03. Nama Pria itu Jean

1.1K 196 38
                                    

Demi menjadi yang lebih baik, kritik dan saran saya terima dengan senang hati, jadi jangan sungkan membenarkan jika saya salah~

....

Siapa kamu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapa kamu?

Saya tergelak membaca dua kata yang kamu kirimkan itu, tawa pecah memenuhi ruangan kamar saya yang sepi ini. Lucu rasanya jika membayangkan dirimu yang begitu penasaran dengan sosokku, padahal di surat-surat sebelumnya sudah diberi tahu siapa saya. Kalau begitu, perkenalkan, nama saya Jean van Hallen, mereka biasa memanggilku Meneer Jean. Saya hanya pegawai biasa yang bekerja di pabrik gula, hanya seorang pria yang dapat mengagumi dirimu dari kejauhan, sekali lagi saya ingin menegaskan kalau saya sama skali tak memiliki intensi jahat padamu, Kahiyang. Kumohon jangan merasa takut padaku, karena saya tak akan menyakitimu, sampai jumpa esok hari dengan surat yang berbeda.

Dari,
Jean.

~

Kahiyang menghembuskan nafas gusar. Lelaki ini telah memberikan nama lengkapnya pada Kahiyang. Namun ini sama sekali tidak membantu dirinya mencari gambaran siapa pria ini, bisa jadi bahkan ia menggunakan nama samaran? Namun tak dapat dirinya pungkiri, nama Jean sudah terdengar sangat familier si telinganya, seperti seseorang yang ia pernah ketahui. Sungguh, surat ketiga ini tidak berguna, malah semakin membuat pikiran Kahiyang ruwet dibuatnya. Jika dirinya tak memiliki niat jahat, apa yang sebenarnya Jean inginkan?

"Kang... Kau benar-benar tidak mengetahui siapa yang mengirim ini?" Kahiyang mengacungkan surat itu tepat di jendela kaca kecil sebagai pembatas antara kusir dan penumpang.

Kang Darto melirik ke arah kertas yang dipegang Kahiyang, pria tua itu nampak perlahan mengusap satu peluh di dahi dengan tangan kirinya, gelagat Kang Darto sedikit aneh akhir-akhir ini, seperti gugup, takut, dan cemas disaat yang bersamaan. Apakah dirinya sedang menyembunyikan sesuatu?

"Ndak, Aku ndak tahu apa-apa soal itu... " balas pria itu cepat disertai gelengan kepalanya kuat.

"Lalu, mengapa sedari tadi kamu mengusap-usap wajah terus, kang? Seperti ada serangga yang mengganggu saja," cibir Kahiyang.

"Wah... Mungkin memang ada serangga ya di wajahku, hehe.." ucap Kang Darto canggung.

Kahiyang memicingkan matanya, dirinya tahu betul pasti ada sesuatu yang disembunyikan pria tua ini, dan dirinya harus segera mencari tahu. Dengan sedikit kesal, Kahiyang membuka jendela andong kencang, hampir setengah membantingnya. Ia berdecak sekali sebelum akhirnya ia menghembuskan nafas pasrah sembari mengerucutkan bibirnya. Tak akan ada habisnya jika ia hanya mengeluh seperti ini tanpa ada tindakan pasti. Dirinya harus melakukan sesuatu, menyusun rencana baru demi menangkap lelaki yang mengiriminya surat ini dan tentu saja mencari tahu maksud tersembunyi dia mengirim surat-surat ini.

Andong mulai berjalan perlahan, memelan sampai tak lama berhenti sepenuhnya. Kahiyang mengeluarkan kepalanya dari jendela, dan melihat sebuah rumah bercat putih gading, rumahnya sendiri. Kahiyang baru menyadari kalau dirinya sudah sampai tepat di depan rumahnya sendiri, perjalanan pulang ini terasa begitu singkat. Tak dapat ia sangka-sangka, memikirkan sosok misterius Jean membuatnya membuang banyak waktu hingga tidak sadar kalau dirinya telah sampai di kediaman orangtuanya.

𝐒𝐮𝐫𝐚𝐭 𝐔𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐊𝐚𝐡𝐢𝐲𝐚𝐧𝐠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang