Meneer Jean is on mulmed!!!!
"Jadi ... Meneer? ...." mulut Kahiyang terbuka lebar saat ini, menganga seakan tak mempercayai apa yang barusan dia dengar.
"Iya saya Jean, apa kabar, Kahiyang?" pria itu tersenyum.
Jika saja tidak ada orang di depannya, saat ini Kahiyang ingin sekali menabrakkan kepalanya ke muka jendela, lalu menutupi wajahnya yang malu dengan potongan jendela kayu andong. Tapi tentu saja dia tak dapat melakukannya dan sekarang memaksa gadis ini menahan malu dengan wajah terbuka.
"S-sedari tadi ... selama ini ... itu Meneer?" tanya Kahiyang tersendat-sendat.
Pria itu tersenyum manis sekali lagi, memamerkan gigi putihnya yang berderet rapih. "Iya Kahiyang, saya Jean," ucapnya lembut.
"Kenapa tidak bilang saja sejak tadi?"
"Karena kamu tidak tanya," balasnya cepat.
Jiwa Kahiyang seakan pergi melayang jauh ke angkasa sekarang, bagaimana bisa pria yang baru dia temui hari ini ternyata adalah pria yang mengiriminya lusinan surat dan bunga-bunga? Kahiyang tertegun, pria di hadapannya sekarang ialah Jean. Iya, Jean yang dirinya sedang selidiki selama sebulan terakhir malah bertemu dengannya disini. Lalu, sekarang apa yang harus dirinya lakukan?
Suasana andong hening selama beberapa menit. Kahiyang larut dalam benaknya sendiri, mencari tahu apa yang sebaiknya dia lakukan jika berada dalam situasi canggung ini. Kahiyang tidak terlihat panik, sebaliknya justru wanita itu tampak tenang, malah didapati tengah kebingungan dan sibuk dengan pikirannya sendiri, seakan sedang berfikir berkonsentrasi dalam, mengabaikan keberadaan Jean di sebelahnya.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Jean sedikit khawatir saat melayangkan pandangannya pada Kahiyang.
"Tidak. M-maksudku, iya aku baik-baik saja," balasnya.
"Apakah kamu takut?" tanya pria itu. "Kumohon jangan takut, saya bersumpah tidak akan pernah melakukan hal jahat padamu, Kahiyang," lanjut Jean merasa cemas jikalau perempuan di sebelahnya ini takut padanya.
Berbeda dengan Jean yang tampak sangat risau, Kahiyang justru menengok ke arah pria itu dan mengerutkan dahinya dalam. "Takut? Kenapa aku harus takut?" tanya Kahiyang balik kepada Jean.
"Syukurlah, saya kira kamu takut."
"Aku diam bukan karena aku takut, tapi karena aku bingung. Lagi pula, kau kan sudah berjanji baik di surat atau perkataanmu barusan kalau tidak akan menyakitiku, aku percaya akan janjimu itu, Meneer."
Kini berganti Jean yang mengerutkan dahinya. "Kenapa bingung?"
"Karena aku punya banyak sekali pertanyaan untukmu," ucap Kahiyang optimis.
"Pertanyaan?"
"Iya, banyak sekali pertanyaan. Seperti pertama, kenapa kau mengirimiku surat dan bunga? Kedua, apa tujuanmu mengirimkanku benda-benda tersebut? Ketiga, kenapa harus aku yang kau kirimi bunga dan surat?" tanya Kahiyang panjang dan beruntun, gadis itu tampak sangat keheranan saat ia menanyakan hal itu pada Jean.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐮𝐫𝐚𝐭 𝐔𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐊𝐚𝐡𝐢𝐲𝐚𝐧𝐠
Historical Fiction[Terinspirasi dari kisah nyata. Beberapa kejadian bedasarkan pengalaman yang sebenarnya] ~°~° Suatu siang, selepas pulang sekolah rakyat, Kahiyang yang polos dan periang dikejutkan dengan temuan secarik surat tanpa pengirim dalam andong yang orangtu...