Karin menatap kesal orang yang duduk anteng di depannya, sedangkan orang itu malah memberikan cengiran lebarnya.
"Ada apa Karin. Tampaknya kau ingin mengatakan sesuatu" dengan wajah sepolos mungkin orang itu bertanya pada Karin.
Karin menggeram kesal "Kau benar-benar menyebalkan Ten"
Ten terkekeh lucu.
"Memangnya apa salahku?"
"Cih enak sekali kau bertanya apa salahmu"
"Aku serius loh"
Huft
Karin menghela nafas panjang. Dari pada marah-marah, Karin lebih memilih untuk melihat indahnya kota dari kabin bianglala. Tanpa sadar mereka sudah berada di puncaknya.
"Indahnya ya" gumam Ten yang juga menatap ke luar. Karin cuma berdehem.
Seketika Ten terkekeh kecil "Kau masih marah padaku ya?" tanyanya di sela kekehan.
"Menurutmu?"
"Ayo lah Karin. Ini hanya sebentar saja. Lagi pula kau telah menikmati waktu bersama dengan Hono dari tadi"
"Menikmati dari Hongkong. Kau dan Hikaru sejak tadi terus mengikuti kami" ketus Karin. "Mentang-mentang udah pacaran" dengusnya.
"Woiya dong. Emangnya kau yang terus saja memendam perasaanmu" Karin langsung mendelik tak suka "Diambil orang nanti baru tau rasa" lanjut Ten.
Oke. Saat ini kekesalan Karin sudah berada di puncaknya.
"Kau diam atau ku dorong dari sini" Karin memasang wajah datarnya sehingga Ten bergidik ngeri.
"Oke aku diam"
Dalam sekejap Ten langsung mengunci mulutnya rapat-rapat.
Bianglala pun berhenti. Karin dan Ten pun langsung turun. Namun sebelum itu, Ten mengatakan sesuatu pada Karin.
"Karin"
"Apa?"
"Kali ini aku serius"
"Hah?" Karin menatap Ten bingung.
Ten memamerkan senyum tipisnya "Katakan sebelum terlambat. Atau kau sendiri yang akan menyesal"
Karin terdiam.
"Karin!!! Ayo!!" Karin tersadar dari lamunannya, ia pun turun dari bianglala.
"Wah hari ini sangat menyenangkan" ujar Hikaru senang.
"Garis bawahi hanya bagi kalian saja" ujar Karin ketus.
Ten tertawa kecil. Nampaknya sahabatnya ini masih kesal "Jangan begitu Karin. Bukankah berempat lebih baik daripada berdua"
"Siapa bilang?"
"Aku" Ten cengengesan.
"Yaudah. Kalo gitu Hono, aku dan Ten balik dulu. Sampai jumpa besok" pamit Hikaru. Hono menggangguk "Bye bye"
"Oh iya Karin. Jangan lupa yang aku katakan tadi"
"Hmm"
Kini tinggallah Karin dan Hono yang sedang dilanda keheningan.
"Mau pulang sekarang?" tanya Karin pada Hono yang sibuk dengan pemikirannya sendiri.
Hono menggangguk "Umm"
Lalu mereka berdua pun masuk ke dalam mobil Karin. Bahkan selama perjalanan kedua gadis itu sama-sama bungkam. Tidak ada sedikitpun suara yang keluar dari mulut keduanya. Hingga sampai lah mereka di rumah Hono. Hono langsung keluar dari mobil Karin.
"Terimakasih untuk hari ini Karin. Sampai jumpa"
"Hono"
Hono yang berjalan beberapa langkah pun berhenti dan menoleh ke Karin. Ia menatap Karin dengan penuh tanda tanya.
"Selamat malam"
'Ck. Apa yang aku katakan?'
Hono tersenyum manis "Malam. Kalo gitu aku masuk dulu bye-bye"
"Umm"
Saat Hono sudah masuk dalam rumahnya barulah Karin menjalankan mobilnya.
"'Selamat malam' yang benar saja. Kenapa kata itu yang keluar dari mulutku" Karin memaki dirinya sendiri yang tidak bisa mengungkapkan apa yang ia pikirkan.
'Ini semua salah Ten'
Mobil yang di kendarai Karin berhenti di garasi rumahnya. Karin pun langsung keluar dan masuk ke dalam rumahnya.
Saat akan melewati ruang kerja Techi, Karin tak sengaja melihat Techi dari celah pintu yang terbuka sedikit, ia masih sibuk berkutat dengan kertas-kertas yang sangat banyak.
Karin membuka pintu tersebut "Mami belum tidur"
Techi melirik Karin sekilas "Ah Karin. Bentar lagi. Ini juga masih tanggung" ujar Techi.
Karin menghempaskan tubuhnya di sofa.
"Bagaimana kencannya?"
Karin menegakkan tubuhnya "cuma pergi main aja mi bukan kencan" koreksi Karin. Techi terkekeh kecil.
"Ya ya. Terserah kamu saja"
"Mami"
"Ya"
"Jatuh cinta itu kayak gimana sih"
Techi menghentikan tangannya dan menatap Karin "Entahlah. Mami juga gak tau"
"Eh. Lalu bagaimana mami bisa menikah sama mama?" Karin benar-benar kaget dengan jawaban Techi. Bukankah ia sudah menikah jadi ia pasti tau bagaimana rasanya jatuh cinta.
"Hmm. Takut kehilangan seseorang, mungkin?"
"Gak gak gak. Mana mungkin begitu. Jadi kalo aku takut kehilangan mami,itu artinya aku jatuh cinta sama mami. Kan gak mungkin" sergah Karin cepat.
Techi terkekeh geli "Ya mana mami tau"
Huft
Karin menghela nafas panjang. Berbicara dengan maminya tidak akan bisa menemukan solusi.
'Solusi? Memangnya solusi untuk apa'
"Memangnya kau sedang jatuh cinta. Tumben sekali kau bertanya begitu sama mami?" tanya Techi sambil bertopang dagu.
"Eh mami gak tau? Lalu kenapa mami mengira aku pergi kencan?"
Techi menggaruk tengkuknya "Soalnya saat mami pergi dengan mama kamu berdua, teman-teman kami menggoda kami dengan kata-kata kencan. Jadi mami kira kata itu cocok untukmu" ujar Techi sambil tertawa kecil.
"Tch mami ini. Sifat mami sama seperti yang di katakan mama. Gak pernah peka" gerutu Karin pelan. Padahal dirinya sendiri juga sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kataomoi : Kakusareta kimochi
SonstigesSekuel Kataomoi Berawal dari tak sengaja menemukan buku diary seorang gadis misterius. Sehingga membuat Karin ingin semakin mengenalnya. Bahkan tanpa sadar Karin memperhatikan gadis itu. Lama-kelamaan tumbuh perasaan yang tidak ia mengerti. Karin me...