Chapter 9

289 46 8
                                    

Bodyguard yang dikatakan Papa hari ini muncul di halaman rumah. Mama yang menerimanya segera meminta Bi Inah, asisten rumah tangga, untuk mengantarkannya ke kamar yang akan ditempatinya.

Selama perjalanan menuju rumah, Ilham dan Gilang hanya diam. Pandangan Ilham tertuju ke jalan yang dilalui namun tatapannya kosong. Pikirannya melayang pada mimpi yang selama ini mengganggunya. Namun entah mengapa tiba-tiba pikiran Ilham beralih pada Van hitam yang tidak jauh terparkir di pinggir jalan setapak saat usaha penculikan itu terjadi. Ilham pun mencoba mengingat nomor plat mobil ketika itu. Namun Ilham hanya bisa mengingat angka 13 di akhir platnya.

Sedangkan Gilang, ia memikirkan perkataan Gusti di kelas tadi. Namun entah mengapa semakin memikirkannya, Gilang semakin emosi sehingga ketika mobil baru berhenti Gilang yang pertama keluar kemudian masuk ke dalam rumah.

Sedangkan Ilham masih terkurung dalam pemikirannya.

"Den Ilham, kita sudah sampai rumah, Den", tegur Mang Mamad memecahkan lamunan Ilham.

"Oh... Iya, Mang", jawab Ilham.

Ilham turun dari mobil dan melangkahkan kakinya menuju kamar yang selama ini menjadi tempat istirahatnya. Ilham segera melakukan rutinitasnya. Hari ini masih bisa dikatakan bahwa ia masih free sebelum kesibukan merangkulnya.

Di ruang keluarga...

"Ma, Gilang mau ke tempat teman Gilang ya?" izin Gilang.

"Mau ke rumah siapa? Ingat ya kamu gak boleh sendirian, ajak aja Pak Deni", ucap Mama.

"Pak Deni? Siapa Ma?", tanya Gilang.

"Bodyguard yang dibilang Papa tadi pagi. Dia ada di kamar belakang. Nanti kamu bilang aja sama Bi Inah", ucap Mama.

"Loh.... bukannya mulai besok bodyguardnya baru jaga Gilang, Ma?", tanya Gilang heran.

"Bukannya lebih cepat lebih baik?! Sudah, sana temuin Bi Inah!", tegas Mama.

"Iya deh, Ma", jawab Gilang malas.

Gilang pun segera berjalan ke arah dapur dan menemui Bi Inah.

"Bi, panggilin Pak Deni gih. Ada yang mau Gilang bilangin", perintah Gilang.

"Iya, Den", jawab Bi Inah.

Tak lama...

"Perkenalkan, saya Deni, Den", ucap Deni.

"Ikut Gilang sekarang", ucap Gilang.

"Baik Den", ucap Pak Deni.

Mereka pun segera pergi.

Pak Deni hanya diam mengikuti Gilang dari belakang. Awalnya mereka diantar oleh Mang Mamad, namun di suatu perempatan jalan Gilang dan Pak Deni turun. Mereka masuk dan berhenti di sebuah bangunan yang dikelilingi oleh pepohonan rindang yang kurang terurus. Gilang meminta Pak Deni menunggu di luar pagar dan mengingatkan agar bisa menyimpan rahasia apapun yang ia dengar.

Gilang melangkah masuk ke dalam bangunan tersebut.

"Gimana kabar Lo, bro?", ucap seseorang ketika melihat Gilang datang.

"Seperti yang Lo lihat!", balas Gilang.

Mereka pun saling mengobrol.

Di rumah.

Sudah cukup lama Ilham melakukan aktifitas di kamarnya. Ia sengaja menyibukkan diri agar bisa menghalau segala kegelisahan yang berada di pikirannya.

Tugas dari sekolah sudah selesai Ilham kerjakan, persiapan untuk latihan besok sudah Ilham letakkan dalam tas kecil, Ilham juga tidak lupa mencek agenda OSIS pada buku catatan kecilnya. Setelah semuanya selesai, Ilham memandang jam yang sedari tadi berdentang. Sepertinya sudah saatnya Ilham melakukannya, saat seperti ini biasanya Mama berada di dalam kamar dan yang lain pasti sibuk melakukan aktifitasnya masing-masing.

*BATAS SENJA*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang