Ilham berjalan menjauhi mobilnya yang sedang terhenti.
"Maafin Ilham, Ma", batin Ilham.
"Hei, mau kemana Lo?", ucap salah satu dari orang berpenutup wajah.
Mereka mengejar Ilham yang sengaja menjauhi mereka. Suasana saat ini sangat lengang. Ilham sengaja menghentikan langkahnya di sebuah tanah lapang yang tampak sepi. Ilham menatap mereka yang mulai mendekatinya.
"Siapa kalian?", tanya Ilham.
"Gak perlu tau siapa kami, mati aja Lo!", ucap salah satu dari mereka sambil menyerang Ilham menggunakan senjata tajam.
Kondisi Ilham masih belum pulih. Terlalu banyak gerakan membuat rasa sakit itu perlahan muncul. Ilham hanya menghindar dari amukan senjata tajam, pukulan dan tendangan mereka, itupun sudah menguras cukup banyak energi Ilham.
"Mang, tolong Ilham", ucap Mama dengan penuh ketakutan.
"Maaf, Nya. Den Ilham meminta Mamang menjaga Nyonya agar tidak keluar dari dalam mobil".
"Tapi Mang, Ilham Mang. Dia belum sembuh benar", ucap Mama.
Mang Mamad hanya terdiam, sebenarnya kekhawatiran juga memenuhi relung hati Mang Mamad namun Mang Mamad takut bantuannya malah akan memperburuk kondisi Ilham.
Mama dan Mang Mamad hanya bisa memandang Ilham dari kejauhan dengan kecemasan masing-masing sambil mendoakan agar Ilham selamat dari penjahat-penjahat tersebut.
"Hah....hah...hah...", Ilham mulai nampak kelelahan, napasnya mulai terengah-engah.
Wajahnya saat ini sudah dipenuhi keringat dan rasa sakit yang merambat pasti di kepalanya.
"Ya Allah, bantulah Ilham melawan mereka", batin Ilham.
Ilham memfokuskan pikirannya, sambil menyingkirkan rasa sakit yang mulai terasa mengganggu di kepala Ilham. Ilham menendang dan memukul mereka. Sesekali Ilham akan menangkis dan menghantamkan kepalan tangannya ke tempat yang bisa membuat mereka menjatuhkan senjata tajamnya ataupun menjadikan mereka tumbang. Namun, dengan energi Ilham saat ini, sepertinya itu akan terasa sangat sulit.
Ckiiiit....
Tiba-tiba sebuah mobil hitam berhenti mendadak tak jauh dari tempat Ilham melawan orang misterius. Beberapa orang berpakaian gelap turun dan bergabung dengan perkelahian Ilham. Ilham terkejut dan mulai waspada kepada orang-orang tersebut. Namun, alih-alih menyerang Ilham, mereka justru menyerang orang-orang berpenutup kepala. Beberapa dari mereka bahkan berdiri di hadapan Ilham seperti tameng, berusaha menghindarkan Ilham dari kejahatan orang-orang misterius.
"S...sia..pa kalian?", tanya Ilham.
"Kami anak buah Pak Deni, Den", ucap seseorang yang berdiri di hadapan Ilham.
"Aku belum pernah melihat kalian!".
"Kami baru ditugaskan untuk menggantikan beberapa orang yang telah menjaga Den Ilham selama di RS".
"Maafkan atas keterlambatan kami dalam melindungi Den Ilham", ucap seorang lagi.
Ilham masih tertegun dengan kehadiran beberapa orang asing disekitarnya. Setelah beberapa menit, orang-orang berpenutup kepala berhasil dikalahkan dan mereka kabur tanpa jejak. Dua orang yang mengaku sebagai anak buah Pak Deni berencana untuk mengejar penjahat tersebut, namun Ilham mencegahnya.
"Berhenti! Kalian tidak usah mengejar mereka!", ucap Ilham.
"Baik, Den", ucap mereka serempak.
Ilham perlahan melangkahkan kakinya, namun badannya terasa sangat lemas dan sakit kepala itu memberikan efek buruk terhadap Ilham. Badan Ilham mulai terhuyung ke depan, namun seseorang menangkap tangan Ilham dengan sigap.

KAMU SEDANG MEMBACA
*BATAS SENJA*
Teen Fiction"Aku benci kak Ilham", suara itu selalu berdengung dalam relung hati Ilham. Bingung dan kecewa menghiasi hatinya, namun senyum dan kasih sayang selalu ia berikan untuk adik yang ia sayangi, Gilang. Di sisi lain, mimpi yang sama selalu mengejarnya d...