"Dev, gua mau ngomong sesuatu sama lo." ujar Gibran yang berusaha mendekati Devina.
"Mau ngomong apa? Tinggal ngomong, gak usah izin." balas Devina dengan senyuman yang merekah di bibir ramunnya.
"Engga disini, yukk ikut gua!" ucap Gibran dan langsung menggandeng tangan Devina.
Devina heran, sebenarnya apa yang ingin pria itu katakan? Dan, ia ingin membawa dirinya kemana? Ini sudah larut bahkan, yang lain sudah tertidur kecuali Ardiana tentunya.
Namun, Devina hanya mengikuti langkah Gibran yang entah akan membawanya kemana. Ah, ternyata pria tampan itu membawa Devina ke taman yang tak jauh dari apartemen Ardi. Tanpa keduanya sadari, sedari tadi Ardiana memperhatikan kedua insan itu.
Tidak! Ardi tidak mengikuti keduanya namun, kedua manusia itu terlihat dari baklon apartemen Ardi. Walaupun tidak begitu jelas tapi, Ardi masih bisa membaca atau melihat setiap gerak gerik Gibran dan Devina.
"Lo mau ngomong apa sebenernya?" tanya Devina yang entah mengapa tiba - tiba kepalanya pusing.
"Gua sebenernya mau jujur sama lo, Vina!"
"Sebenernya gua suka sama lo, lo mau gak jadi pacar gua?" sambung Gibran, ucapan pria itu berhasil membuat Devina syok.
"L-lo bercanda kan? G-gak m-mung-kin lo s-suka sama gua," balas Devina gugup, jujur ia takut ini hanya prank.
Kadang'kan teman - temannya gak punya akhlak, Gibran tersenyum. Ia tahu mengapa reaksi gadis di hadapannya ini seperti itu, Ardiana sudah cerita semuanya. Memang Ardi sedikit cepu, wkwk.
"Gua gak bercanda, Vin! Gua serius. Lo mau gak jadi pacar pertama dan terakhir gua?" ucap Gibran dengan tatapan serius, Devina terpaku dengan tatapan tulus Gibran.
Devina terdiam seribu bahasa, ia tak mengerti dengan kata - kata 'pertama dan terakhir' apakah mungkin selama ini Gibran belum pernah pacaran? Apa pria itu benar - benar serius dengan dirinya.
"G-gua m-mau jadi pacar lo," balas Devina sedikit malu - malu kucing.
"Seriuss?? " tanya Gibran, Devina mengangguk.
"CIEE!! YANG UDAH JADIAN, TRAKTIRAN DONG!" teriak Keith dan Riyana heboh.
Devina membulatkan matanya, ternyata selama ini mereka menguping. Aih, malu sekali dirinya. Apalagi di sana juga ada Ardi, Ardi bersedekap dada sembari mendekat ke arah Gibran.
"Dia sahabat gua, lo sakiti. Nyawa lo melayang!" ujar Ardi lalu menepuk pundak Gibran 2x
Gibran mengangguk walaupun agak ngeri dengan ucapan Ardi, sedangkan Leo. Ia tersenyum tipis saat melihat betapa Ardi menjaga dan menyayangi sahabatnya itu.
Saat ingin melangkah menuju kursi taman tiba - tiba ponsel Ardi berdering, tertera nama Zein disana. Siapa Zein? Nanti kalian juga akan tahu.
"Iya, kenapa Zein?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ardiana [END]
Teen FictionTAMAT. Bergenre: Fantasy, Random, Romance, Fiksi Remaja, And Fiksi Umum. [FOLLOW AKUN AUTHOR SEBELUM BACA!] Ardiana Elva Taylor adalah anak dari pasangan Claresta dan David, Ardiana sama seperti sang mama memiliki sifat yang licik dan bringas namun...