44. Ketika Joy bersuara

121 34 10
                                    

HAPPY READING
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Seperti biasa, hari ini Aarav harus tinggal membersihkan kelas terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah. Biasanya, Reon akan menemaninya. Berhubung hari ini Reon tidak hadir, Joy dengan sangat terpaksa harus menggantikannya.

Nasib jadi Seksi kebersihan dan Wakil ketua kelas. Menyusahkan.

...

"Lo niat nyapu ga sih anjir? mana ada orang nyapu lembek gitu! oh, ada deh, lo doang kayaknya." Joy menatap tak santai pada Aarav yang memegang sapu seperti memegang sapu juga, tapi versi lembek dan menyebalkan.

Aarav mengibas-ngibaskan tangan kirinya. "Ini tuh namanya, menyapu dengan gaya," katanya sok bijak.

"Minyipi dingin giyi," cibir Joy tak suka.

Pria itu mengangkat kedua bahunya acuh, melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.

Sementara Joy masih setia memungut sampah, sambil sesekali melirik Aarav dengan tatapan aneh. Gadis itu ingin menanyakan sesuatu, tapi bingung harus mulai dari mana. Kalau mulai dari hati, nanti dia ribet sendiri.

Alhasil, Joy hanya berdeham cukup keras, berniat membuat perhatian Aarav tertuju padanya. Bukan caper, ya, kawan-kawan, jangan su'udzon.

"Napa lo? batuk?" tanya Aarav sinis.

Joy menghembuskan nafas panjang, kesal. Jika bukan karena dirinya ingin menolong sesama, dia tidak akan sudi berdeham untuk mengambil alih perhatian Pria tak tau malu itu.

"Gimana hubungan lo sama temen gue? lancar? buruk? biasa aja? atau–"

"Sangat buruk," potong Aarav cepat, membuat Joy menatapnya heran.

Gadis itu menyipitkan pandangannya. "Alasannya?"

"Simple. Gue suka dia, tapi dia-nya nggak."

Joy yang mendengar hal tersebut tertawa puas, sampah-sampah yang ada ditangannya pun sudah Ia lempar entah kemana. "Drama amat hubungan kalian," ujarnya disertai kekehan.

Aarav tersenyum kecut. "Lo ada tips ga? biar hubungan gue sama Rin jadi estetik gitu, kayak hubungan pada umumnya. Jujur aja sih, gue capek digituin mulu, lelah hayati," keluh Pria bertubuh tinggi itu.

Joy berdeham cukup lama, sebelum akhirnya Ia menganguk-angguk pelan. "Telinga lo siniin," pintanya.

Pria itu menurut, Ia mendekatkan telinganya. Tanpa basa-basi lagi, Joy segera membisikkan rencananya tepat di telinga Samuel, membuat Pria itu mengangguk paham.

"Kalau gagal gimana?" tanya Aarav, ragu.

"Derita lo."

Astaghfirullah, untung saja Joy bergender wanita.

Joy menampilkan smirk andalannya, kemudian kembali memunguti sampah yang sempat Ia lempar untuk ditaruh di tempat sampah.

Lolipop [END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang