Chapter 19

288 58 13
                                    

Angin berhembus di sore itu, awan mendung mulai berkumpul. Entah mengapa Ilham merasa gelisah.

"Bagaimana Paman, apa Paman bisa mengantarkan saya ke alamat tersebut?"

"Baiklah, Dek. Akan Paman antarkan".

Ilham kemudian mendudukkan diri dalam taksi tersebut. Cuaca di luar semakin mendung seakan sedetik saja awan pasti akan menumpahkan muatannya.

Ilham memandang keluar jendela. Sudah 45 menit ia menaiki taksi tersebut. Lama kelamaan jalan yang mereka lalui menjadi lebih sepi. Pepohonan semakin mendominasi daerah ini. Rumah-rumah penduduk semakin sedikit jumlahnya.

"Memangnya yang ingin ditemui itu masih keluarga Adek ya? Kok milih tempatnya di sekitar sini?", ucap heran Paman itu.

Ilham hanya tersenyum hambar mendengarkan pertanyaan tersebut.

Tak berapa lama, akhirnya mereka sampai di alamat yang tertera. Nampak sebuah pagar kayu yang cukup tinggi mengelilingi bangunan tersebut. Hanya tampak beberapa orang yang sepertinya sedang berjaga.

Ilham segera turun dari taksi dan membayar sejumlah uang kepada Paman tersebut. Ilham sengaja turun agak jauh dari tempat tujuannya. Ilham ingin mengamati keadaan sekitar. Ilham diam-diam memeriksa di bagian pagar yang jauh dari penjagaan. Netranya mendapati jalan anjing yang tertutupi beberapa dedaunan di pinggir pagar sebelah timur. Ilham mengamatinya dan meyakini kalau lubang tersebut dapat dilalui oleh dirinya.

Setelah cukup mengamati, Ilham pun mulai berjalan mendekati pagar kayu. Ia mengetuk pagar kayu tersebut. Pintu pagar itu pun perlahan terbuka dan tampak seseorang yang terlihat sangar.

"Mau apa kau ke sini, anak kecil?"

"Aku hanya memenuhi undangan seseorang ke alamat ini", ucap Ilham sambil menunjukkan kertas putih yang diberi orang misterius tersebut.

"Ini....", ucap orang itu sambil mengamati Ilham dengan seksama.

"Kau sudah di tunggu di dalam", ucapnya sambil membiarkan Ilham masuk melewati pagar kayu tersebut.

Ilham diantar melewati beberapa penjaga. Halaman di sini sangat luas dengan beberapa pepohonan yang tumbuh subur dan di tengah-tengah terdapat sebuah gudang yang cukup besar. Orang tersebut berjalan menuju bagian dalam gudang, sedangkan Ilham mengikutinya dari belakang.

Bagian dalam gudang penuh dengan kotak kayu yang bertumpuk, entah apa isinya yang pasti Ilham mencium aroma khas dari gudang tersebut. Beberapa orang juga nampak berjaga di beberapa sudut ruangan dan beberapa orang lagi hilir mudik mengantar kotak dan meletakkannya di tempat tertentu.

Sesampainya di dalam gudang, orang tersebut menghentikan langkah Ilham kemudian ia maju beberapa langkah dan menunduk di hadapan seseorang yang sedang berdiri membelakangi kursi hitam dengan sandaran bulu angsa.

"Orang yang Anda tunggu sudah datang, Bos".

'Bos' kemudian berbalik menatap Ilham sambil tersenyum licik. Ilham hanya menatap orang yang pernah ditemuinya tersebut dengan tatapan tak suka.

"Akhirnya kau datang. Tuan ku sudah menunggumu di dalam ruangan itu".

"Kenapa dia tidak keluar menemui ku?".

"Kau sebaiknya tak usah banyak bertanya dan ikuti saja perintah tuanku!", ucapnya sinis.

"Segera antar dia menemui Tuan!".

"Baik, Bos!"

Orang yang mengantar Ilham mulai mencengkeram tangan Ilham dan menariknya ke sebuah ruangan yang berada di ujung gudang tersebut. Tampak pintu yang berwarna hitam dan dikelilingi sisi berwarna emas. Ilham hanya bisa meringis merasakan sakit di pergelangan tangannya. Ilham masih berpikir sehat untuk tidak berkelahi di situasi seperti ini.

*BATAS SENJA*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang