Cukup lama Gilang menyembunyikan diri sambil memperhatikan sekelilingnya. Suasana masih sama seperti awal pertama Gilang berhasil keluar melalui jalan anjing tersebut, tanpa seorangpun penjaga yang ia temui.
Gilang memberanikan diri keluar dari persembunyiannya. Perlahan ia berjalan sambil mengendap-endap, berharap tidak ada satupun penjahat yang akan ditemuinya.
Jarak antara tempatnya berdiri dengan jalan utama cukup jauh, sedangkan tempat persembunyian yang bisa digunakan sama sekali tidak tersedia. Hal ini karena rerumputan yang tumbuh tidak terlalu panjang apalagi dikatakan lebat, sehingga menyulitkan seseorang seperti Gilang untuk bersembunyi di sekitarnya. Sedangkan pohon besar pun tidak ada yang tumbuh.
Namun, Gilang tidak memiliki pilihan. Ia sangat ingin mengetahui kondisi Ilham. Mungkin dulu Gilang sangat mengharapkan agar Ilham menghilang, agar semua perhatian dan kasih sayang kedua orang tuanya hanya tercurah kepadanya seorang. Namun, saat ini Gilang sama sekali tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk terhadap Ilham. Apalagi setelah melihat perjuangan Ilham untuk menyelamatkannya keluar dari tempat tersebut.
"Semoga tidak ada hewan kecil melata di sekitar sini", gumam Gilang sambil bergidik.
Gilang melanjutkan langkahnya hati-hati sambil sesekali memperhatikan keadaan di sekitar pagar tersebut. Hingga Gilang berhasil sampai di perbatasan jalan utama. Gilang menghentikan langkahnya di sisi pinggir pagar, pelan-pelan ia mengintip bagian depan pagar gudang tersebut. Takut kalau-kalau ada penjahat yang berjaga di sana.
"Alhamdulillah Gilang tidak bertemu dengan orang ja....", ucapannya terpotong oleh hardikan seseorang dari belakang.
"Hei, kau!!! Sedang apa kau di sana?", hardik seseorang dan berhasil membuat Gilang menjadi gugup dan ketakutan.
Gilang membalikkan tubuhnya dan tampak lima orang yang berjalan mendekatinya.
"Bukan kah kau orang yang dibawa menemui Bos?", ucap seorang dari mereka yang ternyata mengenali Gilang.
Gilang mulai resah, di saat seperti ini dia malah bertemu dengan orang yang ternyata merupakan penjahat yang tadi menyekapnya.
"Berarti kau berhasil kabur sampai kemari, bocah!", ucap salah seorang lagi.
"Jangan banyak bicara, ayo kita tangkap anak nakal ini!", ucap seorang yang tampaknya pemimpin mereka.
Penjahat itu pun segera menangkap tangan Gilang dan mencengkeramnya dengan kuat.
"Lepas....lepaskan Gilang! Gilang gak mau ikut kalian!"
"Diamlah, bocah! Kau harus kembali ke tempatmu semula!"
"Ternyata menangkapnya tidaklah sesulit yang aku pikirkan", ucap seorang dari mereka dan diangguki oleh yang lainnya.
"Lepaskan.... Lepaskan Gilang!", ucap Gilang sambil meronta saat salah satu penjahat itu mulai menyeretnya.
"Berhentilah meronta dan ikut saja dengan kami", ucap seorang lagi.
"Lepas.... Gilang gak mau ikut kalian. Kalian penjahat!", Gilang masih terus berontak di cengkraman penjahat itu hingga pergelangan tangannya menjadi kemerahan dan terasa nyeri.
***
Ilham melangkah dengan pasti, ya sesaat Ilham telah membulatkan tekadnya untuk segera menemukan Gilang, ia pun segera meninggalkan Kak Arnold dan yang lainnya yang sedang membantunya menghalau para penjahat.Pak Deni segera membisikkan tempat yang ia dan Arnold sepakati kepada Ilham. Ilham hanya mengangguk tanda ia memahami apa yang disampaikan Pak Deni.
"Ilham tidak akan mengecewakan usaha kalian, terima kasih sudah membantu Ilham. Ilham akan segera menemukan Gilang dan membawanya pulang dengan selamat", batin Ilham sambil terus berjalan menuju pintu gerbang gudang tersebut dengan Pak Deni mengikuti dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
*BATAS SENJA*
Fiksi Remaja"Aku benci kak Ilham", suara itu selalu berdengung dalam relung hati Ilham. Bingung dan kecewa menghiasi hatinya, namun senyum dan kasih sayang selalu ia berikan untuk adik yang ia sayangi, Gilang. Di sisi lain, mimpi yang sama selalu mengejarnya d...