14. Baju baru

177 19 6
                                    

Semenjak dimana Techi sudah setuju untuk jadi pelatih kelima remaja itu. Karin lebih sering lari pagi. Bahkan ia tak pernah absen setiap paginyanya. Bukan karena Karin serius dalam mendalami klub yang ia ikuti. Melainkan karena ia bisa bertemu dengan Hono.

Seperti sekarang ini. Hono sedang berlari disekitar taman Sakura. Dengan kecepatan kilat Karin berlari ke arah Hono.

"Kau rajin sekali" puji Karin sambil menyamakan kecepatannya dengan Hono.

Hono yang mendengar pujian Karin tersenyum lebar "Tentu saja. Tante Yurina sudah susah payah melatih kita di sela kesibukannya. Aku tidak ingin ia menghabiskan waktu secara percuma" jelas Hono. Karin berdecak kagum mendengar kata-kata Hono.

"Aku kira kau semangat berlatih karena menyukainya" ceplos Karin.

Sontak Hono tertawa "Tentu saja tidak. Aku akui tante Yurina itu memang keren. Dan aku mengaguminya. Tapi itu hanya sekedar kagum saja tidak lebih" tegas Hono diakhir kalimat. Karin bernafas lega mendengar pengakuan Hono. Setidaknya ia tidak bersaing dengan maminya sendiri. Bukan apa-apa. Maminya itu sangat populer meskipun ia sudah tidak muda lagi. Tapi tetap saja banyak orang-orang yang mengantri. Itu pun juga terjadi di sekolahnya.

Sudah seminggu lebih Techi melatih klub basket selama seminggu lebih itu para siswi yang biasanya pulang cepat memutuskan untuk melihat Techi. Hanya Techi. Terkadang Karin heran. Bagaimana bisa maminya bisa jadi sepopuler itu sehingga mengalahkannya yang merupakan lebih muda dari sang mami. Tapi itu semua tak berarti bagi Karin. Asalkan bukan Hono saja yang kepincut dengan Techi.

"Eh"

"Ada apa?" tanya Hono menatap Karin yang memasang wajah kagetnya.

Karin membalas menatap Hono "Ah tidak ada" balasnya gelagapan. Hono yang tidak terlalu penasaran hanya mengangguk saja.

'Ck kenapa bisa aku memikirkan tentang Hono. Dan parahnya pikiranku melayang pada Hono yang menyukai mami. Dasar bodoh' gerutu Karin dalam hati.

Setelah cukup lama mereka berlari-lari di taman Sakura. Keduanya pun memutuskan untuk istirahat.

"Wah capeknya" ujar Karin sambil duduk di bangku taman. Tangan kanannya mengipasi wajahnya yang terasa panas.

Hono terkekeh kecil "Kau sangat berbeda ya dari tante Yurina" celetuk Hono sambil meneguk minumannya.

Karin merebut minuman Hono "Mau bagaimana lagi. Sebenarnya aku tidak memiliki hubungan darah dengan mami mau pun mama" sahut Karin lalu meneguk minuman Hono.

"Eh. Maaf aku..."

"It's Okay. Meskipun begitu mereka sudah seperti keluarga kandung bagiku" seru Karin cepat supaya Hono tidak merasa bersalah. "Mereka tak pernah mengekangku. Dan kasih sayang yang mereka curahkan lebih banyak dari siapapun. Waktu aku tidak sengaja bertemu dengan mama, mama memberikanku senyuman hangat seorang ibu. Begitu juga dengan mami. Aku sangat bersyukur bisa bertemu dengan keduanya" lanjut Karin dengan senyum yang merekah. Senyuman Karin itu membuat Hono ikut tersenyum.

"Kau sangat beruntung sekali Karin. Aku jadi iri"

"Eh. Apa kau..."

"Tidak tidak. Keluargaku baik-baik saja. Hanya saja setelah mendengar ceritamu itu membuatku sangat yakin  tante Neru dan tante Yurina itu orang yang sangat baik" koreksi Hono.

Karin kembali tersenyum "Kau benar"

Drrrtt

Karin mengeluarkan ponselnya. Nampaklah nama 'Mami' yang berada dilayar ponselnya. Namun Karin tidak menjawabnya melainkan menyimpan ponselnya kembali.

Kataomoi : Kakusareta kimochiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang