Ardiana - 18

5.1K 472 16
                                    

"Ar, sumpah lo serem banget kalau lagi ngamuk!" ucap Arga menggidik ngeri sambil mengingat kejadian dimana Ardi yang tanpa beban langsung menebas kepala sinta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ar, sumpah lo serem banget kalau lagi ngamuk!" ucap Arga menggidik ngeri sambil mengingat kejadian dimana Ardi yang tanpa beban langsung menebas kepala sinta.

Ardi diam tak menggubris ucarapn abangnya itu, pikirannya berkecamuk dan alhasil kepalanya menjadi pusing. Ardi memijit pelepisnya yang terasa pusing, ia bingung. Semalam Bintang menyatakan cintanya kepada Ardi dan sebelum Bintang Galaksi juga menyatakan cintanya kepada dirinya.

Jujur, Saat ini Ardi tak begitu memikirkan masalah pria, ia hanya ingin berdamai dengan dunianya dahulu. Ardi merasa tak enak, ia ingin menolak namun, ah sudahlah.

"Lo kenapa dek? Kok kelihatan frustasi gitu," tanya Ardana menatap Ardi heran, Ardi menatap Ardana yang sedang bermesraan dengan Arvelyn.

"Kepala gue pusing!" balas Ardi sekenanya.

"Lo sakit Di? Mau apa? Biar gue buatin," ucap Arvelyn dengan raut wajah khawatir, bagaimana tidak khawatir dengan calon adik iparnya itu. Belakangan ini Ardi sering bergadang, jarang makan, dan selalu sibuk. Ia hanya takut Ardiana kenapa - kenapa.

"Gue enggak apa - apa, gak usah repot - repot!" balas Ardi dan langsung beranjak pergi dari ruang tengah, Ardi ingin ke ruangan tembak. Ia hanya ingin melatih skillnya saja karena, sudah cukup lama ia tak menggunakan pistol.

Baru saja beberapa langkah, Ardi berhenti karena kedatangan Galaksi dan Bintang. Yang lain menyambut dengan baik kedatangan kedua pria itu tak terkecuali, Ardi. Ia hanya memandang datar Galaksi dan Bintang setelah itu, ia pergi menuju lantai 6.

Ardi memilih menaiki lift karena, ia tak mood untuk menaiki tangga. Setelah sampai di lantai 6, Ardi langsung memasuki ruangan tembak. Saat memasuki ruangan tsb, Ardi melihat David sedang melampiaskan amarahnya dengan cara menunju samsak yang memang ada di ruangan tsb.

"Dengan cara melukai tangan papa seperti itu, semuanya tidak akan kembali seperti dulu lagi!" ucap Ardi dan langsung menarik dengan kasar tangan David yang sudah terluka parah.

"Ngapain kamu disini? Jangan obati tangan papa, biarkan terluka!" balas David sambil menahan sakit yanga ada ditangannya.

"Sejak kapan papa jadi pria bodoh seperti ini!? Tangan papa bisa infeksi jika tidak diobati, aku hanya ingin berlatih menembak tadi!" balas Ardi dan dengan paksa menarik tangan David dan langsung mengobati luka yang ada.

David meringis saat merasakan perih di punggung tangannya yang terluka, Ardi melirik sekilas ke arah David lalu, kembali fokus mengobati luka papanya itu.

"Sudah, lebih baik papa istirahat! Aku ingin berlatih dulu," ucap Ardi yang sudah selesai mengobati luka David, David mengangguk namun, ia tetap duduk tak ingin istirahat.

"Paa! Aku menyuruhmu istirahat," ucap Ardi yang menyadari jika David masih ada disana.

"Diamlah! Biar'kan papa disini," balas David menatap malas ke arah Ardi, Ardi mengangguk lalu berjalan menjauh dari David.

Ardiana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang