30. Kebaikan Lily

164 42 7
                                    

HAPPY READING
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Disinilah mereka sekarang, di warung pinggir jalan, memesan bakso dengan porsi yang tak biasa. Iya, warung pinggir jalan, itu artinya mereka di luar sekolah. Saat itu, mereka ketahuan Satpam dan langsung mendapati omelan gratis darinya, tapi karena uang merah tiga lembar milik Lily, mereka akhirnya diizinkan untuk keluar, asal tidak bilang siapa-siapa, dan kalau mau masuk harus lewat belakang.

Tadinya mereka berniat makan di kantin, tapi dengan alasan kantinnya sedang penuh, mereka mengurungkan niat. Padahal sebenarnya Nasya membisik Rin agar mereka tak usah makan di kantin, karena baru saja gadis itu masuk, dia sudah disuguhkan pemandangan yang tak mengenakkan. Samuel dan Lisa saling menyuap dan tertawa satu sama lain.

...

"Kalian pesen aja, biar aku yang bayar," kata Lily dengan wajah polosnya.

Mereka kaget, bukannya tadi Lily sudah banyak mengeluarkan uang untuk menyogok Satpam? kenapa sekarang dia berkata akan membayar semuanya? ini tidak normal.

"Dek, nanti uang kamu habis, ga usah, nanti biar dia aja yang bayar." Dengan santainya Rin menunjuk Aarav, membuat Pria itu membulatkan mata sempurna.

"Enak aja, nggak, duit gue pas-pasan ini!" serunya.

Lily tersenyum tulus, Ia menatap Senior-Seniornya satu persatu. "Gapapa, Kak, pesen aja, biar aku yang bayar. Kalau masalah uang Kakak tenang aja, aku masih punya banyak simpanan, Kok, di dompet."

Serius, ini aura sultannya kerasa ga di kalian? soalnya ke Mereka iya, kerasa banget.

Mentang-mentang punya banyak duit, traktir Senior sembarangan! dasar Lily.

Tak kunjung mendapat respon, Lily memutuskan untuk mewakili Mereka untuk memesan. "Pak," panggilnya.

Si penjual bakso langsung mendatangi meja Mereka; Nasya, Rin, Lily, Aarav, dan Felix. "Iya, neng? mau pesen apa?" tanyanya lembut.

"Baksonya lima mangkuk, ya, Pak? kalau boleh porsinya dibanyakin aja, baksonya yang besar-besar juga, terus minumnya masing-masing..." Lily menggantung ucapannya, gadis itu menatap Ke-empat Seniornya. "Kalian mau minum apa?" tanyanya ramah.

"Em.. air putih aja, Dek," sahut Nasya, membuat Ketiganya mengangguk setuju.

Lily kembali menatap Pria paruh baya di hadapannya. "Minumnya Es teh aja, Pak." Gadis itu tersenyum penuh arti, yang dibalas anggukan oleh Si penjual Bakso.

"Oke, ditunggu, Neng."

...

Mereka menatap tak percaya pada Lily, padahal jelas-jelas mereka meminta air putih saja, tapi Adik kelasnya ini malah memesan Es teh, yang harganya dua kali lipat lebih mahal dari Air putih biasa.

"Kalian kenapa?" tanya Lily terlihat bingung.

Rin tersenyum canggung. "Gapapa, Dek."

Lily manggut-manggut, Ia lalu menatap ke arah Felix yang kini sedang memainkan ponselnya. "Kak Felix," panggilnya.

Mendengar namanya disebut, Felix otomatis mendongak lalu menatap Lily bingung. "Ya, kenapa?"

"Makasih ya, Kakak udah berusaha buat nepatin janji buat jagain Aku, walau sebenarnya ini bukan sepenuhnya salah Kakak. Tapi, rasanya aku bersyukur karena ada yang mau jagain Aku dari bahaya." Lily berucap tulus.

Hati Felix menghangat mendengarnya, Pria itu tersenyum bahagia. "Iya, Makasih juga karena udah ijinin Aku buat jagain Kamu."

Kalau masalah Felix, tadi Lily nelpon dia buat ikut makan sama Mereka ber-empat.

Lolipop [END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang