Pagi ini Karin sudah berada disekolah. Seperti saran dari sang mami, Karin pun berencana untuk meminta maaf kepada Hono sekaligus mencoba untuk menjalin pertemanan. Hari ini Karin juga tidak pergi bareng sahabatnya. Dan ia sekarang sedang berada di rooftop sekolah untuk belajar memulai percakapan. Biasanya Karin tidak terlalu ambil pusing dengan apa yang ia lakukan tapi sekarang entah kenapa Karin tidak ingin Hono memberikan tatapan tak suka kepadanya terlebih membencinya.
Karin menghirup nafas dalam-dalam "Sebenarnya aku.....sebenarnya aku...Ahhh kok susah banget sih ngomongnya. Padahal gak ada orangnya" kesal Karin.
"Huft" Karin menghembuskan nafas kasar "Ok sekali lagi"
"Tentang masalah yang kemarin dan sebelumnya. Aku tidak bermaksud untuk membuatnyamu tak nyaman. Aku.... Aku....Aku aku aku. Argh"
Karin melayakan pukulannya untuk memukul pintu rooftop, tapi bertepatan dengan itu pintu rooftop terbuka tampaklah Hono dengan wajah kagetnya begitu pukulan Karin berhenti tepat di depan wajanya.
"Kau. Aku tak menyangka selain tak sopan kau itu kasar juga" Hono semakin menatap Karin benci. Karin langsung menurunkan tangannya. "Eh. Bukan seperti itu. Aku...." sebelum Karin menyelesaikan kalimatnya, Hono lebih dulu pergi. Tak lupa ia membanting pintu rooftop. Hampir saja wajah Karin menjadi korban jika ia melangkah tadi.
"Kok jadi kayak gini sih" gumam Karin kesal.
"Gak boleh gitu. Awas loh nanti kemakan omongan sendiri,"
"Benar tuh. Biasanya kamu yang dikejar malah kamu yang mengejar,"
Karin jadi terdiam begitu mengingat peringatan dari Ten dan Hikaru beberapa hari yang lalu "Apa benar aku suka sama gadis itu?" gumam Karin pelan.
"Gak mungkin. Itu gak mungkin. Jelas-jelas aku minta maaf pada gadis itu karena merasa bersalah. Gak mungkin aku suka sama gadis itu" Karin memberi penegasan diakhir kalimatnya.
***
"Kau kemana saja?" tanya Ten begitu Karin duduk di kursinya. Karin tidak menjawab pertanyaan Ten karena tidak ingin mengingat kejadian di rooftof. Ia hanya melirik Hono yang duduk dibarisan nomor 2 disebelah kanan.
"Woi" Ten menyenggol lengan Karin. Karin menatap Ten malas "Apa?"
"Dih. Gitu banget mukanya. Kayak orang punya utang aja"
"Tuh guru datang" ujar Karin mengubah topik. Ten langsung menatap ke depan. Karin menghela nafas lega karena Ten sudah tidak bertanya lagi.
***
"Hirate-san" panggil sekretaris Techi sambil berjalan cepat ke arah Techi. Techi menaikan alisnya sebelah seperti bertanya 'Ada apa?'
"Ada seseorang yang menunggu anda di ruangan anda"
"Seseorang?"
Sekretarisnya mengangguk "Dia bilang anda mengenalnya" kata sang sekretaris.
Techi berpikir sebentar "Baiklah. Kau bisa kembali ke ruanganmu"
Techi berjalan ke ruangannya. Begitu sudah masuk ke ruang kerjanya tampaklah seorang wanita yang sedang di sofa. Wanita itu lantas berdiri dan memberikan Techi senyum lebarnya.
"Hai. Lama tak berjumpa" sapanya sambil mendekati Techi.
"Kau....siapa?"
Wanita itu menatap Techi tak percaya "Kau tidak ingat aku?" Techi menggeleng singkat "Aku Memi. Kita rekan bisnis ingat" lanjut wanita yang bernama Memi itu.
Techi mengedikkan bahunya acuh "Aku tidak mengenalmu" jawabnya sambil berjalan ke kursi kebesarannya.
Memi tersenyum tipis, ia kembali duduk di sofa "Ternyata rumor yang beredar itu benar ya. Kau orangnya tidak bisa mengingat seseorang" ujar Memi sambil menatap Techi yang sibuk dengan berkas-berkasnya. Techi tak menjawab.
"Hei Hirate! Apa kau...."
"Aku sudah memiliki seorang istri dan seorang anak" potong Techi cepat dan tegas. Memi yang mendengar kalimat tegas Techi semakin membuatnya tertarik pada Techi.
Memi berdiri dan berjalan ke arah Techi "Begitu ya" ucapnya pura-pura sedih. "Tapi aku tak masalah bila jadi yang kedua" lanjut Memi begitu sudah berdiri di dekat Techi. Tangannya tergerak mengelus rahang Techi, tapi lebih dulu Techi tahan. Ia menatap Memi datar. Tatapan lembut milik Memi bertemu dengan tatapan datar Techi.
Ceklek
Baik Memi maupun Techi menatap kearah pintu yang terbuka. Tampaklah Neru yang ekspresi tiba-tiba saja berubah begitu melihat Techi menggenggam tangan seorang wanita.
"Ah...aku mengganggu ya" ujar Neru sambil menatap tangan Techi.
Techi langsung melepaskan tangannya dan berdiri "Gak kok. Urusan kami juga sudah selesai" balas Techi cepat.
Memi berjalan ke arah Neru dan memasang senyum ramahnya "Hai. Aku Kakizaki Memi. Rekan bisnis Hirate-san" sapa Memi sambil memperkenalkan diri.
Neru membalas senyum Memi sedikit dipaksakan "Aku Nagahama Neru. Istrinya"
'Istrinya ya' batin Memi sambil menatap Neru lama.
"Ah Kakizaki-san karena tidak ada yang perlu dibahas lagi. Kau boleh pergi" Memi berbalik dan menatap Techi. Memi menunjukkan senyum manisnya "Sampai jumpa dilain waktu" Techi tak membalas senyum manis Memi.
Memi pun berjalan ke arah pintu tapi ia berbalik "Oh iya Nagahama-san" Neru menatap Memi "Aku tertarik dengan Hirate. Mungkin aku sudah jatuh cinta padanya" ucap Memi terang-terangan dengan senyum yang masih terukir diwajahnya. Setelah itu barulah Memi keluar dari ruangan Techi.
Neru terdiam mendengar pernyataan Memi yang secara langsung itu. Dari kalimat itu Neru merasakan Memi berniat untuk mengambil Techi darinya.
"Neru" panggil Techi lembut sambil menyentuh pundak Neru. Neru menatap Techi dalam.
"Sudahlah. Tidak perlu dipikirkan" ujar Techi membalas tatapan Neru.
Neru mengalihkan pandangannya "Bagaimana tidak aku pikirkan. Seseorang yang baru aku kenal terang-terangan mengatakan jatuh cinta padamu. Seakan-akan dia seperti ingin mengambilmu dariku" balas Neru cemberut.
"Neru tatap aku" pinta Techi lembut. Neru menuruti "Apapun yang dikatakannya itu tidak akan mengubah apapun. Hanya kau dan tetap kau. Tidak ada yang lain" kata Techi lembut. Neru pun memeluk Techi erat.
'Semoga saja' batin Neru. Bagaimana pun juga Neru harus lebih waspada.
"Oh iya kenapa kau kesini?" tanya Techi sambil mengalihkan topik pembicaraan.
Neru melepaskan pelukannya "Aku ingin mengajakmu makan siang" jawab Neru yang terlihat sangat imut dimata Techi. Techi tersenyum tipis dan melirik jam tangannya "Ah kebetulan sekali aku sangat lapar. Kalo gitu ayo pergi" Neru mengangguk semangat dan menggandeng tangan Techi.
***
Seorang pria mengisap rokok yang sudah mulai memendek dan tak lupa ia menghembus asap itu ke atas. Setelah itu barulah ia mematikan rokoknya dan menatap wanita yang duduk didepannya.
"Jadi apa yang kau mau?" tanya pria itu sambil meneguk alkohol yang ia pesan.
Wanita tersebut mengambil sesuatu didalam tasnya. Dan meletakkan sebuah foto di atas meja.
"Aku ingin kau membunuh dia" perintahnya tanpa ekspresi.
Sang pria tersenyum miring "Kau tahu kan membunuh itu bukan perkara yang mudah"
Wanita itu tahu kemana arah pembicaraan sang pria pun menyerahkan sebuah amplop. Sang pria menerima amplop tersebut dan membukanya.
"Tidak buruk. Aku anggap ini sebagai uang mukanya" ucap pria tersebut sambil menyimpan amplop tersebut.
"Kalo begitu aku pergi dulu" ujar pria tersebut sambil menyimpan foto yang diatas meja. Dan barulah ia pergi.
"Tunggu" pria itu pun menghentikan langkahnya dan berbalik menatap sang wanita.
"Jika kau tertangkap jangan katakan kepada siapapun bahwa aku yang menyuruhmu...Lion" peringat sang wanita sambil menatap pria yang bernama Lion itu serius.
Lion menyeringai "Kau jangan khawatir. Aku tidak akan tertangkap lagi" setelah itu barulah Lion meninggalkan wanita tersebut.
![](https://img.wattpad.com/cover/261240507-288-k63033.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kataomoi : Kakusareta kimochi
AcakSekuel Kataomoi Berawal dari tak sengaja menemukan buku diary seorang gadis misterius. Sehingga membuat Karin ingin semakin mengenalnya. Bahkan tanpa sadar Karin memperhatikan gadis itu. Lama-kelamaan tumbuh perasaan yang tidak ia mengerti. Karin me...