32. I'm here with you

225 16 6
                                    

"Mami akan datang tepat waktu"

"Kami menemukan mobil nyonya Hirate didasar jurang"

"Mami kamu kecelakaan"

"Karin"

Karin terbangun dari tidur singkatnya.

"Karin kamu baik-baik saja?" mata Karin menoleh kesamping dimana seorang wanita seumuran mamanya tengah menatapnya khawatir. Karin tersenyum paksa "Aku baik-baik saja Tante Miyu" bohongnya.

Tangan Miyu mengusap rambut Karin dengan sayang "Sebaiknya kamu pulang dulu. Muka kamu pucat banget. Tante gak mau kamu kenapa-napa" ucap Miyu perhatian

Karin menggeleng "Aku baik-baik aja Tante, sungguh" ucap Karin meyakinkan. "Oh iya bagaimana keadaan mama, Tante?"

"Mama kamu baik-baik saja. Ia hanya mengalami syok ringan dan saat ini mama kamu sedang tidur" terang Miyu.

"Begitu ya" gumam Karin pelan. "Lalu.... bagaimana dengan mami?" lanjut Karin dengan suara seraknya.

Miyu menatap Karin sendu. Ia tidak tega melihat Karin yang murung, ditambah Neru sempat pingsan karena mendengar kabar tentang Techi.

"Mami kamu..." suara Miyu tiba-tiba saja sulit untuk keluar. Bahkan mengucapkan sepatah kata saja tidak bisa. Karin yang tidak mendengar suara Miyu pun menoleh kearahnya.

"Ada apa Tante?"

Miyu menghela nafas berat "Mami kamu masih dalam tahap pencarian. Polisi tidak menemukan mami kamu di sekitar tempat kejadian" ujar Miyu dengan suara tertahan.

Karin seperti tersambar petir di siang bolong. Banyak sekali masalah yang menimpanya. Pertama sang mama dibawa ke rumah sakit akibat syok mendengar kabar tentang maminya dan sekarang tidak ada yang tau bagaimana keadaan maminya.

Mami pembohong. Mami bilang mami akan datang tepat waktu, tapi apa, mami malah ngilang. Aku mohon mami kembali lah. Kalo mami kembali aku janji gak akan marah sama mami, dan aku juga gak akan nakal-nakal lagi. Setidaknya kembalilah demi mama.

Karin berusaha menahan gejolak dalam dirinya. Ia tidak boleh menangis dan terlihat lemah. Jika ia menangis siapa yang akan menenangkan Neru. Saat ini hanya ia yang dimiliki Neru.

"Karin"

Karin merasakan usapan lembut di tangannya. Ia kembali menatap Miyu dan memberikan senyum terbaiknya "Aku baik-baik saja Tante"

"Karin"

Miyu dan Karin sama-sama menatap ke sumber suara.

"Tante Yuuka Tante Akanen" gumam Karin pelan melihat Yuuka dan Akane berjalan kearah mereka.

Akane langsung membawa Karin kedalam pelukannya untuk memberikannya kekuatan.

"Kamu yang tenang ya sayang. Tante yakin mama kamu pasti baik-baik aja" ujar Akane menenangkan. Meskipun Karin terlihat baik-baik saja tapi Akane yakin batin gadis seumuran anaknya ini sedang tidak baik-baik saja.

Karin membalas pelukan Akane "Makasih Tante" lirihnya.

Disisi lain Yuuka menanyakan kabar Neru sekaligus Techi.

"Keadaan Neru sudah mulai membaik tapi Techi.....sampai detik ini kami belum mendapatkan kabar terbarunya. Para polisi bilang mereka masih berusaha mencari Techi" balas Miyu pelan.

Yuuka menghela nafas panjang "Sebenarnya apa yang terjadi. Kenapa Techi bisa mengalami kecelakaan?"

"Seseorang sudah menyabotase mobil Techi" sahut Miyu "itu yang aku dengar dari polisi dan sekarang polisi juga sedang mencari tau siapa pelakunya"

"Sabotase? Siapa yang melakukan tindakan keji itu. Aku akan mengerahkan orang kepercayaan ku untuk mencari orang itu. Ini tidak bisa dibiarkan. Orang itu harus di adili" marah Yuuka. Meskipun Techi orangnya bodo amat terhadap sekitar tapi bagaimana pun juga Techi itu rekan bisnis sekaligus temannya. Ia juga sudah menganggap Techi sebagai saudaranya.

"Aku harap begitu. Dan juga mudah-mudahan Techi bisa ditemukan dalam keadaan baik-baik saja. Jujur saja aku tidak tega melihat Karin. Meskipun dia berusaha tetap tenang tapi tetap saja ia tidak bisa membohongi perasaannya. Bagaimana pun juga Karin sangat dekat dengan Techi"

***

Karin berjalan tenang masuk kedalam gedung nan kokoh tempat ia menimba ilmu. Sebenarnya Karin tidak ada niatan untuk bersekolah tapi karena paksaan Neru, ia mau menurutinya meskipun dengan terpaksa. Terlebih kondisi Neru sudah mulai stabil, tapi meskipun begitu tidak bisa dipungkiri bahwa Neru masih sedih akan kabar Techi yang sampai sekarang masih belum ditemukan. Dengan ditemani Akane, Yui dan Miyu membuat Karin merasa tenang meninggalkan Neru yang masih dilanda kesedihan.

Ceklek

Karin membuka pintu kelas dan langsung bertemu dengan tatapan para sahabatnya. Tatapan itu adalah tatapan yang turut sedih atas kecelakaan yang menimpa Techi. Dan Karin benci tatapan itu. Karin paling benci dikasihani. Karin memalingkan wajahnya saat Ten dan Hikaru berjalan ke arahnya.

Tuk

Karin menatap Ten dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"Kenapa kau lama sekali ha? Aku dari tadi menunggu mu loh. Perutku lapar sekali" omel Ten.

"Kami tadi menunggu mu. Rasanya sepi jika tidak ada kamu, Karin" sahut Hikaru dengan senyum menenangkannya.

"Sudah. Jangan banyak bicara. Aku ingin cepat-cepat mengisi perutku" ujar Ten sembari menarik tangan Karin diikuti Hikaru yang berjalan di samping Karin.

"Eh t-tunggu. Aku tidak lapar"

"Ikut dan diam saja Karin. Lihat dirimu, sudah seperti orang kekurangan gizi saja. Jika saja Tante Yurina tau, dia pasti—" Ten merutuki dirinya karena menyebut nama orang yang membuat keadaan sahabatnya ini menjadi buruk.

"Karin aku—"

"Tinggalkan aku sendiri!"

"Karin—"

"Please!"

Ten dan Hikaru melepaskan tangan Karin, mereka membiarkan Karin pergi.

"Maaf" ujar Ten bersalah.

Hikaru mengelus tangan Ten dengan lembut.

"Ini bukan salahmu Ten. Karin butuh waktu untuk sendiri, atas apa yang terjadi" sahut Hikaru lembut.

Ceklek

"Sudah kukatakan biarkan aku sendiri—"

"H-hai"

"Oh Hono. Kamu rupanya"

Hono menatap sendu punggung Karin. Setelah apa yang ia dengar dari Ten dan Hikaru, ia jadi khawatir dengan keadaan Karin. Oleh karena itu Hono menyusul Karin ke rooftop.

"Sedang apa kamu disini?"

Hono tersadar dari lamunannya begitu mendengar suara Karin, ia berjalan mendekati Karin yang memandangi langit "Nothing. Kamu sendiri?"

"Mencari udara segar"

Hono menatap wajah samping Karin yang sedang menahan kesedihan. Melihat Karin yang begitu membuatnya jadi ikut sedih.

"Jangan memandangku begitu. Aku tidak semenyedihkan itu" seru Karin tanpa mengalihkan wajahnya.

"Karin—"

"I'm fine"

Hono menghela nafas. Tampaknya Karin benar-benar tidak ingin terlihat buruk di depan orang lain. Dia benar-benar menutup dirinya jika menyangkut keadaannya.

Karin merasakan pelukan hangat yang membuatnya perlahan tenang.

"Hono—"

"Yang terjadi padamu memang lah buruk Karin, kumohon jangan begini. Kamu tidak sendirian, ada aku, Ten, Runrun dan juga Inori. Kami semua mengkhawatirkan mu. Apapun yang terjadi kami akan selalu berada disamping mu"

Terdengar suara isakan yang keluar dari mulut Karin. Hono mengeratkan pelukannya sebagai bentuk ia akan selalu berada bersamanya selamanya.

"I'm here with you"

Kataomoi : Kakusareta kimochiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang