Chapter 8

301 46 7
                                    

Terik matahari menyusup melalui celah jendela kamar Ilham. Rasa hangat mendekati panas menambah kerunyaman pikiran Ilham saat ini.

Ilham duduk bersandar di kasur kesayangannya, setelah tadi ia membersihkan diri dan mengganti pakaiannya dengan pakaian santai kemudian shalat. Tidak lupa Ilham meminum obat anti nyeri dan mengoleskan obat ke lengan tangannya yang mendapat hadiah kecil ketika melindungi Gilang tadi. Berkelahi memang bukan keinginan Ilham, namun itu merupakan pembelaan dirinya.

Namun, mengingat ucapan Gilang, Ilham hanya bisa menghela napas. Ilham hanya berdo'a semoga kebohongan tidak menjadi kebiasaan Gilang.

Namun rasa penasarannya lebih kuat dari rasa kecewa dan sakitnya. Siapa yang ingin mencelakai Gilang, apa motifnya, dan ah....banyak pertanyaan yang mengerubungi otaknya saat ini.

Tok....tok....tok....

"Assalamu'alaikum!", ucap Mama dari luar kamar Ilham.

"Wa'alaikumsalam, masuk aja, Ma! Pintunya gak dikunci", jawab Ilham.

Mama melangkah dengan membawa dua makanan dalam satu nampan.

"Ini makan siang Ilham, Mama taruh di atas nakas y?", tanya Mama.

"Iya, Ma. Terima kasih, maaf merepotkan Mama", kata Ilham.

"Mama gak repot kok, sayang! Oh ya, gimana pinggang kamu?",ucap Mama.

"Sudah enakan, Ma!", jawab Ilham.

Manik mata Mama menangkap memar yang ada di lengan Ilham.

"Lengan Ilham kenapa, sayang?", tanya Mama.

"Oh, anu Ma... itu, waktu nolong Gilang gak sengaja kena sesuatu, Ma. Jadinya kaya gini deh..", jelas Ilham.

"Sudah diobatin belum?", Mama mendekati Ilham sambil memeriksa memar di tangannya.

"Sudah, Ma", Ilham tersenyum lalu melanjutkan, "Memarnya gak sakit kok, Ma. Ini cuma luka kecil, jadi Mama gak usah khawatir", ucap Ilham.

"Lain kali Ilham jangan pernah membahayakan diri sendiri. Apalagi pinggang Ilham kan belum sembuh benar. Kalau ada apa-apa, Ilham bisa minta bantuan orang dewasa di sekitar Ilham", ucap Mama sambil mengelus memar Ilham.

"Iya, Ma", Ilham tersenyum mendapatkan perhatian Mama.

"Ya sudah, Ilham segera makan ya... Jangan lupa istirahat! Mama mau ke kamar Gilang", ucap Mama lalu beralih menuju kamar Gilang.

Terlalu banyak pikiran ternyata membuat Ilham semakin lapar. Ia pun segera menyantap makanan yang di bawakan Mama. Tak lupa Ilham menuangkan air dari teko yang setia di kamar Ilham.

Waktu terasa lambat berjalan, Ilham sedang dilanda kebosanan. Meskipun pinggang dan tangannya tidak dalam kondisi fit, Ilham berinisiatif pergi ke dapur sambil membersihkan bekas piring makanannya.

Tak sengaja Ilham melihat Mama yang sedang sibuk berbicara melalui telepon. Sangking seriusnya sampai Mama tidak menyadari keberadaan Ilham. Ilham mendengar Mama menceritakan kejadian siang tadi yang dialami Gilang.

"Mungkin Mama menelpon Papa", pikir Ilham.

Ilham segera pergi ke dapur dan membersihkan piring dan gelas sisa makanannya.

"Sepertinya Ilham harus mengawasi Gilang, tapi dengan kondisi Ilham saat ini membuat luang lingkup Ilham sangat terbatas", pikir Ilham tanpa sengaja menyenggol gelas yang akan Ilham cuci.

PRAANNNGGG....

Suara jatuhnya gelas menyadarkan Mama bahwa ada seseorang di dapur. Beruntungnya yang terjatuh bukan gelas kaca sehingga Ilham tidak terluka sedikit pun.

*BATAS SENJA*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang