HAPPY READING
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Berbagai macam bujukan hingga rayuan Aarav lontarkan pada gadis dihadapannya, namun sang gadis tetap setia dengan jawaban awalnya.
"Gue. Nggak. Mau." Rin menekan tiap kata yang keluar dari mulutnya. Membuat Aarav kembali memohon dengan wajah memelasnya.
"Please. Gue gatau lagi harus minta tolong ke siapa, mau ya?" Aarav menggenggam erat tangan Rin sembari menatap penuh harap pada gadis itu.
Rin mendengus kesal, Ia segera menghempaskan tangan Aarav. "Harus banget gue yang bantuin? nggak ada yang lain gitu?" ketusnya.
"Please. Lo mau ya?" mohonnya kembali tanpa menggubris pertanyaan Rin.
"Gamau."
"Gue bakal ngasih apapun yang lo minta."
Rin mengerutkan keningnya, berusaha mencerna perkataan Aarav. Entah kenapa saat mendengar kalimat 'apapun yang lo minta', dirinya refleks menatap penuh arti pada pria di hadapannya itu.
"Oke, deal." Rin tersenyum simpul, Ia meraih tangan kanan Aarav untuk mengajaknya berjabat tangan ala bisnis.
dasar.
...
"Tapi ingat, cuma pura-pura."
"Iya, iya. Pura-pura," ucap Aarav datar.
"Serius juga nggak papa." -Aarav.
"Okey. Gada lagi 'kan yang mau di omongin? gue mau pulang." Rin melirik jam tangannya yang ternyata sudah menunjukkan pukul 05.13 PM.
"Kita bareng aja kalau gitu," usul Aarav.
Rin berfikir sejenak lalu akhirnya mengangguk pelan. "Lo ke sekolah naik apa?"
"Gue?" Aarav menunjuk dirinya sendiri, heran. Rin kembali mengangguk membuat Aarav cengengesan.
"Kenapa?"
"Sebenarnya... gue ke sekolah jalan kaki," ungkapnya.
"Hah? terus? kita pulangnya gimana? gue nggak mau jalan kaki ya, rumah gue jauh," ucap Rin apa adanya.
Aarav menggaruk tengkuknya yang tidak gatal samasekali. "Naik becak aja gimana?" tawarnya yang berhasil membuat Rin melotot tajam.
"Be-- bercanda. Naik angkot aja gimana?"
"Astagfirullah, beneran nggak modal."
Rin tersenyum miris. "Lo sebelumnya pernah naik angkot?"
"Nggak, gue gatau cara naiknya," ucapnya santai.
Mendengar itu, Rin menghela nafasnya dalam-dalam. Ia melirik kiri-kanan, mencari keberadaan angkot yang akan membawanya pulang.
"Yuk, bentar lagi lampu Ijo." Setelah berkata demikian, Rin segera berlalu pergi meninggalkan Aarav yang sedang dilanda kebingungan.
"Angkot? lampu ijo? apa hubungannya" -Aarav.
***
"Bye, duluan ya," pamit Rin pada Aarav saat dirinya sudah sampai di tujuan.
Aarav hanya mengangguk lalu tersenyum kecil menanggapinya. Sejujurnya, Ia takut jika ditinggal sendiri seperti ini, karena sebelumnya Ia tak pernah naik angkot.
Ya, mari kita berdoa saja. Semoga mas Aarav selamat sampai tujuan. Berdoa dimulai.
Drtttt!
Drtttt!
Merasa ponselnya bergetar, Aarav segera memeriksanya.
Calon Istri bila jodoh💖
duluan ya, lo gpp 'kan?
Hati², jgn smpe ilng😂Aarav tersenyum cerah saat mengetahui pesan itu dari 'Calon istri bila jodoh' nya, yang tak lain adalah Rin.
Perlu diingat, Aarav sebenarnya udah bucin Rin sejak pandangan pertama. Awalnya dia niat buat nyari alamat Rin buat pdkt, tapi ternyata oh ternyata selama ini mereka satu sekolah dan sekarang sekelas, membuat Aarav mempunyai semakin banyak harapan dan yang terpenting adalah-- pdkt. Ciee mas Aarav.
Pria tinggi itu terlalu bahagia, Ia terus membaca ulang pesan dari cinta pada pandangan pertamanya itu.
Terlalu bahagia bin serius, hingga dirinya lupa akan sesuatu.
"Syalan, ini dimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lolipop [END)
Fanfiction⚠BANGCHIN AREA⚠ (Eunkook | Taerin | Sumji) Percaya atau tidak, Lolipop berhasil mempertemukan Mereka. Di hari yang sama, dan di waktu yang berbeda. note : belum pernah di revisi sama sekali, jadi harap maklum kalau alurnya masih berantakan. start :...