24. Perpisahan

316 59 24
                                    

Kahiyang tak pernah menyangka jika surat-surat cinta yang Jean kirim akan berakhir dengan satu surat ultimatum kemarin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kahiyang tak pernah menyangka jika surat-surat cinta yang Jean kirim akan berakhir dengan satu surat ultimatum kemarin. Perasaannya campur aduk, pria yang ia sukai kini telah berani mengambil sebuah tindakan sinting. Bagaimana dia dapat merasa senang akan perhiasan yang Jean kasih tempo hari, jika pria itu kini malah mengambil kebahagiaan keluarganya? Jean bak mengobati sebuah luka namun menorehkan luka baru. Ingin rasanya Kahiyang menemui Jean dan menuntut penjelasan. Bertanya akan apa yang mendasarinya melakukan hal nekat itu? Tangisannya semalam bahkan tak membuat hatinya merasa lebih baik, pemikiran akan Jean yang dapat seagresif kemarin membuatnya takut. Apalagi yang akan dia lakukan pada keluarganya?

"Istirahat, Mbok." Kahiyang mengambil kain lap dari tangan sang ibu, lalu mulai menyeka meja makan.

"Terima kasih, Nduk," balas Bhanurasmi lemas. Semalam suntuk menemani kedua gadisnya menangis, sukses menguras habis tenaga Bhanurasmi.

Dan hari itu tiba juga. Ketakutan terbesar Bhanurasmi benar terjadi. Pria Belanda yang menaksir anak gadisnya, kini melakukan sesuatu yang fatal. Bayangan angan Bhanurasmi tak menyangka akan hal ini, dirinya tak berpikir jauh, mengira kalau Jean paling-paling hanya akan terus meneror keluarganya lewat surat, atau membujuk dengan hadiah dan semacamnya. Tapi membeli tanah, mengambil izin dagang, dan memboikot semua pemasukan keluarganya? Ini jauh dari apa yang ia duga. Pria misterius itu melakukan hal yang tak pernah dia sangka-sangka. Pasalnya, bukan hanya izin dagang yang Jean manipulasi, semua akses perniagaan keluarganya pun ditutup. Entah dengan apa kini mereka akan bertahan.

Sekarang bayangkanlah, bagaimana dia dapat membiayai ketiga anaknya jika Jean menutup akses bisnisnya? Bhanurasmi mengerut pening hanya memikirkan itu. Jika pria itu dapat melakukan tindakan besar ini, apa yang selanjutnya Jean lakukan? Menculik Kahiyang? Sungguh, Bhanurasmi lebih memilih untuk ditikam mati dibanding membayangkan putrinya sendiri diambil paksa oleh seseorang. Khayalan itu kembali muncul, tentang Jean yang ingin mempersunting Kahiyang, mau tak mau Bhanurasmi kini hanya dapat berharap cemas dan berdoa supaya hal itu tidak terjadi.

Sebelumnya, rencana Bhanurasmi adalah untuk memindahkan kedua gadisnya ke Jakarta bulan depan. Mengasingkan keduanya dari sesaknya udara Jombang kala itu. Semuanya dengan maksud membuka lembaran baru, tapi dalam-dalam mereka paham, kalau ini tak lain dari sebuah pelarian. Bhanurasmi telah menemukan sekolah pengganti untuk anaknya di Jakarta, untuk itu dirinya telah mengeluarkan Agniasari dari sekolah lamanya disini. Dia bahkan sampai mendaftarkan Kahiyang kursus menjahit untuk mengisi waktunya nanti. Tapi rencana itu kini harus dilaksanakan jauh lebih cepat, tidak, rencana itu harus dilakukan sekarang.

Tak perlu sepatah kata untuk Bhanurasmi mengetahui kalau Kahiyang merasa bersalah. Putri pertamanya pasti merasa tidak enak hati setelah membela Jean disidang tempo hari. Bhanurasmi tak akan menyalahkan Kahiyang untuk itu, menurutnya, putrinya masih muda, masih belajar untuk hidup. Berkat didikannya pula, Kahiyang tumbuh menjadi wanita yang tangguh, tapi sayang, pola pikirnya masih sepolos kertas. Perilaku Jean mungkin membuatnya mengira jika pria itu tidak jahat, namun itu semua terbukti sekarang, pria asing itu sangat berbahaya.

𝐒𝐮𝐫𝐚𝐭 𝐔𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐊𝐚𝐡𝐢𝐲𝐚𝐧𝐠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang