Gelap malam mulai beranjak berganti dengan cerahnya fajar yang perlahan menyapa langit. Bi Inah sudah selesai menyiapkan sarapan pagi untuk kedua tuan mudanya.
"Bi, sarapan sudah siap kan?", tanya Gilang yang tiba di ruang makan.
"Sudah, Den".
Gilang pun kemudian menyantap sarapannya. Matanya tertuju ke jam dinding, sudah pukul 06.00 WIB tetapi Kak Ilham belum terlihat batang hidungnya.
"Pasti Kak Ilham malam tadi kelaparan, sampai gak bisa tidur makanya sekarang bangun kesiangan", gumam Gilang sambil terkikik.
"Bi Inah, Gilang duluan ya.... Kalau Kak Ilham bangun suruh aja berangkat naik taksi atau jalan kaki aja sekalian. Gilang malas nungguin! Salah sendiri kenapa pakai bangun kesiangan", sinis Gilang.
"Oh ya Bi, Gilang juga ada les hari ini. Jadi sore banget baru pulang", ucap Gilang yang kemudian berlalu menuju mobil yang siap berangkat ditemani Pak Deni.
"Baik, Den Gilang".
Bi Inah segera membersihkan peralatan yang kotor dari atas meja makan. Setelah selesai mencucinya, Bi Inah menatap jam yang sudah menunjukkan pukul 06.30 WIB.
"Sebaiknya Bi Inah bangunin Den Ilham, kasihan kalau sampai terlambat ke sekolah", pikir Bi Inah.
Bi Inah pun kemudian menuju kamar Ilham.
Tok....tok....tok....
"Den... Den Ilham.... Bangun Den! nanti terlambat ke sekolah", ucap Bi Inah di depan pintu Ilham, namun tak ada jawaban dari dalam.
"Den.... Den Ilham.....!".
"Apa sebaiknya Bi Inah masuk aja ya? Semoga aja pintu Den Ilham gak dikunci", pikir Bi Inah.
Bi Inah pun mencoba membuka knock pintu Ilham.
"Alhamdulillah gak dikunci", gumam Bi Inah.
Ketika pintu kamar Ilham terbuka cukup lebar, Bi Inah membelalakkan mata dan sangat terkejut. Ilham tergeletak tidak sadarkan diri di lantai, tak jauh dari kamar mandi.
"Den... Den Ilham....", panggil Bi Inah sembari berlari mendekati Ilham.
"Den.... Bangun Den...!", panggil Bi Inah dengan panik, namun tidak ada tanggapan dari Ilham.
Bi Inah pun segera menelpon Ambulans untuk membawa Ilham ke Rumah sakit.
Di sekolah
Gilang sedang duduk santai sambil memainkan kursinya. Sekarang masuk jam istirahat, namun Gilang merasa enggan untuk beranjak dari kursi kesayangannya.
"Hei Bro, gue bosan nih. Kita main yuk!", ajak Gusti.
"Main apa?".
"Truth or dare, gimana?".
"Boleh!".
"Tapi jangan berlebihan dan mainnya cuman di dalam kelas. Gimana?".
"Gue setuju".
"Kalian mau ikut gak?", tanya Gusti kepada Jo dan Andre.
"Gue gak, ntar aneh-aneh yang diminta", ucap Jo.
"Sama, gue juga gak ikut", ucap Andre.
"Ih, gak asik", ucap Gusti.
"Ya udah, kita aja berdua", ucap Gilang.
"Kalian pakai botol minum gue aja", tawar Jo.
"Boleh", jawab Gusti.
Gusti dan Gilang pun sepakat bermain sampai lonceng masuk berbunyi. Gilang mendapat kesempatan memutar botol minum yang ada dan kesempatan bertanya jatuh ke Gilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
*BATAS SENJA*
Teen Fiction"Aku benci kak Ilham", suara itu selalu berdengung dalam relung hati Ilham. Bingung dan kecewa menghiasi hatinya, namun senyum dan kasih sayang selalu ia berikan untuk adik yang ia sayangi, Gilang. Di sisi lain, mimpi yang sama selalu mengejarnya d...