37. Cup Cup Cup

170 45 20
                                    

HAPPY READING
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Malam ini Rin dan Aarav akan keluar makan malam di cafe 69, cafe yang lumayan sering di kunjungi orang-orang saat malam hari, bersama pasangan masing-masing.

Tentu saja yang mengajak dan merencanakan semua ini adalah Pria itu- Aarav. Pada awalnya, Rin tentu langsung menolak ajakan Aarav, tetapi saat Pria itu tiba-tiba datang tanpa izin ke rumahnya, Rin terpaksa harus ikut keluar bersamanya. Ya, mau tidak mau, daripada malu diliatin tetangga. Soalnya, Aarav jadi tamu tuh nggak ngotak, dia teriak-teriak di luar manggil nama Rin sambil gedor-gedor pintu, keras banget.

...

Cafe 69
----

"Sayang, di minum dong kopinya, keburu dingin nanti," ujar Aarav memperingati.

Rin berdeham singkat, mau tak mau, Ia segera meminum kopi tanpa gula di hadapannya. Ya, gini-gini Rin itu penyuka kopi tanpa gula.

Aarav tersenyum senang, Ia menatap Rin tulus. "Pinter banget pacar aku," pujinya.

"Gausah gombal."

"Siapa yang gombal? orang kenyataan, kok."

Gadis itu menghela nafas panjang, lalu kembali meletakkan cangkir berisi kopi yang Ia pegang. "Panggilnya biasa aja, gausah pake embel-embel, gue ga terbiasa, ga suka." Rin berucap tanpa melirik Aarav sedikitpun.

Tidak, kali ini Aarav tidak akan menyerah, dia akan terus berusaha untuk membuat Rin jatuh hati padanya. "Makanya dibiasain dong, 'kan sekarang kamu pacar aku." Aarav tersenyum sumringah.

"Terserah."

Aarav tersenyum semanis mungkin, meski sebenarnya Ia sedikit sakit hati karena ucapan Rin, yang terkesan seperti sangat tak suka dengannya. Pria itu berfikir, kurang apalagi dirinya? padahal dia sudah ganteng, baik hati, dan tidak sombong. Bahkan, Aarav sampai rela memakai uang tabungannya untuk membeli motor bekas, hanya untuk Rin, agar gadis itu ingin pulang ataupun pergi bersamanya. Tapi, apa yang Ia dapatkan? Rin seakan tak pernah menganggapnya ada.

"Rin," panggil Aarav pelan. Gadis yang dipanggil itu hanya berdeham singkat.

"Sebenarnya kamu serius ga sih ngejalanin hubungan ini?" Pertanyaan itu tiba-tiba saja keluar dari mulut Aarav.

Kini, pandangan Rin sepenuhnya tertuju pada Pria di hadapannya. "Lo ngomong apa sih?" tanyanya ketus.

Aarav menggeleng pelan, lalu tersenyum tipis. "Nggak, gapapa. Btw, gue ijin ke toilet bentar, ya? gapapa, kan?"

"Ngapain?"

Tanpa menjawab pertanyaan Rin, Aarav langsung pergi begitu saja. Pria itu benar-benar ke kamar mandi, berniat untuk menetralkan emosinya.

...

Cukup lama Rin menunggu kedatangan Aarav, tetapi Pria itu tak muncul-muncul juga. Rin sudah mencoba untuk menghubunginya, tetapi tak ada jawaban samasekali. Ditambah lagi, dia duduk di paling pojok, dan jarak toilet lumayan jauh dari tempatnya.

Lolipop [END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang