dan menatap Ten.
"Nih anak kok tiba-tiba jadi lola sih" geram Ten. Hikaru yang mendengar itu jadi terkekeh geli.
"Kau bohong ya?"
"Buat apa aku bohong. Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Di taman sekolah seorang cowok berlutut didepan Hono dengan sebuket bunga— eh KARIN KAU MAU KEMANA?" Karin tidak menggubris teriakan Ten, ia terus berlari. Tujuannya hanya saja yaitu taman sekolah.
Karin tiba di taman sekolah dengan nafas ngos-ngosan. Ia menatap kedua sejoli yang di kelilingi oleh orang-orang. Ia kesal. Sangat sangat kesal. Dengan langkah cepat Karin mendekati kedua sejoli itu. Tanpa membuang waktu, Karin merebut kasar buket bunga milik seseorang cowok yang sedang berlutut.
"Karin" Hono benar-benar kaget akan kedatangan Karin yang entah dari mana. Begitu juga semua orang yang ada di taman, bahkan si cowok sampai berdiri dibuatnya.
"Maksudmu apaan ha?" marah cowok itu.
Karin mengembalikan buket bunga cowok itu dengan kasar "Berhenti deketin Hono karena dia sudah punya pacar"
"Apa?"
"Ha? hahaha kau gila ya. Satu sekolah juga tau lagi kalo Hono jomblo" cowok itu tertawa remeh "apa kau cemburu Hono akan memiliki seorang pacar. Denger ya Karin, aku tau kau itu populer. Sangking populernya kau menolak cowok-cowok yang menembakmu. Dan sekarang waktu Hono yang mau ditembak kau tidak terima. Kau merasa tersaingi ya"
Karin menatap cowok itu datar sehingga membuat cowok itu salah tingkah.
"Oke. Katakan padaku siapa pacar Hono?"
"Aku" sahut Karin sembari menggenggam tangan Hono lembut.
Lagi-lagi Hono kembali terkejut dengan penuturan Karin. Ia tidak tau harus apa.
"Jadi mulai dari sekarang jangan deketin Hono" Karin menarik Hono menjauhi kerumunan yang mulai berbisik-bisik. Sedangkan cowok itu hanya bisa terdiam tanpa suara.
***
"Karin lepas"
Hono menyentakkan tangannya membuat genggam Karin terlepas.
"Mau mu apa sih seenaknya menarik ku. Mana didepan banyak orang lagi" gerutu Hono mengusap pergelangan tangannya.
Karin menghela nafas "Seharusnya aku yang bertanya begitu Hono. Padahal kau sudah tau bahwa aku menyukaimu tapi kenapa kau meladeni cowok itu" kesal Karin.
Hono melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap Karin datar "Trus kenapa. Kau kan cuma mengutarakan saja, enggak memintaku untuk jadi pacarmu" balas Hono acuh. Tapi percayalah kawan saat ini Hono mati-matian menahan tawanya. Apalagi setelah melihat muka kesal Karin yang terlihat begitu lucu.
Dikerjain sedikit gak papa kan
"Apa?" Karin menghela nafas kasar "Yaudah mulai dari sekarang kau jadi pacarku"
Hono memasang wajah tak percaya "Ha? Yang benar saja Karin. Yang kau katakan itu memaksa bukan meminta. Bisa gak kau lebih lembut lagi"
Karin diam. Ia benar-benar tidak tau bagaimana caranya menembak seseorang. Kepalanya menggeleng geleng ke kiri dan ke kanan.
"Lebih lembut? Bagaimana caranya? Aku belum pernah berada di situasi begini sebelumnya" gumam Karin pelan.
Hono masih anteng menunggu Karin membuka suara. Sesekali ia melirik jam tangannya.
"Karin"
"Tunggu sebentar"
Hono menurut. Ia menunggu Karin yang asik dengan dunianya sendiri. Lama kelamaan ia jadi jengkel.
"Come on Karin. Jika kau masih tidak bicara aku—"
Hono tidak bisa melanjutkan ucapannya karena Karin tiba-tiba saja memeluknya. Hono yang sempat terdiam beberapa menit langsung tersadar. Ia hendak melepaskan pelukan Karin.
"Ka—"
"Kumohon biarkan begini dulu" bisik Karin pelan.
Jantung keduanya sama-sama berdebar tak karuan. Apalagi baik Karin maupun Hono belum membuka suara sehingga mereka bisa merasakan jelas detak jantung satu sama lain.
"Jujur saja aku bukan orang yang ahli dalam masalah cinta. Jika saja Ten maupun Hikaru tidak menyadarkan ku mungkin detik ini aku masih tidak mengerti akan perasaanmu" Karin mulai membuka suara dengan posisi mereka yang masih sama "Mungkin aku tidak seromantis cowok tadi yang membawakanmu buket bunga dan menjadikanmu seorang ratu tapi percayalah Hono. Perasaanku ini benar-benar tulus" perlahan Hono mulai membalas pelukan Karin dan membenamkan wajah ke pundak Karin.
"Hono maukah kamu jadi yang orang pertama dan terakhir dalam hidupku?"
"Maaf Karin" mendengar kata maaf dari Hono membuat Karin mengendurkan pelukannya. Rasanya begitu sakit saat mendengar kata itu keluar dari mulut seseorang yang sudah berhasil mengambil hatinya.
"Gitu ya" Karin tersenyum masam "Nampaknya aku telat ya. Aku harap kamu bahagia dengan pilihanmu. Sampai jumpa"
Dengan perasaan hancur Karin meninggalkan Hono yang masih berdiri ditempat. Ini kali pertama baginya merasakan yang namanya jatuh cinta dan juga patah hati di saat bersamaan.
"Karin" panggil Hono.
Karin berhenti namun tidak berbalik. Hatinya benar-benar hancur. Ia tidak sanggup menatap Hono dengan perasaan seperti ini.
"Karin aku benar-benar minta maaf—"
"It's oke Hono. Aku mengerti. Cinta itu gak bisa dipaksakan. Aku sudah menerima keputusanmu"
Hono perlahan mendekati Karin yang masih membelakanginya "Kau benar Karin, cinta itu tidak bisa dipaksakan. Dan aku benar-benar minta maaf"
Hono sudah berdiri dibelakang Karin. Ia memeluk Karin dari belakang "Karena aku tidak bisa menolak mu" bisik Hono tepat di telinga Karin. Mendengar itu Karin jadi mematung. Ia belum bisa mengartikan kata-kata Hono.
"Hono kau—" Hono semakin memeluk Karin erat "I say 'Yes'"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kataomoi : Kakusareta kimochi
RandomSekuel Kataomoi Berawal dari tak sengaja menemukan buku diary seorang gadis misterius. Sehingga membuat Karin ingin semakin mengenalnya. Bahkan tanpa sadar Karin memperhatikan gadis itu. Lama-kelamaan tumbuh perasaan yang tidak ia mengerti. Karin me...