"Apa yang dia lakukan?" tanya Ten entah pada siapa.
Saat ini ia sedang berada dibalik pohon. Jaraknya tak jauh dari tempat Hikaru berdiri saat ini. Ten terus memperhatikan gelagat aneh Hikaru. Hikaru kembali berjalan. Dan Ten juga mengikutinya.
Firasat Ten semakin tak enak melihat Hikaru jalannya seperti orang linglung. Sebuah mobil melaju dengan kencang. Ten langsung berlari ke arah Hikaru.
"RUN! AWAS!" pekik Ten.
Hap
Bugh
Ten berhasil menggapai tangan Hikaru dan menariknya hingga menubruk tubuhnya.
"Apa yang kau pikirkan. Bagaimana jika terjadi sesuatu denganmu" marah Ten dengan nafas tak beraturan.
Ten menjauhkan tubuhnya namun tetap menahan kedua bahu Hikaru.
"Run" panggil Ten sambil mengguncangkan tubuh Hikaru.
"Run kau dengar aku"
Ten meletakkan jari telunjuknya di dekat hidung Hikaru.
"Bagaimana mungkin kau bisa pingsan setelah hampir mencelakai dirimu" gerutu Ten sambil menggendong Hikaru ala bridal style.
Ten menghentikan taksi yang lewat. Dengan sigap ia memasukkan Hikaru kedalam taksi dengan hati-hati. Lalu Ten memberitahu pada sang sopir alamat tujuannya. Ten menatap wajah samping Hikaru. Tangan Ten tergerak merapikan rambut Hikaru.
'Sebenarnya apa yang terjadi padamu, Hikaru?' pikir Ten menatap Hikaru sendu.
***
Ceklek
Kobayashi membukakan pintu. Ia kaget mendapati Hikaru dalam gendongan seseorang yang tidak ia kenal.
"Kau siapa. Ada apa dengan anak saya?" tanya Kobayashi beruntun.
"Tante ini aku Ten"
Kobayashi kaget bukan main "Ten? Kenapa kau berpenampilan seperti ini. Dan apa yang terjadi pada Hikaru?" lagi-lagi Kobayashi memberikan pertanyaan beruntun.
"Tante Yui aku akan menjelaskannya tapi tidak sekarang" ujar Ten. Sebenarnya Hikaru tidaklah berat bagi Ten. Hanya saja lama-lama berdiri dengan mengangkat beban sekalipun itu ringan tetap saja membuat pinggangnya sakit.
Kobayashi yang mengerti pun mengangguk. Ia mengikuti Ten. Lalu membukakan pintu kamar Hikaru. Dan Ten pun membaringkan Hikaru dengan hati-hati. Tak lupa Ten menyelimutinya. Kobayashi lebih dulu keluar kamar Hikaru dan memberikan waktu untuk Ten dan Hikaru.
Selepas kepergian Kobayashi, Ten terus menatap Hikaru lekat. Perasaannya campur aduk atas sikap Hikaru padanya akhir-akhir ini. Tapi bagaimana pun juga tak bisa dipungkiri Ten begitu merindukan sosok mungil ini.
Ten mengusap rambut Hikaru "Aku rindu saat berdebat denganmu Hikaru. Padahal dari sekian banyak orang hanya kau saja yang mau meladeni aku berdebat. Sehingga aku berpikir-pikir bahwa itu bentuk perhatian yang kau perlihatkan. Tapi kenapa sekarang kau berubah. Kenapa kau mulai menjauhiku" lirih Ten. Ten yang biasanya tengil menjadi tak berdaya didepan Hikaru yang tengah pingsan.
Ten mendekatkan wajahnya. Perlahan-lahan wajahnya semakin dekat hingga....
"Baiklah jika itu yang kau mau. Mulai dari sekarang aku tidak akan mengganggumu lagi"
Perkataan yang ia ucapkan tempo hari terngiang di kepalanya. Ten langsung memundurkan wajahnya.
"Maafkan aku"
Ten berdiri dan keluar dari kamar Hikaru. Sebelum ia menutup pintu kamarnya, Ten berbalik. Ia menatap wajah damai Hikaru.
"Aku mencintaimu" gumam Ten sangat pelan.
Setelah itu Ten menutup pintu kamar Hikaru. Ia berjalan ke bawah. Disana sudah ada Kobayashi yang sudah siap menunggu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tadi.
"Ten ada apa sebenarnya. Kenapa Hikaru bisa begitu?"
Ten menggaruk tengkuknya.
"Ten juga gak tau Tante" balas seadanya.
Kobayashi memicingkan matanya "Kalian tidak sedang bertengkar bukan?"
Ten terdiam.
"Ten?"
Ten mengerjapkan matanya beberapa kali "Gak kok" jawab Ten tidak yakin.
Kobayashi menghela nafas panjang "Tante gak tau apa yang sudah terjadi pada kalian berdua. Tapi apapun masalahnya selesaikanlah. Saling diam-diam itu seperti bukan kalian saja" nasehat Kobayashi. Ten cuma ngangguk.
"Terus tuh kenapa penampilan kamu kayak cowok"
"Oh itu. Ini ide Karin" Ten terdiam beberapa detik "Ah Karin" pekiknya.
"Tante Ten pergi dulu ya. Ada yang ketinggalan"
Tanpa menunggu balasan dari Kobayashi, Ten langsung berlari keluar rumah.
***
Ten sudah sampai di cafe yang mereka datangi tadi. Ia mencari keberadaan Karin ke segala arah. Lalu tatapannya terhenti di parkiran. Ten langsung mendekati Karin yang sedang bersandar di mobilnya.
"Karin maaf. Tadi aku ada urusan jadinya....eh Hono" Ten yang tadinya ingin menjelaskan alasannya tiba-tiba menghilangkan jadi kaget begitu mendapati Hono yang duduk santai sambil menatap Karin.
"Maaf aku ...."
"Dia udah tau" potong Karin sambil melepaskan wignya.
"Eh?"
"Benarkan kau membuntuti ku Karin dan kau juga Ten"
Ten berpura-pura tidak melihat Hono. Sedangkan Karin cuma memasang wajah santainya.
Ten berdehem "Sebenarnya Hono, Karin ini aw..."
Karin yang tiba-tiba saja menginjak kaki Ten membuat Ten memekik kesakitan. Lalu ia menatap Karin tak suka. Tapi Karin hanya memasang wajah datarnya.
"Karin apa?" tanya Hono yang penasaran dengan kalimat Ten yang belum selesai.
"Kan sudah kubilang tadi. Aku berpenampilan begini cuma mau cari suasana baru. Dan kebetulan saja tak sengaja melihat kau dengan si biawak komodo" bohong Karin.
'Dasar gengsian. Bilang aja khawatir apa susahnya sih' gerutu Ten dalam hati.
Hono masih memasang wajah curiganya.
"Terserah jika kau tak percaya. Ten ayo pulang"
Lagi-lagi Ten semakin bingung dengan tingkah Karin yang aneh bin ajaib.
Karin yang hendak masuk kedalam mobil, tiba-tiba saja berhenti. Ia membuka hoodienya dan memberikan kepada Hono yang memakai pakaian tipis.
"Pakai ini. Setidaknya udara dingin tidak langsung menusuk kulitmu"
"Eh"
Bukan hanya Hono saja yang bingung dengan perlakuan Karin. Ten pun juga ikut bingung.
"Ayo Ten" ajak Karin.
"Ah iya. Hono kami pulang dulu ya. Bye"
"Ah humm" balas Hono setelah sadar dari kebingungannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kataomoi : Kakusareta kimochi
RandomSekuel Kataomoi Berawal dari tak sengaja menemukan buku diary seorang gadis misterius. Sehingga membuat Karin ingin semakin mengenalnya. Bahkan tanpa sadar Karin memperhatikan gadis itu. Lama-kelamaan tumbuh perasaan yang tidak ia mengerti. Karin me...