"Assalamu'alaikum", ucap Ilham dari luar rumah.
Namun tidak ada jawaban dari dalam rumah. Ilham pun memasuki rumah yang tampak kosong. Mungkin para penghuni rumah sedang keluar. Ilham meneruskan langkah kakinya memasuki kamarnya. Namun baru beberapa langkah Bi Inah datang mendekati Ilham.
"Maaf, Den Ilham. Bibi gak mendengar kalau Aden datang", ucap Bi Inah.
"Gak apa-apa, Bi. Oh ya Bi, Papa, Mama dan Gilang ke mana?".
"Tuan, Nyonya dan Den Gilang ke klinik, Den".
"Siapa yang sakit, Bi?", tanya Ilham dengan khawatir.
"Den Gilang, Den".
"Gilang sakit apa, Bi?".
"Bibi kurang tau, Den, maaf".
"Iya, Bi, gak apa-apa. Ilham ke kamar dulu ya, Bi".
"Baik, Den".
Ilham kemudian melangkah ke kamarnya, ia merasa badannya sangat lelah. Ilham segera melakukan rutinitasnya. Sekarang Ilham sedang mendudukkan dirinya di atas kasur sambil memandang ke luar jendela.
Tak berapa lama terdengar deru mobil dari halaman rumah. Ilham segera keluar dari kamar kemudian menuju ruang tamu.
"Gilang sakit apa, Ma?", tanya Ilham yang melihat Mama sedang membantu Gilang mendudukkan dirinya di sofa.
"Kaki kanan Gilang terkilir", ucap Mama yang masih memandang Gilang dengan khawatir.
"Apakah parah, Ma?".
"Alhamdulillah, tidak. Dokter hanya meminta Gilang untuk istirahat dan jangan terlalu membebani kaki kanannya".
"ILHAM!!! Apa kamu berharap kaki Gilang lebih parah lagi?", bentak Papa yang tiba-tiba masuk.
"Maksud Papa? Ilham gak mungkin berpi....", ucap Ilham namun Papa sepertinya tidak mau mendengarkannya.
"Papa gak menyangka Ilham tega mencelakai saudara Ilham sendiri. Papa kira Ilham.....", ucap Papa sembari menahan kesedihannya.
"Ilham gak pernah melakukan apapun ke Gilang, Pa", bela Ilham.
"Bukankah Ilham menuduh Gilang mengambil gantungan kunci itu?", selidik Papa.
"Ilham hanya bertanya, Pa", ucap Ilham.
"Ilham menanyai Gilang di taman sekolah kan?", lanjut Papa.
Ilham hanya diam kemudian menganggukkan kepalanya.
"Berarti benar, Ilham sudah mengancam Gilang lalu Ilham mendorongnya sehingga kaki Gilang terkilir".
"Itu bohong, Pa. Ilham gak pernah melakukannya".
"Tapi ada saksi yang melihatnya, Ilham. Saksi itu sudah menceritakan semuanya ke Papa dan Mama. Jangan pernah Ilham berbohong. Sejak kapan Ilham jadi pembohong? Papa dan Mama benar-benar kecewa sama Ilham. Hanya karena sifat Gilang kurang baik ke Ilham, bukan berarti Ilham harus membalasnya dengan hal yang sama. Apakah Papa dan Mama pernah mengajarkan seperti itu? Papa kecewa sama Ilham. Benar-benar kecewa", ungkap Papa dengan penuh amarah dan kekecewaan.
"Pa, percaya sama Ilham. Ilham gak pernah kasar ke Gilang, Pa", bela Ilham.
"Dua orang Ilham, yang melihat Ilham mendorong Gilang".
"Maaf Pa, Kak Ilham sebenarnya gak pernah mendorong Gilang, Pa", ucap Gilang tiba-tiba.
"Maksud kamu, kamu yang berbohong?", Papa pun marah atas pernyataan Gilang.
"Gilang berbicara jujur, maaf sudah membohongi Papa", lanjut Gilang sambil menundukkan pandangannya.
"Apa maksud kamu Gilang? Lalu dua orang saksi itu? Kamu mau Papa marahin Ilham atas perbuatan yang tidak pernah ia lakukan?", tanya Papa kepada Gilang dengan kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
*BATAS SENJA*
Novela Juvenil"Aku benci kak Ilham", suara itu selalu berdengung dalam relung hati Ilham. Bingung dan kecewa menghiasi hatinya, namun senyum dan kasih sayang selalu ia berikan untuk adik yang ia sayangi, Gilang. Di sisi lain, mimpi yang sama selalu mengejarnya d...