Chapter 2

767 58 7
                                    

"Ilham, kamu gak apa-apa?", sapa seseorang.

Ilham pun mendongak dan menatap sendu wajah Papa yang terlihat lelah dan cemas.

"Pa....Papa..., kenapa Papa....", kata Ilham.

"Mama kamu khawatir, Ham. Makanya minta Papa buat jemput kamu di sekolah. Ternyata perasaan Mama benar", jelas Papa.

Kemudian Papa membantu Ilham masuk ke dalam mobil. Ilham pun bersandar menenangkan diri.

"Maaf, Pa!", kata Ilham sambil menutup mata.

"Ilham membuat kalian khawatir. Ilham awalnya ingin pulang sendiri, ternyata Ilham masih belum mampu menghadapinya!", jelas Ilham dengan sendu.

"Jangan terlalu memaksa diri, Ham. Papa tidak keberatan ketika Ilham ingin mencobanya, tetapi jangan sendirian. Karena Ilham tidak tau kondisi apa yang akan dihadapi," jelas Papa.

"Ilham masih ingat kan pesan Om Yuda?" tanya Papa.

Ilham hanya mengangguk lemah.

Sesampai di rumah, Papa meminta Mama untuk mengantarkan Ilham istirahat di kamarnya.

"Kak Ilham kenapa sih, Pa?" tanya Gilang.

"Kakak kamu gak apa-apa, Gilang!", jawab Papa.

"Kalau gak apa-apa ngapain Papa suruh Mama antar Kak Ilham ke kamar? Atau itu permintaan Kak Ilham ya, Pa? Manja banget jadi orang!", kesal Gilang.

"Kamu kenapa, Gilang? Kenapa sama saudara sendiri seperti itu? Itu gak baik, Gilang!", nasehat Papa.

"Mana pernah Gilang nganggap Kak Ilham itu saudara Gilang, dia cuma orang luar yang masuk ke keluarga Gilang!", ketus Gilang.

"Cukup Gilang, jaga bicara kamu! Papa gak suka Gilang ngomong seperti itu!", Ucap Papa.

"Tapi itu fakta, Pa!", Ucap Gilang.

"Dan Gilang merasa, perhatian Papa dan Mama lebih banyak ke Kak Ilham dari pada ke Gilang. Gilang kecewa dan Gilang benci Kak Ilham!", ucap Gilang kemudian pergi ke luar rumah.

"Gilang.... Gilang..., mau kemana kamu?", teriak Papa tapi tak digubris Gilang.

Di kamar Ilham

Ilham duduk di kursi dekat jendela sambil memandang senja yang mulai menyapa. Mama masih memandang Ilham dengan cemas. Pandangan Mama yang memancarkan kesedihan menyadarkan Ilham dari senja yang mulai tergelincir.

"Ma, Ilham gak apa-apa kok. Mama jangan sedih lagi ya? Ilham gak bisa lihat Mama sedih! Hati Ilham sakit kalau Mama sedih seperti ini", ucap Ilham.

Mama hanya diam sambil memandang wajah Ilham. Kemudian Mama mengelus rambut Ilham dan berkata "Ilham sayang, Mama yakin Ilham bisa mengatasi ketakutan Ilham. Mama yakin itu, tapi Mama juga khawatir kalau terjadi apa-apa sama Ilham. Mama takut, Ham!", jelas Mama.

"Maafin Ilham ya Ma, sudah buat Mama cemas", kata Ilham.

"Iya, sayang. Mama sayang sama Ilham",ucap Mama.

"Sekarang Ilham ganti baju, siap-siap shalat magrib, setelah itu makan malam. Mama keluar dulu ya menyiapkan makanannya", kata Mama.

"Iya, Ma", kata Ilham.

Ilham pun masuk ke kamar mandi, bunyi keran air menyamarkan suara Gilang yang sedang marah.

Di ruang makan

"Pa, Gilang kemana?", tanya Mama cemas.

"Papa gak tau, Ma. Tadi Gilang marah lalu pergi tanpa bilang mau kemana", jelas Papa.

*BATAS SENJA*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang