Mang Mamad dan Ilham saat ini sedang duduk di teras Masjid setelah tadi melaksanakan shalat. Mereka sengaja berhenti di salah satu masjid ketika mendengar suara azan.
"Maaf, Den. Apa gak sebaiknya Den Ilham menceritakan kejadian ini ke Papa Aden, supaya Aden juga dapat penjagaan bila keluar rumah? Mamang khawatir sama Aden".
"Gak usah, Mang. Ilham bisa jaga diri kok!", jawab Ilham sambil tersenyum. "Ilham gak mau merebut perhatian Papa dari Gilang", lanjut Ilham dalam hati.
"Mamang jangan ceritakan kejadian hari ini ya, Ilham gak mau ada yang khawatir".
"Tapi Den...".
"Ilham mohon, Mang".
"Baiklah, Mamang akan merahasiakannya Den".
"Makasih, Mang", ucap Ilham sambil tersenyum.
"Apa kita berangkat sekarang, Den?".
Ilham hanya mengangguk. Mereka segera mengendarai mobil menuju ke tempat Om Yuda. Tak lama mereka sampai di tempat tujuan. Mang Mamad memarkirkan mobil di tempat yang teduh.
"Mamang gak ikut masuk?", tanya Ilham ketika didapati Mang Mamad mengubah tempat duduknya dalam mode santai.
"Gak, Den. Mamang nunggu di sini saja".
"Apa gak apa-apa, Mang? Takutnya kalau Ilham lama di dalam".
"Gak apa-apa, Den".
"Ya sudah, kalau begitu Ilham masuk ke dalam dulu ya, Mang".
"Silahkan, Den".
Ilham pun melangkah masuk ke ruangan Om Yuda. Hari ini memang Om Yuda menjadikan Klinik tersebut khusus untuk Ilham sehingga dari awal Ilham masuk, ia sama sekali tidak melihat pasien Om Yuda.
"Silahkan duduk, Ham", sapa Om Yuda ketika melihat Ilham membuka pintu ruangannya.
"Makasih, Om".
"Ilham diantar siapa ke sini? Kemana Papa dan Mama? Tumben gak ikut nemani Ilham?", tanya Om Yuda tidak lama setelah menyuguhkan minuman untuk Ilham.
"Ilham diantar Mang Mamad, Om. Hari ini Papa dan Mama ke luar kota. Ada urusan bisnis, makanya gak bisa menemani Ilham".
"Mang Mamad kenapa gak ikut masuk?".
"Gak mau, Om. Mungkin merasa segan, padahal sudah Ilham suruh masuk".
Om Yuda hanya tersenyum mendengar penjelasan Ilham.
"Lalu kabar Ilham gimana? Om merasa sepertinya saat ini Ilham gak dalam kondisi baik?", ucap Om Yuda.
Ilham hanya memaksakan senyumnya berkembang di sudut bibirnya.
"Ternyata tebakan Om benar. Apa Ilham mau cerita ke Om?", tanya Om Yuda, namun Ilham lagi-lagi hanya tersenyum simpul.
"Kalau Ilham belum siap, gak papa. Tapi kalau suatu saat Ilham mau cerita, Om akan selalu siap untuk mendengarkan cerita Ilham", lanjut Om Yuda.
"Makasih, Om", ucap Ilham.
"Tangan Ilham kenapa?", tanya Om Yuda yang mendapati perban putih di tangan Ilham.
"Ini cuma luka kecil, Om. Gak sengaja Ilham kena benda tajam di sekolah", jawab Ilham.
"Boleh Om periksa? Begini-begini Om hebat mengobati luka lho", gurau Om kepada Ilham.
Sambil tersenyum, Ilham menyodorkan tangannya yang terluka di hadapan Om Yuda.
"Kenapa bisa sampai seperti ini, Ham? Om obati dulu ya", ucap Om Yuda khawatir. Om Yuda segera membersihkan luka Ilham dengan air khusus setelah sebelumnya Om Yuda melepas perban yang melekat di tangan Ilham, kemudian memberikan salep untuk mempercepat penyembuhan luka Ilham.
KAMU SEDANG MEMBACA
*BATAS SENJA*
Teen Fiction"Aku benci kak Ilham", suara itu selalu berdengung dalam relung hati Ilham. Bingung dan kecewa menghiasi hatinya, namun senyum dan kasih sayang selalu ia berikan untuk adik yang ia sayangi, Gilang. Di sisi lain, mimpi yang sama selalu mengejarnya d...