02. Bak Bunga Lili

1.4K 220 24
                                    

~Kahiyang,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~
Kahiyang,

Kamu mungkin bertanya-tanya, surat apa ini? Atau dari siapa surat ini? Dan mungkin, apa maksud surat ini? Saya juga tidak tahu apa sebenarnya yang membuat saya menulis surat ini, seperti ada satu ruang kecil di hati yang terus meneriakkan kepala untuk menulis sebuah surat untukmu. Kamu tak perlu takut, tidak ada maksud jahat yang tersirat, hanya sebuah ungkapan suka serta sanjungan padamu yang memiliki senyum secantik permata. Dibawah surat, saya mencantumkan satu buah syair untuk menyanjungmu, semoga saja tidak terdengar aneh dan kamu menyukainya.

Parasmu cantik bagai bidadari
Senyuman teduhmu menenangkan bak bunga lili
Namun hanya ada satu pria mumpuni
Yang dapat menawan kau punya hati

Tertanda,
Jean.

~

Kahiyang menyipitkan kedua mata serius, memandang secarik surat ini dengan seksama. Dengan pandangan menelisik, ia melirik ke arah sekitarnya, memastikan tak ada siapapun yang berada di sebelahnya sekarang. Setelah memastikan tidak ada orang yang berada di dekatnya, Kahiyang menghembuskan nafas pelan. Pikirannya terbawa kejadiaan kemarin siang saat ia tak sengaja menemukan surat aneh ini di dalam andong yang biasa ia sewa. Siapakah Si Jean ini? Dari namanya tampak kalau dia adalah pria Belanda, apa keinginannya? Dan... Apakah Kang Darto tahu akan hal ini?

Dengan pasrah Kahiyang menutup selembar kertas ini seperti semula, tak lupa ia memasukkannya kembali ke dalam amplop putih gading itu. Jari-jemari lentik Kahiyang mengetuk-ngetuk meja kayu di tempat duduknya, meresapi makna surat yang tampak aneh baginya. Kini Kahiyang berada di sekolah, ia tak berani dan tidak memiliki nyali membuka surat ini di rumah, bagaimana jika ibunya menemukan surat ini? Tentu saja ibunya pasti akan memarahi dirinya serta akan meledak penuh emosi rasa kekhawatiran. Untuk itulah ia baru dapat membuka surat asing ini sehari setelahnya, menghindari ocehan sang ibunda.

Semalaman penuh Kahiyang penasaran dengan isi surat ini, menerawang sembari menunggu pagi datang hingga akhirnya ia dapat datang ke sekolah dan membukanya, tapi setelah ia membacanya barusan, kini rasa penasaran apa isi surat ini, telah berubah menjadi rasa ingin tahu pada siapa yang mengirimkan surat ini. Hanya ada satu informasi yang tertera, nama pengirimnya adalah Jean, dan dia sudah pasti laki-laki. Tapi mengapa pria itu mencantumkan nama di dalam surat, namun tidak mencantumkan namanya pada amplop surat? Bukan rasa senang yang ia dapat malah tanda tanya semakin banyak mengisi otak Kahiyang, memenuhinya dengan rasa keingintahuan yang tinggi.

Untung saja teman-teman sekelasnya kini tengah beristirahat di luar kelas, jadi sekarang hanya tersisa Kahiyang seorang dalam ruangan ini. Ia dapat lebih leluasa meluapkan emosi rasa penasarannya terhadap surat yang ia tengah genggam, menebak-nebak apa tujuan asli sang pria mengiriminya surat. Satu ilham setiba saja terpikir oleh Kahiyang, bagai ada bola lampu yang keluar dari kepalanya. Kahiyang mendapat sebuah ide cemerlang. Membalas! Bagaimana jika ia membalas balik pesan kepada pria asing ini? Tentu saja! Siapa tahu, suratnya akan terbalas oleh pria itu.

𝐒𝐮𝐫𝐚𝐭 𝐔𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐊𝐚𝐡𝐢𝐲𝐚𝐧𝐠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang