10. Hukuman

566 75 5
                                    

Brugh

Jaemin dihempaskan ke lantai, tepat didepan ke 20 saudaranya

"J-jaemin-ah, k-kau terluka?" bisik Ten yang membantu Jaemin berdiri

"sekarang aku tanya. Kenapa ada air sabun didekat tangga?!" sentak Donghae

"a-appa, itu air sabun milikku yang tumpah saat digunakan Taeil hyung"

Semua menatap Jaemin kaget. Ten ingin angkat bicara, namun genggaman ditangannya erat sekali. Menandakan Jaemin memintanya tutup mulut

Donghae berjalan mendekati Jaemin

Plak

"KAU SUDAH MERUSAK KEBAHAGIAAN KELUARGAKU!"

Plak

"KAU DAN SAUDARA GILAMU ITU SUDAH MEMBUNUH CALON ANAKKU!"

Bugh

"dan, kau, sudah membuang buang uang istriku hanya untuk memungut sampah seperti kalian!"

Cengkeraman di rahang Jaemin terlepas. Dirinya sudah merasakan sakit yang teramat sangat disekujur tubuhnya

Donghae beralih mendekati Taeil yg menatapnya polos

"ku kira kau polos. Persis seperti anak autis pada umumnya. Tapi nyatanya, KAU TAK LEBIH DARI SEORANG ANAK YANG GILA, DAN MENJADI PENBUNUH KARENA KETIDAKWARASANMU ITU!"

Taeil ditampar oleh Donghae. Tidak, dia tidak menangis. Tapi dia malah menatap Donghae dengan tatapan polos

"apakah sekarang appa menuduhku dan juga Jaemin?"

"diam, hyung" bisik Jungwoo

"YA, DAN ITU MEMANG PATUT KAU DAPATKAN!"

Taeil menggeleng
"appa, bukannya menuduh tanpa bukti itu sama dengan fitnah?"

Rahang Donghae mengeras

"waw, kau sangat pintar. Siapa yang mengajarimu, hm?" desis Donghae dihadapan Taeil yang masih tersungkur

"aku hanya melihat tayangan di tv, appa. Apa aku benar?"

"lalu, bagaimana kalau buktinya bicara sendiri? Kau belum tahu kan?"

Taeil menggeleng pelan. Detik berikutnya, lengannya dan juga Jaemin dicengkeram kuat

"appa, l-lepaskan Taeil hyung. J-jangan sakiti hyung, a-appa"

Terlambat. Ia dan Taeil dimasukkan dalam sebuah ruangan yang gelap, pengap, dan berdebu. Mirip ruangan bawah tanah

"jangan keluar sebelum aku mengeluarkanmu!"

Brak

Pintu ditutup dengan keras. Jaemin yang kaget refleks menutup telinganya rapat rapat

"kau terluka?"

Jaemin mengalihkan atensinya pada Taeil. Lelaki itu nampak sedih

"Taeil hyung, m-mian karena ku, kau jadi ikut denganku" cicitnya

"kau sedih? Aku disini sampai kapanpun tak apa. Asalkan kau tidak pergi, temani aku disini"

Jaemin meloloskan air matanya. Begitu kritisnya pemikiran sang hyung

"hyung, boleh peluk?"

"aku yang akan memelukmu. Tubuhku kecil, jadi harus aku yang dipeluk"

Jaemin terkekeh
"gomawo, hyung"

"kau jangan sedih, Na. Atau aku juga akan menangis disini"

Jaemin mengangguk, mengusap punggung Taeil yang kini mendekapnya erat

"andai kau paham bagaimana kenyataannya, hyung"

Tak lama, Jaemin merasakan pusing yang mendera kepalanya

"h-hyung, aku tidur. Kau juga. Ne?"

Sekilas Jaemin merasakan anggukan Taeil. Ia memejamkan mata, berharap segera mengurangi pusing dikepalanya

"kau seperti adik kecilku, Na. Hihi~"

.
.

"a-appa, t-tolong keluarkan mereka. M-mereka tidak bersalah" cicit Jungwoo

"ohh, kau juga akan mengajariku? Sama seperti anak gila itu? KATAKAN, APA YANG TIDAK KUKETAHUI!" Donghae berucap lantang

"J-jaemin tidak bersalah, appa. J-jaemin bahkan t-tidak ada kaitannya dengan eomma yang t-terjatuh"-Ten

"DIA YANG BICARA, KALAU DIA YANG BERMAIN SABUN, SAMPAI AKHIRNYA ANAK GILA ITU MENUMPAHKAN AIR SABUNNYA!"

Johnny menggeram tertahan. Hey, siapa yang terima jika saudaranya dimaki seperti itu?

"Taeil hyung tidak gila, appa" geram Johnny

"lalu? Hanya kewarasannya yang kurang? ITU SAMA SAJA, DASAR ANAK PUNGUT!"

Plak

Jisung terkena tamparan dari Donghae. Jangan salahkan Donghae jika emosi menguasainya, sehingga ia meluapkan pada apapun disekitarnya

"appa, aku yang membuatkan Taeil hyung air sabun itu!"-Jungwoo

"dan, aku yang menumpahkan air sabunnya. Aku tidak bisa melihat, karna aku membawa barang ke dalam gudang!"

Plak

Plak

Dua tamparan mendarat mulus ke pipi Jungwoo dan Ten

"DIMANA SOPAN SANTUN MU, HAH?! KAU TIDAK LUPA KAN SIAPA YANG SUDAH BERBAIK HATI MEMUNGUT KALIAN?!"

"itu eomma. Bukan appa" sahut Yuta

Detik selanjutnya, Donghae menyeret ke 19 remaja itu kearah panti. Kiranya sudah semua, ia menatap nyalang mereka satu persatu

"kalian salah jika menggunakan nada tinggi padaku. Bersiaplah untuk satu minggu ke depan. Akan kupastikan kalian tahu bagaimana rasanya dikurung tanpa setetes air!"

Brak

Pintu ditutup dengan keras. Menyisakan Winwin dan Jisung yang menahan tangisannya, dan mereka yang menatap nanar satu sama lain

"boleh aku egois? Aku hanya ingin membawa kalian keluar saat ini juga! Tak peduli dengan apa yang diperbuat pria itu!" desis Ten

"kau melupakan Jaemin dan Taeil hyung? Mereka seperti itu karena kita, Ten. Jangan gegabah"-Jungwoo

"BUKAN GEGABAH, TAPI LEBIH KE MEMBELA KEBENARAN! SIAPKAN BARANG BARANG KALIAN. KITA DOBRAK PINTUNYA BERSAMA! DAN KITA KELUAR DARI RUMAH INI SETELAH KITA MENGELUARKAN JAEMIN DAN TAEIL HYUNG!" teriak Doyoung

"akan kupastikan kalian bebas setelah keluar dari sini!" desis Johnny

"KU BILANG KEMASI BARANG BARANG KALIAN!" Doyoung kembali berteriak marah

Semuanya terbata bata menuruti perintah Doyoung

"kalian melupakan sesuatu"-Yuta

"diam, dan kemasi barangmu!" desis Johnny

"kalian melupakan Tiffany eomma? Orang yang telah membantu kalian? Menyekolahkan? Memperkerjakan? Aku tahu kalian tidak lupa ingatan"

Sesantai itu Yuta berbicara, namun cukup untuk meredakan amarah Doyoung yang menggebu

"aku memang baru sekali ditolong eomma. Tapi aku merasakan jika eomma akan sangat terpukul mengetahui kalian pergi. Terlebih ia baru kehilangan bayinya"

Semuanya diam. Yuta merebahkan tubuhnya dikasur miliknya

"istirahatlah. Besok kita cari jalan keluar. Kalau kalian mendengarku, turuti saja apa yang aku ucapkan. Demi eomma, orang yang menolong kita. Bukan siapa siapa"


•••••

NANA, KAMUH KENAPA 😭

DAHLAH, PUSENG NUNGGUIN DRIMIS CB! APALAGI DREAMNYA TAYANG DI TV TAPI BISANYA LEWAT YOUTUBE, akahsbkdhwjs💚

VOMENT YA 💚💚

NCT 고아원 *Panti asuhan NCT*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang