Papa dan Mama melangkah mengikuti dokter memasuki ruangannya.
"Silahkan duduk!", ucap dokter kepada Papa dan Mama.
"Terima kasih, dok".
"Bagaimana kondisi anak kami, dok?".
"Begini Bapak dan Ibu, kondisi pasien Alhamdulillah sudah kembali stabil hanya saja kami masih harus selalu memantau kondisinya mengingat pasien masih belum sadar. Kami harapkan beberapa hari ke depan pasien bisa sadarkan diri. Hanya saja....", ucap dokter sedikit ragu.
"Hanya apa dok?", tanya Papa.
"Ada beberapa kemungkinan yang akan pasien alami ketika ia sudah siuman. Pasien dapat mengalami amnesia, nyeri di bagian kepala, kesulitan tidur, mudah emosi dan lainnya. Oleh karenanya ketika pasien sadar, kami akan tetap melakukan observasi serta pemeriksaan lainnya dan kita mengharapkan pasien tidak mengalami kemungkinan buruk tersebut".
"Tolong berikan penanganan terbaik, dok. Untuk biaya, dokter jangan khawatir".
"Bapak dan Ibu berdoalah kepada Allah demi kesembuhan pasien, sedangkan kami akan berusaha sebaik mungkin".
"Terimakasih, dok. Kalau begitu kami permisi dulu".
"Silahkan!".
***
Sudah tiga hari berlalu namun Ilham masih belum sadarkan diri. Banyak teman sekelas maupun sesama anggota OSIS dan para fansnya yang bergantian menjenguk Ilham di RS. Meskipun mereka tidak bisa bertemu langsung, mereka tetap memberikan dukungan kepada orang tua Ilham yang selalu menjaganya di RS dan tak lupa mereka selalu berdoa untuk kesembuhan Ilham.
Sedangkan Gilang sudah diperbolehkan pulang setelah sehari di rawat di RS. Gilang selalu menjaga Ilham setiap sore setelah pulang sekolah.
"Ma, gimana kondisi Kak Ilham?", tanya Gilang ketika baru menapaki kaki di depan ruang ICU Ilham.
Mama hanya menggeleng pelan mendapati pertanyaan putranya.
"Mama sebaiknya pulang dulu untuk beristirahat, biar di sini Gilang yang jaga. Lagian Papa juga bakalan ke sini setelah menyelesaikan urusan di kantor".
"Mama gak capek kok, sayang".
"Ma, Gilang takut Mama sakit. Kalau Mama sakit yang sedih bukan cuma Gilang, pasti Kak Ilham juga".
Setelah beberapa kali dibujuk, akhirnya Mama mau pulang ke rumah untuk beristirahat.
Gilang kemudian meminta izin kepada perawat untuk menemui Kak Ilham.
"Kak, gimana kabar Kak Ilham? Pasti Kak Ilham masih capek ya makanya Kak Ilham belum mau menemui Gilang. Gilang gak apa-apa kok kalau Kak Ilham istirahat, tapi jangan kelamaan Kak. Kalau kelamaan dokter bakalan gak ngizinin Kak Ilham pulang ke rumah. Apa Kak Ilham gak rindu kamar Kak Ilham?", ucap Gilang.
"Atau Kak Ilham masih marah sama Gilang? Gilang minta maaf ya Kak? Kalau Kak Ilham maafin Gilang, Kak Ilham bangun ya jangan kelamaan tidurnya. Kak Ilham boleh kok menghukum Gilang, Gilang gak akan marah. Atau Kak Ilham boleh memperlakukan Gilang seperti dulu Gilang memperlakukan Kak Ilham, tapi Kak Ilham harus bangun", ucap Ilham sambil menggenggam tangan Ilham.
Gilang tak lelah mengajak Ilham berbicara, berharap Ilham segera membuka mata indahnya.
Hingga Gilang melihat bulir bening jatuh di sudut mata Ilham.
"Kak Ilham, mengapa Kakak menangis?", ucap Gilang sambil menghapus air mata Ilham.
***
Cahaya putih memenuhi penglihatan Ilham. Gambaran Bunda, Mama dan kejadian waktu itu segera menghilang. Ilham kembali berada di ruangan kosong bernuansa putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
*BATAS SENJA*
Teen Fiction"Aku benci kak Ilham", suara itu selalu berdengung dalam relung hati Ilham. Bingung dan kecewa menghiasi hatinya, namun senyum dan kasih sayang selalu ia berikan untuk adik yang ia sayangi, Gilang. Di sisi lain, mimpi yang sama selalu mengejarnya d...