9. Balas Dendam

179 17 18
                                    

Dari sejak tadi Techi tak pernah melepaskan tatapan datarnya dari orang yang berdiri di depannya. Sedangkan orang itu hanya menanggapi Techi dengan tatapan songongnya.

"Techi sudahlah. Kalo gak ada Mizuki mungkin aku gak akan selamat" ujar Neru memberi Techi pengertian.

Mizuki menepuk pundak Techi seakan-akan mereka berteman dekat "Kau dengarkan apa yang dibilang calon istriku" gurau Mizuki. Techi yang mendengar itu tatapan seakan-akan membunuh siapa saja yang ia tatap.

"Techi" Neru menggenggam tangan Techi lembut. Techi menghela nafas kasar "Iya iya"

"Ah Tante Neru kita pamit pulang dulu ya" ujar Ten mewakili.

Neru tersenyum lembut "Makasih ya udah ngantar Tante kemari Ten, Runrun, aaa..."

"Saya Inoue Tante" ujar Inoue cepat.

"Inoue-chan dan..."

"Calon Karin Tante" canda Hikaru. Mata Hono dan Karin membulat sempurna mendengar perkataan Hikaru. Sedangkan Neru hanya tersenyum tipis.

"Maksudnya Hono Tante" ujar Hikaru meluruskan sambil cengengesan.

"Makasih ya Hono-chan"

"Sama-sama Tante Neru" balas Hono segan.

Begitu teman-teman Karin pergi, Techi menatap Mizuki yang masih setia duduk di sofa dalam ruangan Neru.

"Kau kenapa tidak pulang" sungut Techi.

Mizuki menatap Techi dengan tatapan menantang "Emangnya kenapa? Masalah? Neru fine fine aja" tantang Mizuki. Techi mendengus kesal dan keluar dari ruang inap Neru.

"Lah mami"

"Biarin aja. Nanti baik sendiri" ujar Mizuki sambil tersenyum ke Karin.

'Jadi mami kalo cemburu kayak gitu' pikir Karin.

***

"Halo"

"Saya gak mau tahu Lion. Jika kau tidak membunuh Neru sekarang juga maka aku tidak akan membayarmu"

Tut

"Tch sialan. Jika tidak karena pria itu maka dia sudah tewas" gerutu Lion sambil menyimpan ponselnya.

***

Saat ini Karin sedang berada di kantin rumah sakit. Pikirannya melayang pada kejadian tadi siang. Bayangan orang yang menabrak Neru masih berputar di kepalanya. Ditambah orang itu kesal karena tidak berhasil menabrak Neru.

"Apa mungkin kejadian tadi direncanakan?" gumam Karin pelan.

Karin tersadar dari lamunannya begitu merasakan ada seseorang yang duduk di sampingnya. Ia menoleh sebentar.

"Pria itu udah pulang?" tanya Techi.

Karin menggeleng "Belum mi" balasnya. Techi mendengus kesal.

"Eh mami mau kemana?" tanya Karin begitu Techi berdiri tiba-tiba. "Keluar" balas Techi singkat.

Karin mendengus kesal "Mami kalo cemburu kok aneh banget sih" ujar Karin tak menyangka.

Karin juga berdiri dari tempat duduk dan berniat ke kamar Neru. Gak baik kan biarin mamanya berduaan sama orang lain.

Begitu Karin hendak masuk kedalam ruang inap Neru, seseorang tak sengaja menyenggol bahunya.

"Maaf maaf" ujar orang itu.

Karin hanya menghela nafas saja. Begitu ia akan membuka pintu. Tiba-tiba saja tubuhnya mematung.

'Dia...yang nabrak mama tadi' gumam Karin dalam hati.

Karin berjalan kearah orang itu tadi. Namun ia tidak menemukan siapa-siapa. Matanya meneliti setiap orang-orang yang berlalu lalang di koridor rumah sakit namun ia masih tidak menemukan orang itu.

"Atau mungkin salah liat ya?" monolog Karin tak yakin. Karin tidak ingin ambil pusing. Ia pun melanjutkan niat yang tertunda.

***

Lion, pembunuh bayaran yang paling sadis dan berhasil ditangkap 22 tahun yang lalu, sekarang ia sedang di koridor rumah sakit dengan memakai jas dokter dan masker agar tidak ada yang mengenalinya. Dulu Lion tidak peduli jika ada yang melihatnya membunuh namun semenjak ia masuk penjara, Lion sudah mulai waspada. Jika dulu yang memakai senjata berbahaya, namun sekarang Lion menggunakan suntikan yang berisi rancun untuk melumpuhkan targetnya.

Langkahnya semakin dekat dengan ruang inap Neru. Namun begitu ia melihat seseorang yang paling ia ingat, langkahnya jadi berhenti. Ia menatap Techi yang duduk di samping Neru.

"Dia...masih hidup" Lion tersenyum simrk.

Lion pun membatalkan niatnya untuk membunuh Neru. Ia berjalan menjauhi ruang inap Neru. Sepanjang koridor Lion tertawan seperti orang gila hingga orang-orang menatap aneh.

***

Lion menghisap rokok nya tersebut. Ia menatap wanita didepannya. Lalu ia merogoh kantong celananya.

"Ini"

"Apa-apaan ini?" tanya sang wanita tak mengerti.

"Uang DP yang kau berikan padaku waktu itu. Semuanya masih lengkap" ujarnya sambil mengambil sekotak rokok di atas meja. "Aku pergi"

"Tunggu!"

Lion menghentikan langkahnya dan menoleh ke wanita tersebut sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Ini? Apa-apaan maksudnya?"

Lion menghisap rokoknya dan menghembuskannya "Kan sudah jelas. Aku tidak mau melanjutkannya lagi" ujar Lion.

"Aku tahu. Tapi..."

"Ada yang lebih menarik dari wanita itu" Lion mengeluarkan smirknya "Hirate Yurina" lanjutnya. Setelah itu barulah ia pergi meninggalkan wanita tersebut.

Wanita itu diam mematung begitu Lion menyebut nama Techi.

"Tidak mungkin" gumamnya.

Kataomoi : Kakusareta kimochiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang