11. Jennie Apriliani

224 65 46
                                    

HAPPY READING
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Saya mau duduk bareng Aarav."

Sontak, para Siswa(i) menatap heran pada Jennie. Sementara, Jennie yang menyadari dirinya sedang ditatap berusaha bodoamat.

Pak Gundul menatap penuh arti pada Jennie. "Nak, tapi--"

"Saya maunya sama Aarav, Pak." Jennie menekan setiap kata yang keluar dari mulutnya.

"Boleh 'kan? lagipula Ayah saya udah nyogok Kepala Sekolah, supaya saya bisa sekelas dan duduk bareng sama Aarav," jelasnya jujur.

Pak Gundul yang mendengar pengakuan gadis dihadapannya hanya bisa cengo. Begitupun dengan beberapa Siswa(i), termasuk Aarav.

"Yasudah." Pak Gundul menatap tak enak pada Jono yang saat ini duduk sebangku dengan Aarav. "Jono, boleh tolong pindah?"

Jono mengangguk paham, Ia langsung membenahi barang-barangnya lalu mencari kursi kosong untuk Ia duduki.

Pak Gundul menatap Jennie, lalu tersenyum ramah. "Nak Jennie, silahkan."

Dengan perasaan gembira, Jennie berjalan menghampiri Aarav yang tengah menatap tak suka padanya.

"Kita mulai, ya. Silahkan kerjakan tugas pada halaman Tiga puluh. Tugas dikumpul hari ini, di ruangan saya," jelas Pak Gundul, yang disambut anggukan paham dari sebagian Murid.

"Oke. Silahkan dikerjakan, Saya ada urusan sebentar. Jika sudah selesai, silahkah kumpulkan di ruangan saya," lanjutnya.

Tak lama setelah itu, Pak Gundul benar-benar pergi meninggalkan kelas. Membuat beberapa Siswa(i) bersorak kegirangan, melupakan tugas yang diberikan oleh Pak Gundul.

***

12 IPA 2
10.57 AM
--------------

Sebenarnya, sekarang belum waktunya untuk Istirahat. Berhubung Pak Gundul tak kunjung menampakkan batang hidungnya dan sebentar lagi Jam Istirahat akan tiba, mereka membuat Jam Istirahat sendiri.

Beberapa Siswa(i) sudah berlalu pergi menuju Kantin. Ada pula yang lebih memilih untuk tinggal diam di kelas, sampai Bel Istirahat benar-benar berbunyi.

...

"Arav, aku udah balik. Kamu kangen nggak? aku sih kangen." Gadis itu-- Jennie, Ia menyenderkan kepalanya di bahu Aarav. Jujur, Aarav merasa tidak nyaman dengan perlakuan Jennie padanya.

"Apasih, Jen. Jangan nyender-nyender gini, nanti diliatin guru."

Bukannya menuruti permintaan Aarav, Jennie justru memeluk dirinya dari samping.  "Kok kamu gitu sih? emangnya kamu nggak kangen sama aku?"

"Tolong lepasin, Jen. Nanti pacar aku cemburu."

Mendengar kata 'pacar', Jennie refleks melepas pelukannya. Ia menatap penuh arti pada Sahabat masa kecilnya itu. "Pacar?" tanyanya memastikan, yang disambut anggukan oleh Aarav.

"Kamu bohong 'kan?" tanyanya sekali lagi, yang lagi-lagi disambut anggukan oleh Aarav.

Aarav berdiri tegak, pandangannya tertuju pada sosok gadis yang lumayan jauh dari tempatnya berdiri. "Sayang, ayo sini," panggilnya cukup keras. Membuat siapa saja yang ada di sana dapat mendengarnya.

Gadis yang dipanggil 'Sayang' itu menoleh, Ia menunjuk dirinya sendiri, hendak memastikan apakah benar dirinya yang Aarav maksud. Aarav mengangguk sekali, membuat sang gadis berlari kecil ke arahnya.

.
.
.

"Ini pacar aku," ucap Aarav santai, tepat setelah gadis itu tiba.

Jennie memandangi gadis yang Aarav maksud, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ia mengerutkan keningnya sembari tersenyum miring. "Cantikan aku."

Mendengar pengakuan Jennie, gadis itu merasa tersinggung. Padahal, kata Ibunya, dia adalah gadis tercantik yang pernah Ibunya temui.

"Arav," panggil Jennie. Aarav menoleh, menatap penuh tanya pada Jennie. "Apa?"

"Dia pacar kamu?"

"Iya."

"Siapa namanya?"

"Rin," ujar Aarav.

Iya, Rin. Ingat perjanjian yang mereka buat kemarin? kalau lupa, coba baca ulang Chapter 8.

Jennie menatap tajam sekaligus tak suka pada Rin. "Kamu pakai pelet apa?" tanyanya ketus.

"Tolong ya, kalau mau ngomong itu disaring dulu. Jangan asal ceplos, nanti orangnya tersinggung atau sakit hati." Akhirnya, Rin berhasil merangkai kata-kata yang pas untuk membalas ucapan pedas dari Jennie.

"Oh."

"Astagfirullah. Tahan, tahan, kasian anak orang." -Rin.

"Udah ya, Jen. Aku mau ke kantin sama pacar aku, udah Jam Istirahat soalnya. Nanti pacar aku kelaparan." Aarav menerobos keluar dari tempatnya. Kini, tangannya Ia gunakan untuk merangkul gadis disampingnya, Rin.

"Yuk, ngantin." Aarav tersenyum lalu mengacak-acak rambut Rin.

Deg.

Heh, tanggung jawab, anak orang baper.

"Aku ikut!" pinta Jennie.

"Nggak bisa, Jen. Aku maunya berdua doang sama pacar aku," ucap Aarav santai tapi berhasil membuat seorang Rin Alisha berada dalam posisi 'Mau salting tapi gengsi'.

"Tapi kata Ayah, aku nggak boleh jauh-jauh dari kamu!"

"Emang kamu mau aku aduin ke Ayah?" ancam Jennie, yang berhasil membuat Aarav membulatkan matanya.

"Jen, tolong ngerti."

"Nggak! aku bakal aduin kamu ke Ayah!"

Aarav menghela nafas berat. Terpaksa, Ia menyetujui permintaan Jennie untuk ikut bersamanya.

"Yaudah, ayo." Aarav mulai melangkahkan kakinya ke depan. Tangannya masih setia merangkul gadis di sebelahnya, membuat sang gadis ikut terseret saat Ia berjalan. Sementara, Jennie hanya mengekori mereka dari belakang dengan perasaan kesal.


























Sudahkan kalian tersenyum hari ini? kalau belum, ayo senyum sekarang.

Lolipop [END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang