14. Kenanga

963 159 52
                                    

Mau liat Jatra kek mana mukanya? Noh di mulmed udh ada face revealnya!!!!

Mau liat Jatra kek mana mukanya? Noh di mulmed udh ada face revealnya!!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tangisanmu masih sama seperti dulu." Jatra menyunggingkan senyumnya lagi, kali ini jauh lebih lebar sampai kedua mata pria itu menyipit.

"K-kenapa Mas Jatra bisa ada disini?" tanya Kahiyang terbata masih mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi disini.

"K-kenapa tidak?" gurau Jatra meniru suara Kahiyang yang terbata-bata.

Kahiyang menyipitkan matanya, kedua alis gadis itu juga bertaut dalam. Bagaimana bisa kakak sepupu jauhnya kini dapat berada di hadapannya ini? Tidak mungkin jika Jatra melayang dan secara ajaib dapat berada di hadapannya, bukan?

Jatra menahan tawa saat melihat wajah Kahiyang yang tampak sangat serius yang malah terlihat lucu dimatanya, dengan ekspresi gadis itu yang seperti tengah menyelesaikan sebuah soal ujian. Tangan Jatra mengambil tangan Kahiyang dan meletakkan sapu tangan yang sedari tadi dia pegang, ke tangan Kahiyang.

"Pfft- kenapa wajahmu tampak begitu serius? Apa kedatanganku sungguh sebuah misteri?" tanya Jatra penuh keheranan sembari masih menahan tawa.

"Tentu saja, Mas Jatra tidak pernah datang ke rumah ini jika tak ada acara penting. Lalu sekarang kenapa bisa ada disini?"

Pria itu terkekeh, menampilkan gigi rapih dan senyuman manis dengan kedua lesung pipinya yang tampak jelas. "Sepertinya kamu sudah tak sedih lagi sekarang, dan malah beralih kebingungan. Baguslah, setidaknya kamu berhenti menangis," ucap Jatra.

Jatra tersenyum simpul, lalu mengambil kembali sapu tangannya dari tangan Kahiyang dan mulai perlahan menyeka jejak-jejak air mata yang tercipta di wajah Kahiyang. Mengusap pipi gadis itu dengan penuh rasa kehati-hatian, perlahan bagai tak ingin melukai Kahiyang barang satu millimeter pun, memperlakukannya sehalus dia memperlakukan porselen yang rapuh.

"Nah, begini kan cantik. Tidak perlu kamu menangis, nanti cantiknya luntur dengan air mata," jelas Jatra menangkup wajah Kahiyang dengan kedua tangannya yang besar nan hangat.

"Mana mungkin kecantikanku luntur oleh air mata!" decak Kahiyang.

"Bisa, bisa saja! Mas Jatra pernah dengar kisah seorang wanita yang selalu menangis tersedu-sedu setiap hari, sampai suatu ketika wajahnya dipenuhi keriput karena kantung air matanya membengkak," ucap Jatra asal menciptakan satu buah cerita bohong.

"Benarkah? Kasihan sekali wanita itu."

"Iya, lalu tak lama kemudian dia meninggal karena terlalu banyak menangis. Kamu jangan banyak menangis lagi mulai sekarang, ya?"

"Mengerikan ... malang sekali nasibnya. Ah,  baiklah, aku tam mau berakhir mengenaskan seperti wanita itu, mulai sekarang aku akan menangis secukupnya saja," desah Kahiyang.

"Bagus bagus," balas Jatra menganggukkan kepalanya.

"Mas belum menjawab pertanyaanku, kenapa bisa ada disini?"

𝐒𝐮𝐫𝐚𝐭 𝐔𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐊𝐚𝐡𝐢𝐲𝐚𝐧𝐠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang