Pagi ini suasana hati Ilham sangat kacau. Mimpi itu datang kembali merengkuhnya, membuat Ilham kembali merasakan sakit dan sesak serta kesedihan di pagi buta.
Setelah cukup lama Ilham menenangkan diri, ia mulai bangkit dan melakukan aktifitas hariannya.
Hari ini, Ilham akan menemui Om Yuda. Mungkin tidak sepenuhnya menyenangkan, tapi untuk mengakhiri semuanya Ilham harus melakukannya.
Traumatik ini sudah Ilham alami sejak usianya 5 tahun, di lain sisi Ilham juga melupakan memori yang penting. Meskipun Om Yuda mengatakan memori itu tidak hilang hanya tersimpan di dalam bagian otak Ilham yang terdalam dan untuk mengeluarkannya hanya menunggu keinginan terbesar dari Ilham. Namun sampai sekarang, Ilham sama sekali belum bisa mengingat apa yang Ilham lupakan.
Sejak itu, Ilham hanya mengingat kesulitan dan kesedihan yang datang dan dialami Papa dan Mama karena dirinya. Ketakutannya yang muncul setiap saat, diamnya Ilham yang memperburuk kondisinya, tangisannya yang terpendam tiap malam tanpa berani ia ceritakan. Namun itu tidak melemahkan semangat Papa dan Mamanya untuk kesembuhan Ilham.
Hingga saat ini, meskipun belum dikatakan sembuh total namun sudah banyak kemajuan yang bisa diraih Ilham.
Dan Gilang....
Mama dan Papa merahasiakan semuanya darinya karena tidak ingin membuat Gilang menjadi cemas dan ketakutan.
Ilham sudah menyelesaikan aktifitas paginya kemudian melanjutkan langkah kakinya ke ruang makan. Didapati Ilham kalau Mama dan Papa sudah siap untuk mengantarkannya. Namun sebelum berangkat, mereka akan sarapan terlebih dahulu.
"Pa, Gilang ikut ya!" ucap Gilang tiba-tiba setelah keluar dari kamarnya.
"Ikut mengantar Kak Ilham?" tanya Papa.
"Ya....enggaklah Pa, Gilang gak mau ikut ke rumah sakit. Gilang mau ikut nebeng Papa sekalian antarkan Gilang ke rumah temen Gilang! Hari ini kami mau jalan-jalan ke mall, Pa!" jelas Gilang.
"Siapa saja teman kamu yang ikut jalan-jalan, sayang?" tanya Mama.
"Gusti, Jo, Andre, sama siapa ya..., Gilang lupa, Ma", ucap Gilang.
"Ya sudah, ayo Gilang makan dulu. Selesai makan baru kita berangkat", ajak Papa.
Selesai makan mereka pun langsung berangkat sekaligus mengantarkan Gilang.
"Mama sama Papa berangkat dulu ya sayang, Hati-hati kamunya ya", ucap Mama kemudian mencium kening Gilang.
"Oke, Ma", ucap Gilang.
"Hati-hati ya, Gilang! Dan kalau sudah selesai hubungi Papa", kata Papa.
"Beres, Pa", balas Gilang.
Sampainya di tempat Om Yuda
"Maaf, Yud. Kami agak telat datang karena tadi mesti ngantar Gilang dulu ke rumah temannya", jelas Papa.
"Gak apa-apa, Mas Rico. Santai ajha! Gimana kabar Mas Rico sekeluarga?", kata Om Yuda.
"Alhamdulillah semua baik, Yud", kata Papa.
"Ilham sendiri gimana kabarnya?" tanya Om Yuda sambil menatap Ilham dengan tersenyum.
"Baik, Om", jawab Ilham.
Om Yuda mempersilakan Papa, Mama dan Ilham duduk.
"Om senang Ilham masih mau melanjutkan terapi dengan Om. Beberapa hari yang lalu sebenarnya Papa kamu sudah ada menghubungi Om dan menceritakan semua yang terjadi dan dialami oleh Ilham", ucap Om Yuda.
"Om Yuda pun sudah menceritakan terapi apa saja yang bisa dilakukan untuk Ilham. Kita bisa melanjutkan terapi seperti terapi yang telah kita lakukan ke Ilham beberapa waktu yang lalu atau menggunakan cara yang baru. Kalau dari Om pribadi, Om ingin mencoba terapi yang baru kepada Ilham, tapi itu tergantung keputusan dan persetujuan Ilham, Mas Rico dan Mba Ariesta", lanjut Om Yuda.
KAMU SEDANG MEMBACA
*BATAS SENJA*
Teen Fiction"Aku benci kak Ilham", suara itu selalu berdengung dalam relung hati Ilham. Bingung dan kecewa menghiasi hatinya, namun senyum dan kasih sayang selalu ia berikan untuk adik yang ia sayangi, Gilang. Di sisi lain, mimpi yang sama selalu mengejarnya d...