Ilham dan Bima sudah sampai di parkiran sekolah. Mereka pun turun dari mobil yang dikendarai Bima kemudian menuju kelas 11. Tak berselang lama lonceng tanda masuk sekolah pun berbunyi.
Di dalam kelas, Ilham berusaha mengkonsentrasikan pikirannya. Namun kejadian kemarin membuat Ilham sulit berpikir. Ilham pun kemudian beristigfar untuk menenangkan hatinya.
"Hari ini, Bapak ingin membagi kalian menjadi beberapa kelompok. Adapun hal yang akan kita diskusikan .......", ucap Pak Wahyu.
Pembelajaran pun berlangsung lancar hingga jam istirahat berbunyi.
"Syukur Bima tadi satu kelompok sama Ilham, kalau gak habis Bima dibantai sama Monic", ucap Bima sambil berjalan menjauhi ruang kelas.
"Bima tadi kelihatan gak konsentrasi, makanya Monic jadiin Bima sebagai sasaran empuk", jawab Ilham.
"Habisnya Ilham sih waktu diskusi tadi sering banget megang dahi, Bima pikir Ilham sakit".
"Ilham gak apa-apa kok!".
"Jadi sekarang kita mau kemana?", lanjut Ilham yang sedari tadi dipaksa mengikuti Bima.
"Kantin, makan lah", ucap Bima.
"Ilham gak lapar, Bim! Bima aja yang makan", tolak Ilham.
"Gak ada penolakan!", tegas Bima.
"Dari tadi 'gak ada penolakan' mulu, emang ada apa sih, Bim?", tanya Ilham.
"Ada kuda nil", cengir Bima.
"Ditanya serius malah bercanda", ucap Ilham heran.
"Udah, ikut aja napa".
"Bima mencurigakan".
"Memangnya apa yang harus dicurigai? Emangnya dulu gak pernah kayak gini?".
"Pernah sih, tapi sudah luama banget. Rasanya waktu kita kelas 10 dan itu pun karena Bima ada salah ke Ilham. Tapi sekarang?", pikir Ilham tiba-tiba.
"Eits, jangan kira Bima ada salah ke Ilham ya.... Hanya Bima gak tahan lihat teman sebangku Bima dari kemaren wajahnya kayak buku kumal yang sobek di sana-sini", ucap Bima.
"Aneh banget perumpamaannya, Bim", ucap Ilham.
"Biarin, suka-suka Bima dong".
Ilham hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan teman sebangkunya itu.
Ketika tiba di kantin, Bima segera memesankan beberapa makanan dan minuman untuk Ilham. Mereka pun segera menyantapnya sebelum jam istirahat berakhir.
"Hai Ilham, kenapa gak ngajak Anya sih. Kan kita bisa bareng makan", celetuk Anya yang tiba-tiba berdiri di dekat meja Ilham dan Bima.
"Eh kamu, Nya. Ini aja Bima yang ngajak Ilham", celetuk Bima yang hanya ditanggapi senyuman oleh Ilham.
"Anya gak tanya sama kamu, Samsul!", ucap Anya sambil memasang muka menyebalkannya.
"Kamu ini, Nya, tega banget sama Bima", ucap Bima sambil memasang wajah sedihnya.
"Udah ah, Anya pergi dulu ya, Ham", ucap Anya sambil melangkah menjauhi meja Ilham dan Bima.
"Kenapa Bima ngerasa kalau Anya kayak jelangkung ya? Datang gak dijemput pulang gak diantar", heran Bima.
"Gak boleh kayak gitu, Bim", ucap Ilham.
"Habisnya...", kata Bima.
Ilham hanya menampilkan geli di wajahnya melihat kelakuan temannya yang satu ini.
"Nah, wajah kayak gini yang beberapa hari ini menghilang. Akhirnya Bima temuin juga", senyum Bima.
Ilham tetap tersenyum mendengar ocehan Bima.
KAMU SEDANG MEMBACA
*BATAS SENJA*
Teen Fiction"Aku benci kak Ilham", suara itu selalu berdengung dalam relung hati Ilham. Bingung dan kecewa menghiasi hatinya, namun senyum dan kasih sayang selalu ia berikan untuk adik yang ia sayangi, Gilang. Di sisi lain, mimpi yang sama selalu mengejarnya d...