Chapter 25

407 68 37
                                    

"Sekarang Ilham berada di mana?", tanya Ilham pada dirinya ketika ia membuka mata.

Di tempat dengan nuansa putih polos yang sangat lebar kini Ilham berada. Kemanapun Ilham memandang, semuanya tampak serupa. Tak ada seorang pun yang bisa ia jadikan tempat bertanya. Suasana di sini benar-benar sangat sunyi.

Ilham memberanikan diri terus berjalan, berharap ia akan menemukan tempat lain yang ia kenal. Hingga ia melihat cahaya menyilaukan yang perlahan mendekat dan membentur tubuh Ilham.

Refleks Ilham segera menutup matanya, dan ketika mata kecokelatan itu terbuka nampak bahwa saat ini Ilham sedang duduk dan berada di tempat tidur dengan jeruji putih yang mengelilinginya. Tempat yang awalnya dominan putih kini berubah menjadi ruangan bernuansa biru dengan tempelan yang sangat menarik perhatian Ilham.

"Tunggu dulu", batin Ilham sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan tersebut.

"Apakah Ilham berada di kamar bayi?".

"Tapi kenapa semua barangnya terlihat lebih besar? Apa ini kamar bayi raksasa?", batin Ilham.

"Atau...", sebuah dugaan mulai memenuhi pikiran Ilham.

Dengan perlahan Ilham menatap tangan dan kakinya, sontak ia terkejut dan berkata dalam hati "Bayi?? Ilham sekarang menjadi bayi? Tidak mungkin!".

Ilham mencoba untuk berdiri, namun Ilham hanya bisa merangkakkan badan sintalnya mendekati jeruji putih tersebut.

"Ma...nya...nya....bu....", suara itulah yang keluar dari mulut Ilham ketika ia mencoba berbicara.

"Ya Allah, mengapa Ilham gak bisa bicara? Apa yang terjadi?".

Ilham masih terus berusaha berbicara namun hanya suara yang tidak memiliki arti apapun yang keluar dari mulutnya.

Ilham tidak patah semangat, cukup lama ia mencoba hingga ucapannya terhenti ketika mendengar langkah kaki mendekatinya.

"Ilham sayang, maaf... Bunda lama ninggalin Ilham. Ilham bosan ya?", ucap seorang wanita sambil mengangkat tubuh kecil Ilham dan mendekapnya.

"Ilham pasti bosan. Ilham mau makan? Mau Bunda suapin?", ucap wanita tersebut dengan lembut.

Melihat wanita tersebut membuat Ilham mengingat sesuatu, "Bunda? Benar, ini Bunda Ilham! Bunda tercinta Ilham!", ucap Ilham sambil mengeluarkan air mata kebahagiaan.

"Loh, kenapa menangis sayang. Duh.... Maafin Bunda ya....! Ilham pasti kesal sama Bunda", ucap Bunda ketika mendengar Ilham bersuara sambil menangis. Bunda segera mencium kening Ilham dan membelai punggungnya untuk menenangkan Ilham kecil.

Mendapatkan perlakuan lembut membuat Ilham segera menghentikan tangisannya. Ia sangat merindukan wanita di hadapannya. Wanita yang ternyata merupakan Bunda yang selama ini dilupakannya. Bunda Inne, Bunda tercinta Ilham.

Ruangan tersebut kembali mengeluarkan cahaya yang menyilaukan. Ilham sekali lagi harus memejamkan matanya. Ketika Ilham membuka mata, pemandangan yang berbeda yang ditemuinya. Ilham berada di sebuah taman bermain dengan banyak anak yang seusianya, sekitar 2-3 tahun. Ilham sudah lincah berjalan meskipun kadang masih terjatuh karena ia sedang memakai sepatu yang kebesaran. Ilham mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat itu, Bunda Inne tak tampak di sana.

"Bunda.... Bunda.....?!", panggil Ilham dengan suara kecil nan menggemaskan.

Karena tidak menemukan Bundanya, Ilham kemudian berlari. Namun sepatu yang dikenakannya membuat Ilham terjatuh.

"Aduuh....saakit", ucap Ilham.

Seorang penjaga yang melihat Ilham terjatuh segera berlari mendekati Ilham dan menolongnya.

*BATAS SENJA*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang