Gelap malam menemani langkah Ilham dan Gilang. Perlahan mereka melangkah menuju lubang anjing yang Ilham temukan. Para penjaga telah beralih ke arah barat karena laporan yang beredar. Kadang sesekali mereka diharuskan untuk bersembunyi dalam kegelapan maupun rimbunnya tanaman di sekitar gudang tersebut.
"Gilang, makasih ya sudah bantu Kak Ilham. Alhamdulillah Kak Ilham sudah baikan. Sekarang Gilang gak perlu capek-capek membopong Kak Ilham lagi", ucap Ilham sambil melepaskan lingkaran tangannya di pundak Gilang.
"Betulan gak apa-apa, Kak?", tanya Gilang ragu menatap wajah pucat dan kelelahan Ilham.
"Hm", ucap Ilham meyakinkan.
Ilham pun kemudian berjalan perlahan menuju lubang anjing yang ditemuinya sebelum memasuki gudang ini, sedangkan Gilang mengikutinya dari belakang.
"Sepertinya di sekitar sini", ucap Ilham menghentikan langkahnya sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar tembok tersebut.
"Di mana kak?", tanya Gilang sambil turut mengedarkan pandangannya namun Gilang tidak melihat adanya jalan keluar di sekitar dinding tersebut.
"Ayo kita susuri, Kak Ilham yakin jalan keluarnya ada di sekitar sini!".
Gilang dan Ilham berpencar agar pencariannya lekas membuahkan hasil.
"Ini dia!", ucap Ilham sembari menyingkirkan batu berukuran cukup besar yang menutupi lubang tersebut.
"Sepertinya Kak Ilham sudah menemukannya", batin Gilang ketika melihat Ilham menggeser sesuatu dalam keremangan.
"Astagfirullah!", ucap Ilham ketika luka di lengan kanannya terasa nyeri.
"Biar Gilang bantu Kak Ilham!", ucap Gilang ketika sudah berada di dekat Ilham.
"Makasih ya Gilang", ucap Ilham.
Mereka berdua mendorong batu yang cukup besar tersebut sambil sesekali Ilham mengamati keadaan sekitar. Suasana masih terkendali.
Ilham segera mendorong batu tersebut lebih kuat dan dengan bantuan Gilang batu tersebut akhirnya bergeser dan tampak lubang anjing yang ukurannya cukup untuk dilalui satu orang.
"Gilang, keluarlah lebih dahulu!"
"Baiklah, kak!", ucap Gilang kemudian memasuki lubang anjing tersebut.
Tiba-tiba...
"Hei, itu salah seorang dari mereka! Cepat lapor Bos!", teriak seorang penjaga.
Mendengar teriakan tersebut membuat beberapa orang mengepung Ilham sedangkan salah seorang diantara mereka melapor kepada Bos. Untung saja Ilham bersegera menutupi jalan keluar menggunakan ranting dan dedaunan agar tak tampak oleh para penjaga. Sedangkan Gilang sudah berhasil keluar melalui lubang tersebut.
"Akhirnya kami menemukanmu. Mau sembunyi kemana kau?".
"Bukan urusan kalian!".
"Menyebalkan! Tangkap dia!", ucap kepala penjaga kepada penjaga yang lain.
Beberapa dari mereka mencoba menangkap tangan Ilham, Ilham segera menghindar dan menangkis mereka secara refleks. Sedangkan dari belakang seseorang melayangkan pukulan, namun insting Ilham lebih unggul. Ilham segera memutar tubuhnya dan mendaratkan tendangan tepat diwajahnya.
Ilham kemudian berniat untuk menjauhi lubang anjing agar tidak ada yang mengejar Gilang. Ilham berencana mendekati pintu gerbang sebelum....
"Aakkhh, ya Allah!", ucapnya ketika nyeri pada tangannya terasa menusuk.
Salah seorang penjaga mengambil kesempatan itu dengan memberikan tendangan dan mengenai perut Ilham.
"Aakkh", Ilham tersungkur sambil memegang perutnya yang terasa nyeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
*BATAS SENJA*
Teen Fiction"Aku benci kak Ilham", suara itu selalu berdengung dalam relung hati Ilham. Bingung dan kecewa menghiasi hatinya, namun senyum dan kasih sayang selalu ia berikan untuk adik yang ia sayangi, Gilang. Di sisi lain, mimpi yang sama selalu mengejarnya d...