Chapter 7

329 54 8
                                    

"Ilham...bangun sayang!", ucap Mama sambil menyentuh pipi Ilham pelan.

Dengan dibantu Mang Mamad dan Gilang, Ilham dibaringkan ke tempat tidurnya.

"Gilang, jaga Kak Ilham. Mama mau nelpon dokter!", ucap Mama.

Tidak lama dokter datang memeriksa Ilham. Mama menunggu di luar kamar sedangkan Gilang kembali ke kamarnya.

"Bagaimana kondisi Ilham dok?", tanya Mama ketika dokter keluar dari kamar Ilham.

"Untuk saat ini tidak ada yang harus dikhawatirkan. Saya akan memberi obat anti nyeri untuk mengurangi efek benturan di pinggang Ilham. Hanya saja, apabila beberapa hari nyerinya masih berlanjut, sebaiknya Ilham segera mendapatkan penanganan di RS", jelas dokter.

Dokter pun kemudian pamit. Mama duduk termenung di sisi Ilham dan mengingat kejadian siang kemarin.

"Maafkan Mama, sayang!"

Di lain tempat....

"Bagaimana?", ucap seseorang dari seberang telepon.

"Akan segera kita mulai", ucap seseorang dalam kegelapan.
_______________________________________

Papa merasakan keheningan ketika memasuki rumah, maklum saja karena saat ini sudah tengah malam.

Namun ketika Papa melangkah ke dalam kamar, Mama tak berada di sana. Setelah membersihkan diri dan berganti baju, Papa berinisiatif melihat anak-anak. Seharian ini Papa merindukan mereka. Karena ada meeting penting besok, mengharuskan Papa lembur malam ini.

Kreek... Papa membuka kamar Gilang, kamar yang paling ujung. Didapati Gilang sedang tertidur lelap.

"Selamat tidur, sayang", ucap Papa sambil mencium pucuk kepala Gilang.

Kemudian, Papa melangkah ke kamar Ilham. Ketika membuka pintu, tampak Mama duduk tertidur di samping kasur Ilham.

"Ma...Ma..., kenapa tidur di sini?", tanya Papa ketika Mama mulai membuka matanya.

"Ilham tadi pingsan, Pa. Makanya Mama di sini buat jaga Ilham. Maaf, Mama lupa memberitahu Papa", ucap Mama.

"Gak apa-apa, Ma. Apa kata dokter?", ucap Papa sambil memeriksa suhu tubuh Ilham.

Mama kemudian menjelaskan perkataan dokter tentang kondisi Ilham.

"Semoga tidak terjadi hal buruk dengan Ilham, Ma", ucap Papa.

"Iya, Pa", jawab Mama.

"Sebaiknya Mama istirahat di kamar kita, kalau Mama kurang istirahat nanti malah Mama yang sakit", lanjut Papa.

Mama mengelus rambut Ilham dan mencium pucuk kepalanya sebelum kembali ke kamarnya, Papa mengikuti Mama dari belakang.

Keesokannya....

Ilham bangun dengan wajah yang cukup cerah. Istirahat dan obat yang diresepkan dokter membuatnya merasa lebih baik. Ilham beranjak dari tempat tidur dan membersihkan diri serta bersiap ke sekolah. Ilham merasa nyeri di pinggangnya sudah berkurang.

Namun Ilham merasakan kalau kemarin ada yang berbeda di kamarnya.

"Tapi.... ah sudahlah, jangan dipikirkan. Mungkin memang seperti itu adanya", ucap Ilham dalam hati.

Di ruang makan....

"Ilham yakin mau ke sekolah?", tanya Mama.

"Iya, Ma. Ilham gak apa-apa kok. Lagi pula hari ini Ilham mau nemani Gilang menemui Pak Yahya", ucap Ilham.

"Untuk apa?", tanya Papa.

"Gilang terpilih tuk mewakili sekolah di perlombaan cerdas tangkas, Pa, Ma!" ucap Gilang.

*BATAS SENJA*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang