28. Bully

141 18 6
                                    

Yeay akhirnya update juga. Buat yang nunggu Kataoimoi maaf ya karena udah lama gak update. Jujur aja sebenarnya agak susah gitu mau ngelanjutin ceritanya. Tapi karena tadi dapet inspirasi jadi langsung di update hehehe. Sekali lagi maaf ya udah nunggu lama.

Silahkan menikmati

Jujur saja Hono benar-benar heran dengan sikap Karin. Bagaimana tidak, baru dua yang lalu dia mengungkapkan suka padanya tapi lihat sekarang, sikapnya malah acuh kepadanya. Seakan-akan ia tidak pernah mengatakan sesuatu yang serius padanya. Hal ini benar-benar membuat Hono berpikir apakah Karin benar-benar serius padanya.

"Hono"

"Apa?"

Hono tersadar dari lamunan panjangnya, ia menatap Inoue yang sedang menatapnya bingung.

"Kau kenapa?" tanya Inoue.

"Aku? Memangnya aku kenapa?" tanya Hono balik.

"Ku perhatikan dari tadi kau tidak fokus. Bahkan saat guru-guru menerangkan kau tak pernah sedikitpun memperhatikan pelajaran" jelas Inoue sembari menatap Hono serius.

"Eh benarkah?" Hono melirik Karin yang sedang bercanda dengan Ten dan Hikaru. Lantas Inoue pun ikut memperhatikan mereka.

"Kalian bertengkar ya?" tebakan Inoue membuat perhatian Hono pada Inoue sepenuhnya.

"Siapa?"

"Kau dan Karin"

"Ti-tidak. Siapa bilang?" sahut Hono agak gugup.

Inoue menatap Hono curiga "Benarkah? Tapi kenapa sejak tadi kau terus menatap Karin"

"Eh benarkah?" Hono benar-benar tidak sadar akan yang ia lakukan. Ditambah pikirannya hanya diisi  Karin sejak tadi.

"Hono" panggil Inoue lagi begitu Hono kembali sibuk dengan pikirannya.

"A-aku ke toilet dulu" dengan secepat kilat Hono keluar dari kelas. Sebenarnya Hono tidak benar-benar ingin ke toilet, hanya saja ia sedang tidak ingin meladeni pertanyaan Inoue. Apalagi bersangkutan dengan Karin.

Karin yang tak sengaja melihat Hono keluar kelas pun mengikutinya.

"Ten Run. Aku ke kantin dulu ya" tanpa menunggu balasan dari kedua sejoli itu, Karin langsung pergi keluar kelas.

"Hah kantin? Gak biasanya dia mau ke kantin sendiri" ucap Ten bingung.

Hikaru juga sama bingungnya dengan Ten tapi begitu ia tidak sengaja melirik bangku Hono yang kosong membuat Hikaru paham seketika.

***

Hono terus berjalan tanpa arah. Ia masih kesal dengan Karin yang mengacuhkannya beberapa hari setelah dimana tanpa sengaja Karin mengatakan menyukainya.

"Karin bego bego bego bego. Dasar bego" pekik Hono tertahan. Ia kesal sangat kesat. Saat ini ia ingin mengungkapkan kekesalannya dan hanya ada satu tempat yang bisa ia kunjungi saat ini. Rooftop

Disinilah Hono sekarang, rooftop. Tempat yang akan membuatnya menjadi bebas. Dengan langkah cepat Hono berjalan ke ujung rooftop. Ditatapnya orang-orang yang terlihat begitu kecil dari atas sini.

Hono menghirup nafas dalam-dalam "KARIN BEGO!!!!!!!"

Dan benar saja, teriakan Hono mampu membuat orang-orang menoleh ke atas sehingga membuat Hono reflek berjongkok karena tidak ingin disangka orang gila karena teriak gak jelas.

Hono mengintip untuk memastikan orang-orang tidak melihat kearahnya. Hono langsung bernafas lega karena orang-orang tidak begitu peduli dengan teriakan itu.

Brakk

Pintu rooftop tiba-tiba terbuka dan memperlihatkan tiga orang gadis yang memakai seragam yang sama sepertinya. Salah satu gadis itu memberikan isyarat kepada kedua sahabatnya. Kedua gadis itu mengangguk mengerti, mereka langsung berjalan kearah Hono dan menahan tangannya.

"Eh apa-apaan nih" bentak Hono sambil meronta-ronta untuk dilepaskan.

Gadis yang diketahui pemimpin tersenyum sinis "Dasar murahan"

"Hah?"

Gadis itu menatap Hono sinis dan kembali memberi isyarat kepada kedua gadis itu.

"Woi kalian ngapain sih" Hono kembali meronta-ronta untuk dilepaskan saat kedua gadis yang menahan tangannya tiba-tiba saja menariknya.

Lalu dengan kasar kedua gadis itu mendorong Hono ke dinding.

"Aww....Kalian" begitu Hono berbalik, ia dilempar oleh sesuatu yang berbau begitu amis, apalagi kalo bukan telur.

"What!! Kalian apa-apaan sih. Saya gak ada urusan ya sama kalian" teriak Hono tidak terima.

Telur itu kembali dilempar kearah Hono sehingga membuat Hono melindungi wajahnya dengan tangannya.

"Itu untuk kau mendekati Karin" sinis gadis itu. "Ku peringatkan pada kau jauhi Karin atau...."

"Atau apa?" tantang Hono tanpa rasa takut.

"Atau keadaan kau akan jauh lebih buruk dari ini" Hono tersenyum miring. Ia tidak takut sedikitpun dengan ancaman itu. "Gak akan pernah. Sampai kapanpun saya gak akan pernah menjauh dari Karin" ucapan tegas Hono membuat rahang gadis itu mengeras. Ia marah.

Ia memerintahkan antek-anteknya untuk mengeluarkan telur-telur yang sengaja ia bawa banyak.

"Buat si murahan ini menyesali ucapannya" perintahnya tegas. Kedua antek-anteknya mengerti, mereka mengambil telur-telur itu dan bersiap untuk melempar kearah Hono.

"Sekarang"

Telur-telur itu dilempar ke arah Hono oleh gadis itu dan antek-anteknya. Hono hanya bisa menutup matanya dan menerima cairan amis itu yang akan membasahi seluruh tubuhnya. Eh kok ada yang aneh ya

Begitu mata Hono terbuka, ia dikagetkan dengan orang yang menjadi penyebab dirinya dibully sedang berdiri didepannya atau lebih tepatnya menjadi tembok untuk melindungi Hono dari amisnya telur.

"Ka-karin?" Karin hanya membalas keterkejutan Hono dengan senyum tipis. Karin terus menjadi pelindung bagi Hono dan tidak mempedulikan tubuhnya yang diselimuti banyak telur.

"Bagaimana Hono dengan hadiah ku. Kau suka" teriak gadis itu yang tetap melempari telur.

"Sebenarnya ada yang kurang dari hadiahmu" mendengar suara itu membuat gadis itu dan kedua antek-anteknya berhenti. Mereka sangat hafal siapa pemilik suara itu.

Karin berbalik dan menatap ketiga orang itu datar "Kau melupakan tepungmu Matsudaira Riko"

"Ka-karin"

Karin menggenggam tangan Hono lembut dan menariknya mendekati Rikopi. Saat didepan Rikopi, Karin memperlihatkan genggamannya.

"Sampai kapanpun gak akan ada yang bisa melepaskan genggaman tangan ini. Gak akan pernah. Termasuk kau Rikopi" tegas Karin. Seorang Karin yang biasanya datar dan acuh saat ini berhasil membuat Rikopi takut karena tatapannya yang tajam dan menusuk. Seumur-umur Rikopi mengejar cinta Karin, baru kali ini Karin memberinya tatapan seperti itu.

"Dan sekarang lebih kau pergi sebelum aku benar-benar marah"

Lah. Emangnya dari tadi belum marah

"SEKARANG!!"

Tidak hanya Rikopi dan antek-anteknya saja yang kaget, Hono pun juga ikut kaget. Tanpa membuang-buang waktu ketiga gadis itu langsung ngacir.

Ada rasa kagum, senang, haru dan bahagia melihat sikap Karin padanya hari ini. Namun ada juga perasaan takut dalam diri Hono ketika melihat wajah marah Karin. Seumur-umur ia belum pernah melihat wajah semenyeramkan itu.

"Maafkan aku Hono karena sudah membuatmu dalam masalah" ujar Karin bersalah. Hono tersentak kaget mendengar suara Karin yang mulai melembut. Jelas sekali rasa bersalah di wajah Karin saat ini. Hono tidak tega. Bagaimana pun juga ini bukan salah Karin sepenuhnya.

Hono mengeratkan genggaman tangan mereka untuk memberikan Karin ketenangan. Karin lantas menatap Hono "Kau tidak salah. Ini adalah pilihanku" ujar Hono tulus disertai senyum lembutnya.

"Hono" gumam Karin tak percaya.

Kataomoi : Kakusareta kimochiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang