GILA TERAKHIR SAYA UP ITU AGUSTUS TAHUN LALU OMG. Maafin saya yah sayangkuh semwanyaaa 😭💗
...
Pagi itu mentari bersinar cerah, memancarkan berkas-berkas cahaya jingga nan indah. Embun pagi masih bergelayut pada dedaunan, fajar baru saja menjelang, namun entah mengapa Kahiyang telah bangun sedari matahari masih bersembunyi. Tubuhnya letih, kemarin harinya berlalu sangat panjang, hari kelulusan yang cukup melelahkan. Tetapi Kahiyang senang, apalagi membayangkan Jean yang memberinya ucapan selamat serta tak lupa satu buket bunga lili yang amat cantik. Sungguh satu hari yang amat berkesan.
Tentu saja, Kahiyang tak mengatakan buket bunga lili itu dari Jean pada ibunya. Gadis itu berkelit, penuh dusta berkata kalau buket itu ia dapatkan dari teman-temannya. Kahiyang hanya dapat berkata jujur pada Agniasari, adik kecilnya yang menjadi satu-satunya orang yang ia dapat percaya. Mata Kahiyang masih berbinar, terbayang akan senyuman Jean yang membuat jantungnya ikut berdegup cepat. Apakah ia jatuh hati pada pria asing itu? Bolehkah ia jatuh hati?
Kahiyang menggelengkan kepalanya, berharap dengan demikian ia dapat membuang semua pikiran aneh barusan. Jatuh hati? Dirinya baru 17 tahun, masa depan menunggunya, Kahiyang tak ingin mimpinya sebagai guru hancur karena rasa suka pada seseorang. Lagi pula, siapa yang tahu kalau bisa jadi apa yang Bhanurasmi katakan itu benar, tentang Jean yang bisa jadi hanya akan menganggapnya seorang gundik. Apapun itu, Kahiyang tak ingin memikirkan tentang ini semua. Membayangkannya saja sudah mengerikan.
"Mbak, jangan melamun!" tegur Agniasari pada kakaknya.
Tangan dua gadis Bhanurasmi ini penuh krim mentega. Kini keduanya tengah menghias sebuah kue. Kue yang membuat mereka bergulat dengan bahan-bahan dapur sedari subuh. Kahiyang menepuk pelan pipi dengan tangan kirinya, berusaha menyadarkan diri dari lamunannya akan Jean. Kembali memusatkan pandangan, Kahiyang mengarahkan krim mentega pada keik untuk kembali mempercantik kue tersebut.
Tahun lalu, ia telah membuat perjanjian dengan Bhanurasmi, ibunya, untuk membuat sebuah kue perayaan jika nanti Kahiyang lulus dengan nilai sempurna. Gadis itu kini menuntut janji tersebut, tak hanya ia mendapat nilai yang sempurna, Kahiyang bahkan menjadi yang terbaik di kelasnya. Bhanurasmi tentu saja menepati janjinya, dan disinilah mereka, tiga wanita, berada di dapur sejak subuh menjelang, hanya berusaha memanggang serta menghias kue perayaan kelulusan Kahiyang.
"Aku tak sabar untuk mencobanya," desis Kahiyang meneguk ludahnya pelan.
"Tahan dulu dong, kita kan belum selesai, nduk." Bhanurasmi membalas.
"Kapan lagi simbok membolehkan kita sarapan dengan keik, Mbak," decak Agniasari dengan semangat melebarkan senyumnya.
Bhanurasmi memang selalu memperhatikan apa yang anak-anaknya makan, wanita paruh baya itu selalu berusaha ketiga agaknya mengonsumsi makanan yang sehat. Maka tak ayal, hari ini adalah hari yang amat spesial, dimana wanita itu akhirnya memperbolehkan anaknya sarapan dengan sesuatu yang berat, seperti keik yang berada di depan mereka ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐮𝐫𝐚𝐭 𝐔𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐊𝐚𝐡𝐢𝐲𝐚𝐧𝐠
Historical Fiction[Terinspirasi dari kisah nyata. Beberapa kejadian bedasarkan pengalaman yang sebenarnya] ~°~° Suatu siang, selepas pulang sekolah rakyat, Kahiyang yang polos dan periang dikejutkan dengan temuan secarik surat tanpa pengirim dalam andong yang orangtu...