Pak Deni menatap tajam kelima penjahat tersebut. Amarah Pak Deni meluap, mengingat perlakuan mereka terhadap kedua tuan mudanya.
"Sekarang, mari kita selesaikan urusan kita!", ucap Pak Deni.
"HABISI DIA!!!", teriak pemimpin kelompok penjahat tersebut.
Mereka serempak mengelilingi Pak Deni dan menyerangnya secara bersamaan. Pak Deni memutar tubuhnya dengan melontarkan tendangan. Kemudian ia berbalik ke arah berlawanan dan menghadiahi salah seorang penjahat dengan pukulan telak di wajahnya. Pak Deni juga memberikan tendangan kepada penjahat yang berada di belakangnya. Beberapa penjahat berhasil dijatuhkan oleh Pak Deni.
"Kurang ajar!", ucap salah seorang penjahat yang mengeluarkan pisau kecil.
Penjahat tersebut mengayunkan pisaunya ke depan wajah Pak Deni. Pak Deni segera menghindar kemudian ia melepaskan ikat pinggangnya dan menjadikannya alat untuk melindungi diri. Pak Deni dan para penjahat tersebut berkelahi dengan sengit. Sampai sabetan ikat pinggang Pak Deni berhasil melumpuhkan para penjahat.
"Sebaiknya ku ikat mereka agar mereka tidak bisa mengganggu kami dilain waktu", batin Pak Deni.
Pak Deni kemudian melepaskan pakaian para penjahat dan ia menggunakannya untuk mengikat tangan para penjahat tersebut ke belakang tubuh mereka.
"Jangan pernah kalian mengganggu kami lagi! Seandainya kalian masih berani mengganggu kami, jangan salahkan aku jika aku menghabisi kalian!", ucap Pak Deni kemudian pergi meninggalkan mereka.
"Sebaiknya aku secepatnya menyusul Den Ilham dan Den Gilang", batin Pak Deni.
Pak Deni pun segera berlari menuju tempat yang telah mereka sepakati. Setelah cukup jauh berlari, mata kehitaman Pak Deni membulat menyaksikan kejadian yang terjadi dihadapannya.
Ilham yang tergeletak di aspal dan Gilang yang berada disampingnya dengan kondisi panik. Pak Deni segera mempercepat larinya untuk segera menghampiri kedua tuan mudanya.
"Den Gilang.... Apa yang telah terjadi Den?", tanya Pak Deni setelah berada di dekat Gilang.
"Pak...Hiks...hiks... Pak Deni, Tolong Kak Ilham...hiks....", ucap Gilang.
Pak Deni segera memeriksa kondisi Ilham, "syukurlah, Den Ilham masih hidup," batin Pak Deni.
Pak Deni segera melepaskan tas Ilham dan meletakkannya di samping Ilham. Pak Deni memberikan pertolongan pertama kepada Ilham, ia memastikan Ilham tidak mengalami kesulitan bernapas. Pak Deni pun mencari kain bersih di dalam tas Ilham maupun tas Gilang yang bisa digunakan untuk menghentikan sementara pendarahan di kepala Ilham. Pak Deni kemudian menelpon RS terdekat agar segera mengirimkan ambulance untuk menolong Ilham.
"Den Gilang, perlu beberapa menit hingga Ambulance datang. Insyaallah Den Ilham akan baik-baik saja, Den!", ucap Pak Deni sambil berusaha menenangkan Gilang.
Gilang yang masih terisak hanya menatap sendu kakaknya yang masih tidak sadarkan diri.
Pak Deni kemudian menelepon seseorang.
"Jon, minta Kevin untuk segera laksanakan rencana kedua. Mereka sudah keterlaluan!", ucap Pak Deni melalui teleponnya.
"Siap!", terdengar balasan dari orang tersebut.
"Sampaikan juga kepada Arnold dan teman-teman yang lain kalau saya tidak bisa menuju tempat yang telah disepakati. Terjadi sesuatu dengan Den Ilham sehingga kami harus segera ke RS".
"Baiklah, akan saya sampaikan!", jawab orang tersebut.
Tak berapa lama ambulance telah sampai di tempat tersebut. Dua orang petugas kesehatan segera menurunkan brankar dan meletakkan Ilham di atasnya. Mereka pun memasangkan penyangga leher dan masker oksigen. Kemudian secara hati-hati mereka memasukkan Ilham ke dalam Ambulance.
KAMU SEDANG MEMBACA
*BATAS SENJA*
Teen Fiction"Aku benci kak Ilham", suara itu selalu berdengung dalam relung hati Ilham. Bingung dan kecewa menghiasi hatinya, namun senyum dan kasih sayang selalu ia berikan untuk adik yang ia sayangi, Gilang. Di sisi lain, mimpi yang sama selalu mengejarnya d...