Chapter 10

371 52 8
                                    

Malam ini bulan purnama bersinar terang, suara hewan malam memperindah nuansa malam. Namun hal ini berbanding terbalik dengan suasana hati Ilham. Ilham masih terjaga. Ia duduk di kursi dekat jendela sambil memandang kotak di atas meja belajarnya. Kotak dengan ribuan misteri di sana. Ilham hanya menghela napas dalam remang cahaya kamarnya saat ini.

Sudah lewat tengah malam, Gilang masih belum menampakkan batang hidungnya. Papa masih setia menunggu kepulangannya. Sambil menyalakan televisi sebagai teman kesendiriannya, Papa menatap tanpa minat acara yang berlangsung di layar tersebut.

Tok.... Tok.... Tok....

"Assalamu'alaikum", ucap Gilang sambil membuka knock pintu depan.

"Wa'alaikumsalam", jawab Papa dari dalam rumah.

Gilang melangkah masuk diikuti Pak Deni. Baru beberapa langkah berjalan, Gilang dikejutkan dengan perkataan Papa.

"Peringatan untuk kedua kalinya, Gilang!", ucap Papa sambil mendelik tajam kepada Gilang.

"Maaf, Pa", ucap Gilang.

"Pergi ke kamar kamu, sekarang", perintah Papa.

Gilang hanya diam kemudian berlalu menuju kamar tidurnya. Sedangkan Papa berbicara beberapa hal kepada Pak Deni sebelum besok menjalankan tugasnya sebagai bodyguard Gilang dan Ilham.

Keesokan harinya....

Ilham terbangun dengan posisi telungkup di atas meja. Ternyata malam tadi Ilham tertidur di kursinya. Ia kemudian merapikan kotak kecil tersebut, beranjak mendekati tas sekolahnya kemudian meletakkannya di dalam sana lalu setelahnya Ilham melaksanakan shalat serta aktivitas pagi lainnya.

Pikiran Ilham pagi ini sudah lebih tenang, ia memutuskan untuk bertanya langsung dari pada berspekulasi. Ilham akan bertanya kepada Gilang, ia akan berbicara empat mata tanpa diketahui kedua orangtuanya. Ilham yakin sepenuhnya dengan keputusannya, apapun kelak yang akan ia dengar, ia akan tetap menganggap Gilang sebagai adiknya dan selalu menyayanginya.

Ilham melangkahkan kakinya menuju ruang makan. Papa, Mama dan Gilang sudah berkumpul di sana.

"Ilham, ayo makan sayang", ajak Mama.

"Iya, Ma", jawab Ilham sembari menarik kursi dekat meja makan.

Mereka pun kemudian makan dengan lahapnya.

"Hari ini Pak Deni akan mulai menjaga kalian. Kemana pun kalian pergi, harus sepengetahuan Pak Deni. Jangan sampai Pak Deni tidak tau keberadaan kalian. Nanti sore Papa mau kalian menyerahkan jadwal sekolah kalian ke Pak Deni. Ingat ini semua demi keselamatan kalian. Papa gak mau kejadian yang lalu terulang", jelas Papa.

"Iya, Pa", jawab mereka serempak.

"Pa, Ilham hari ini habis pulang sekolah ada les. Tapi nanti guru Ilham yang bakalan nganterin. Jadi gak apa-apa kan kalau Pak Deni gak ikut sama Ilham", tanya Ilham.

"Kalau memang guru Ilham mampu menjaga Ilham, Papa pikir sebaiknya memang Pak Deni tak usah ikut", ucap Papa.

"Terima kasih, Pa. Nanti Ilham sampaikan ke Pak Deni", ucap Ilham.

Selesai sarapan, Gilang dan Ilham berangkat sekolah. Pak Deni sudah menunggu di dekat mobil yang akan mengantar mereka. Tak lupa sebelumnya, Ilham menyampaikan pesan Papa ke Pak Deni.

Diperjalanan Mang Mamad dan Pak Deni saling berbicara. Mang Mamad juga tidak lupa menyampaikan pesan dari Gilang kemarin. Sedangkan Ilham dan Gilang hanya berdiam diri di kursi belakang.

Beberapa menit kemudian, Mang Mamad menghentikan mobilnya di perempatan. Ilham pun segera turun kemudian melanjutkan perjalanannya ke sekolah. Sedangkan Gilang dikawal sampai gerbang sekolah. Pak Deni kemudian mengambil tempat yang nyaman untuk mengawasi Gilang.

*BATAS SENJA*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang