"Ardi, lo berangkat sama siapa?" Tanya Alvino menatap gadis itu dengan seksama, Ardi menghela nafas panjang saat terus dan terus di tanya demikian.
"Gue gak sekolah hari ini, ada urusan!" Balas Ardi dan langsung bergegaa pergi meninggalkan para saudara/i nya.
Hari ini Ardi ingin ke kantor, ia hanya ingin mengecek kondisi kantor. Ardi tak menggunakan pakaian formal, ia hanya menggunakan kemeja kotak - kotak berwarna biru dengan kaos putih dan celana jeans berwarna biru.
15 menit kemudian Ardi sudah sampai di kantor, kedatangan Ardi membuat beberapa karyawan kalanh kabut. Ia tahu beberapa karyawan itu berprilaku semena - mena karena jarang ada yang mengecek kantor.
Ardi turun dari mobil sambil memperbaiki kacamata yang ia pakai, Ardi berjalan mendekat ke arah pintu utama kantor. Ia berdiri menatap beberapa karyawanita yang menggunakan pakaian yang mengumbar dada mereka.
Ardi mendekat ke arah salah satu karyawanita lalu menarik baju wanita itu ke atas, ia merapikan pakaian wanita tsb.
"Lain kali pakai, pakaian yang lebih sopan! Saya tidak mau kalian berpakaian seenak jidat kalian, itu bisa merusak martabat perusahaan!" Jelas Ardi dan para karyawanita mengangguk dengan takut.
Ardi tersenyum tipis lalu bergegas pergi ke ruangan mamanya yang kini menjadi ruangan dirinya, Ardi memasuki ruangan bernuansa hitam dan gold itu dengan tatapan yang memendam sebuah kerinduan yang amat mendalam.
Ardi melihat - lihat sekeliling ruangan mamanya, sangat rapi bahkan tak ada debu sedikitpun. Mata Ardi teralihkan dengan sebuah buku yang sepertinya adalah buku harian milik mamanya.
Ardi mengambil buku tsb dan langsung berjalan ke arah sofa, ia duduk lalu membaca dengan seksama buku harian mamanya itu.
"Jadi? Tante Nancy adalah Leader Dark World Mafia sebelum mama, pantes aja!" Gumam Ardi yang baru mengetahui jika sebenarnya Nancy adalah Leader DWM sebelum Claresta.
Bahkan wanita itu sudah di anggap mama ke2 oleh Claresta, Ardi membaca terus hingga halaman terakhir. Ardi menyerengitkan keningnya saat membaca halamam terakhir dari buku tsb.
'Masalah besar akan dihadapi oleh putriku, bukan putraku!'
Kurang lebih seperti itu tulisan yang ada di halaman terakhir buku tsb, Ardi tak mengerti apa maksud dari tulisan itu. Ia menyimpan buku tsb saat Anne datang membawa setumpuk berkas.
"Banyak sekali, apakah ini sudah semua?" Ucap Ardi menghela nafas panjang.
"Hehe, semangat Ardi! Umm, ini yang perlu kau tanda tangani, sisanya biar aku saja!" Balas Anne, Ardi mengangguk.
"Terima kasih Anne, maaf merepotkan dirimu!" Ucap Ardi, Anne tersenyum lalu mengangguk.
"Iyaa tidak apa, kalau begitu aku kembali ke ruanganku dulu!" Balas Anne lalu pergi menunu ruangannya kembali, Ardi mengangguk.
Setelah Anne pergi, Ardi menatap setumpuk berkas yang ada dimeja mamanya. Ia kembali menghela nafas panjang saat melihat berkas - berkas tsb.
Ardi berjalan dan langsung duduk di kursi, ia mengambil salah satu berkas dan mulai mengerjakannya, dan seterusnya.
Sangking asiknya Ardi berpacaran dengan kertas, ia sampa lupa waktu padahal ini sudah jam makan siang namun, ia masih mendekam di ruangannya, hingga kedatangan Galaksi dan Bintang menyadarkannya.
"Asik bener pacaran sama kertasnya, ada cowo ganteng gini kok di cuekin!" Ucap Galaksi narsis, Ardi yang mendengar suara Galaksi langsung mendongak menatap pria itu datar sangking lelahnya.
"Ngapain kak Galaksi dan Tuan Bintang ada disini? Ada perlu apa?" Tanya Ardi menatap keduanya lelah.
"Jangan panggil saya tuan, panggil Bintang saja!" Ucap Bintang yang risih karena di panggil tuan oleh Ardi, Ardi hanya mengangguk.
"Ngapain?" Ucap Ardi mengulang pertanyaannya.
"Gak ngapa - ngapain cuma gabut!" Balas keduanya, Ardi menatap malas ke arah keduanya.
Ardi melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, ia terkejut saat sudah tahu bahwa ia bekerja lebih dari 2 jam lamanya.
***
Terlihat jam sudah menunjukan pukul 23.55 namun, Ardi masih sibuk berpacaran dengan kertas - kertas di hadapannya. Yaa, setelah makan siang tadi Ardi melanjutkan pekerjaannya sampai larut malam seperti ini.
Kantor terlihat sepi walaupun ada beberapa karyawan yang lembur, Ardi melihat jam dan ia menghela nafas panjang saat tahu jam sudah larut. Ia melihat ke arah samping kirinya masih ada sekitar 20 berkas lagi yang harus segera di kerjakan namun, matanya tak bisa di ajak kompromi.
Ah, iyaa! Dia mengingat mamanya pernah memberi tahu bahwa di ruangan ini ada sebuah kamar yang biasa digunakan mamanya saat lembur spt ini, Ardi bangkit dari duduknya dan melihat sekeliling.
Tak susah bagi Ardi untuk menemukan kamar tsb, ia melangkah ke arah rak buku yang begitu besar. Ardi menggeser salah satu buku dan benar saja rak itu bergerak menampilkan sebuah kamar dengan nuansa yang tak jauh beda dari nuansa kamar mamanya.
"Umm, mama sangat pintar! Bisa - bisanya di dalam ruangan ada ruangan lagi," ucap Ardi menggeleng pelan, ia berjalan memasuki kamar tsb.
Terlihat nyaman, ia merebahkan badannya di kasur. Terasa nyaman, tak terasa ia sudah memejamkan matanya dan tertidur dengan kondisi badan yang sangat lelah.
Oke, maafkan part yang terlalu pendek ini dan maafkan jika percakapannya sangat sedikit.
.
.
.
.Vote! Vote!
KAMU SEDANG MEMBACA
Ardiana [END]
Teen FictionTAMAT. Bergenre: Fantasy, Random, Romance, Fiksi Remaja, And Fiksi Umum. [FOLLOW AKUN AUTHOR SEBELUM BACA!] Ardiana Elva Taylor adalah anak dari pasangan Claresta dan David, Ardiana sama seperti sang mama memiliki sifat yang licik dan bringas namun...