10. Pesta Minum Teh

917 163 44
                                    

Sorry telat sehari, Rachel was busy with her school assignments :/

Kahiyang menahan nafasnya dalam-dalam setiap kali dia mencoba mendekatkan daun telinganya pada permukaan pintu ruang tamu, berharap dapat mendengar satu atau dua patah kata akan apa yang Ibunya dan Jean tengah bicarakan di dalam sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kahiyang menahan nafasnya dalam-dalam setiap kali dia mencoba mendekatkan daun telinganya pada permukaan pintu ruang tamu, berharap dapat mendengar satu atau dua patah kata akan apa yang Ibunya dan Jean tengah bicarakan di dalam sana. Namun usahanga tentu saja sia-sia, Kahiyang tak dapat mendengar apa pun yang tengah mereka bahas di ruangan itu. Hanya terdengar seperti suara dua orang yang berdiskusi sambil bergumam.

Gadis ini mulai berjalan kesana kemari di depan pintu ruang tamu. Merasa khawatir akan sang ibu yang bisa saja murka nanti di depan Jean. Lagi pula, apa sih sebenarnya keinginan lelaki asing itu? Kenapa dia malah berkunjung ke rumahnya dan bukan langsung saja pulang?

Mata Kahiyang tak sengaja menangkap seorang pembantu yang datang dengan membawa sebuah nampan kayu coklat dengan satu teko poselen dan dua cangkir teh kosong. Otak Kahiyang terputar, lalu dengan cepat menemukan sebuah ide cemerlang untuk mengetahui apa yang mereka sedang bicarakan di dalam sana, hanya ada satu cara; yaitu dengan mengantarkan minuman ini masuk ke sana.

"Eh? Kahiyang, sedang apa disini?" tanya pembantu itu kebingungan dengan sosok Kahiyang yang berdiri sembari sesekali berjalan-jalan di sekitar pintu ruang tamu.

"Shhhh ... Yu Ning jangan berisik, kita harus bicara seperti ini, pelan-pelan," bisik Kahiyang pada Yu Ning, salah satu pembantu di rumahnya.

"Oalah, siap siap. Tapi, kenapa harus diam-diam?" tanya Yu Ning berbisik tak kalah pelan.

"Tentu saja supaya simbok tidak tahu, nanti kalau dia tahu aku menguping, aku bisa dicecar olehnya dan disebut perempuan tidak tahu etika."

Yu Ning hanya mengangguk-anggukkan kepalanya pelan, walau tak sepenuhnya paham apa yang Kahiyang tengah lakukan saat ini, tapi dia akan berusaha berpura-pura paham demi menjaga hati anak sulung majikannya itu.

"Oh iya, Yu. Aku saja sini yang bawa ini ke dalam," tutur Kahiyang menunjuk nampan kayu yang tengah digenggam Yu Ning.

"Eh, ndak boleh! Nanti simbokmu marah sama aku bagaimana?"

"Nanti Kahiyang yang bilang kalau aku yang meminta sendiri mengantarkan teh ke dalam. Kahiyang janji, Yu Ning ndak akan dimarahi oleh simbok!" ucap Kahiyang penuh semangat.

Jemari Kahiyang secepat kilat langsung menyambar nampan kayu itu dari lengan Yu Ning. Pembantu wanita itu hanya dapat menggelengkan kepalanya pelan saat melihat Kahiyang mulai melancarkan rencana anehnya itu. Tapi apa boleh buat? Kahiyang sudah sangat penasaran dengan apa yang mereka bicarakan di dalam sana.  Apakah mereka berbicara tentang bisnis? Atau jangan-jangan ternyata ibunya sudah mengenal siapa itu Jean sebenarnya? Atau ... mereka membicarakan tentang Kahiyang sendiri? Semua itu akan terjawab jika Kahiyang masuk ke dalam sana.

𝐒𝐮𝐫𝐚𝐭 𝐔𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐊𝐚𝐡𝐢𝐲𝐚𝐧𝐠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang