•Spesial Part'[Aarin]

105 19 6
                                    

haiii, ada yang masih nyimpen book ini di perpusnya? hehe:D

"Eyyo My Chiky, Abang pulang~!!" Aarav memeluk Istrinya- Rin, dari belakang yang saat ini sedang memasak di dapur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eyyo My Chiky, Abang pulang~!!" Aarav memeluk Istrinya- Rin, dari belakang yang saat ini sedang memasak di dapur.

Rin mendecih pelan. "Lepas ih! Kamu bau, jangan peluk-peluk!" ketusnya.

Aarav cemberut, ia makin mengeratkan pelukannya. Dengan penuh keberanian, Pria itu mengecup singkat telinga milik Istrinya.

Rin berusaha melepaskan diri dari pelukan Aarav, namun usahanya gagal. "Jangan mulai, deh. Aku capek, jangan harap kamu dapat jatah segala macam."

"Dosa loh, Yang.. nolak ajakan suami. Kalau kata orang tua sih nggak baik," kata Aarav menakut-nakuti.

"Bodoamat."

Gadis bermata sipit itu memilih untuk fokus pada masakannya. Takut gosong kayak punya Nasya.

"Juned mana, Yang? Hilang?" tanya Aarav celingak-celinguk mencari keberadaan Putranya itu.

Fyi, pelukan mereka udah lepas. Itu karena Rin nginjek kakinya Aarav.

Rin mengangkat bahunya acuh. "Paling lagi main di luar, biasalah anak-anak."

"Main sama siapa dia? Temen aja ga punya, orang anaknya nolep gitu kok," hina Aarav.

Aarav doang emang, anak sendiri dihina dan dibully sama dia.

"Kalau Juned denger habis kamu, Mas. Kamu lupa waktu itu nangis-nangis karena Juned ninju itu kamu sampai bengkak?"

Raut wajah Aarav berubah drastis. Dia ingat betul, waktu itu dia sampai nggak bisa jalan selama beberapa waktu karena itunya nyeri. Bahkan, dia nggak dapat jatah karena itu. Apes banget 'kan? double double kill

"Mama sama Papa ngomongin siapa?" Sosok Pria kecil yang wajahnya mirip dengan Aarav, terlihat berjalan ke arah dapur.

Aarav terlonjak kaget mendengar suara anaknya. Gawat. Juned nggak dengar bagian sensitifnya 'kan? Jangan sampai, deh.

Rin terkekeh pelan menatap Aarav. "Itu, Papa kamu habis-"

"Juned mau apa, Sayang? Nanti Papa beliin. Mau kinderjoy? Cemilan? Masak-masakan? Atau apa deh, terserah Juned." Aarav tersenyum lebar, berniat menyembunyikan rasa gugupnya.

Juned berjalan antusias menghampiri Ayah dan Ibunya. "Papa serius?!"

Aarav mengangguk mantap. "Ayo, kita pergi sekarang," ajaknya yang langsung dibalas acungan jempol oleh Juned.

Rin yang menyaksikan itu cemberut. Apa-apaan ini, dia juga ingin ikut.

"Mama ga diajak nih?" tanya Rin dengan nada merajuk.

Lolipop [END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang