Chapter 17

280 50 16
                                    

Lonceng pulang sekolah berbunyi menandakan berakhirnya kemeriahan di sekolah saat ini.

Ilham berjalan menuju ruang kelas Kak Arnold. Sejauh mata memandang, kelas sudah banyak yang kosong hanya beberapa ruangan saja yang terlihat satu atau dua siswa yang sedang membersihkan kelas mereka.

Ilham berjalan tanpa bisa menahan senyumnya mengingat kejadian istirahat tadi. Semua temannya mengkhawatirkan kesehatannya, entah mengapa itu membuat hatinya terasa hangat.

Flashback on

"Ketua kenapa?", tanya Anya cemas.

"Ilham masih gak sehat?", tanya Bima.

"Apa perlu Kak Arnold antar ke UKS?", tanya Kak Arnold.

"Gak apa-apa kok, Kak. Kepala Ilham cuman pusing".

"Ilham sudah minum obat?", tanya Kak Arnold.

"Siang ini belum, Kak!".

"Tapi Ilham bawa obatnya, kan?", tanya Bima.

"Ada, dalam tas".

"Tunggu sebentar ya!", ucap Bima yang segera beranjak ke luar kelas.

"Mau kemana, Bim?", tanya Anya namun tak mendapat jawaban dari Bima.

Tak berapa lama Bima masuk ke dalam kelas sambil membawakan soto dan minuman tuk Ilham.

"Makan dulu, Ham. Baru minum obat", ucap Bima.

"Makasih ya, Bim", ucap Ilham.

Flashback off.

Ilham merasa beruntung memiliki teman-teman yang sudah seperti saudara Ilham sendiri.

"Saudara....", langkah Ilham terhenti dan memorinya mengingat ke kejadian malam tadi.

Ilham memutar arah tujuannya menjauhi kelas Kak Arnold. Ia merutuki memorinya yang kadang tidak berfungsi.
Saat ini pikirannya hanya mengkhawatirkan satu orang. Ilham takut terjadi sesuatu padanya.

Ketika Ilham menuruni tangga dari lantai dua, ia menangkap sosok yang familiar. Ya.... Orang yang dikhawatirkan Ilham ada tak jauh dihadapannya.

"Alhamdulilah", ucap Ilham dalam hati.

"Ngapain Kak Ilham menghalangi jalan Gilang?", ucap Gilang jengkel.

"Kak Ilham mau jemput Gilang, tapi karena Gilang sudah sampai sini sebaiknya kita sama-sama ke kelas Kak Arnold".

"Gilang gak mau bareng Kak Ilham, lebih baik Kak Ilham jauhin Gilang!".

"Gilang, Kak Ilham melakukan semua ini karena Kakak khawatir sama Gilang, sama keselamatan Gilang!".

"Apa masih kurang Pak Deni buat jagain Gilang? Lebih baik Kak Ilham urus urusan Kak Ilham sendiri, gak usah urusin Gilang", ucap Gilang tanpa memandang Ilham.

Gilang kemudian menghentikan langkahnya di dekat Ilham lalu berkata "kalau Kak Ilham pergi pun, Gilang gak akan kenapa-napa. Gilang malah akan sangat bahagia".

Mendengar ucapan Gilang, jantung Ilham menjadi berdetak lebih cepat. Ilham merasa dia benar-benar gagal menjadi saudara yang baik. Ilham menatap sendu Gilang dari kejauhan.

"Semoga gak terjadi hal buruk apapun ke kamu, Gilang", ucap Ilham.

Ilham mengikuti Gilang menuju kelas Kak Arnold dari kejauhan. Ilham merasa sangat sedih, hatinya benar-benar terkoyak.

"Hai, Gilang. Ayo masuk", sapa Kak Arnold.

"Hai, Kak Arnold. Iya Kak", balas Gilang.

"Hai, Ilham. Gimana keadaan kamu? Sudah baikan?", cerca Kak Arnold sambil berlari mendekati Ilham.

*BATAS SENJA*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang