Seventeen

1.4K 194 28
                                    

Jongkyung berjalan kearah lobi rumah sakit. Ia memutuskan untuk pulang ke rumah menenangkan diri. Ia menahan gemetar ditangannya walaupun efek yang diberikan sudah terjadi beberapa waktu lalu. Entah Jongkyung harus bersyukur atau tidak, ia masih bisa tersadar walaupun berada disituasi seperti tadi.

Seseorang menghampiri Jongkyung. Jongkyung berhenti dan menoleh kearah orang itu.

"Silahkan ikuti saya" kata orang itu.

Jongkyung awalnya ragu mengikuti orang asing itu. Tapi sepertinya ia akan menemukan jawaban jika menemuinya. Jongkyung mengikutinya hingga sampai di atap rumah sakit. Orang itu membuka pintu menuju atap rumah sakit dan menyuruhnya untuk keluar. Jongkyung keluar dari pintu dan mendapati beberapa orang berjas hitam berbari membentuk sebuah jalan menuju seseorang yang duduk menghadapnya.

Jongkyung berjalan melewati para pria berjas itu dan berdiri beberapa meter dari orang itu. Orang itu adalah Ravi. Jongkyung yakin jika dia sudah pergi tapi sepertinya masih berada disini.

"Apa maumu?" tanya Jongkyung.

Ravi tersenyum miring dan duduk bersandar. Salah satu kakinya disilangkan dan saling menumpu.

"Kau berbeda dari saudaramu. Kau jauh lebih tenang dibanding dia. Sepertinya kepribadian aniki di bagi dua"

Ravi terkekeh pelan.

"Awalnya aku ingin mengajak saudaramu untuk ikut denganku karena ia lebih mirip aniki waktu muda, tapi sepertinya kau boleh juga. Kau jauh lebih pandai membaca situasi dan bersikap tenang"

Ravi menyentuh dagunya dengan jari telunjuk dan jempolnya sambil mengobservasi Jongkyung. Jongkyung hanya diam memperhatikan Ravi. Ia harus mencari tau niatan Ravi sebenarnya.

"Jika kau hanya bicara omong kosong aku akan pergi"

Ravi tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Jongkyung. Jongkyung berbalik membiarkan Ravi tertawa. Tapi langkahnya tertahan karena anak buah Ravi menutup jalannya.

"Aku sungguh ingin membawamu sekarang juga. Mengingat aku tak boleh membuat onar di Korea, aku akan melepaskanmu. Aku berharap suatu saat nanti, kau atau saudaramu datang kepadaku"

Ravi memberi kode agar anak buahnya memberi jalan. Jongkyung dengan tenang pergi dari sana. Ia tak perlu lagi menoleh. Ia harus menjauhkan kakaknya dari Ravi. Tak peduli jika Ravi kolega ayahnya dulu yang jelas akan berbahaya jika kakaknya berada dipihak Ravi. Sepertinya ayahnya juga tak menginginkan itu.

***

Jongkyung tiba di mansion dini hari. Beberapa penjaga mengawal Jongkyung hingga masuk kedalam mansion. Beberapa pelayan yang masih terjaga langsung menyapa Jongkyung saat melihatnya.

"Tak perlu siapkan apapun. Jangan ganggu"

Para pelayan itu mengangguk dan membiarkan Jongkyung untuk istirahat. Sesampainya di kamar, Jongkyung langsung melepaskan atasannya. Rasanya gerah dan dia butuh mandi.

Setelah menikmati mandinya, Jongkyung duduk diranjangnya sambil mengeringkan rambutnya. Ia mengecek ponselnya dan ada pesan dari Jung. Ia baca pesan dari Jung dan melemparkan ponselnya ke sembarang arah. Sebaiknya ia tidur malam ini. Tubuhnya sudah lelah dengan semua yang terjadi hari ini.

Keesokan harinya, Jongkyung terbangun karena suara ribut dari luar kamar. Jongkyung mengecek jam di nakas mejanya dan waktu masih menunjukkan pukul 6 pagi. Ia baru tertidur selama beberapa jam saja. Mengabaikan rasa kantuknya, Jongkyung bangun dan melihat apa yang sedang terjadi.

Jongkyung membuka pintu kamarnya dan mendengar para pelayan saling menjerit. Saat kakinya menjejakkan keluar kamarnya, tiba-tiba sebuah pisau berada didepan lehernya. Jongkyung berhenti dan melirik sebelah kanannya dimana seorang dengan masker dan topi menodongkan pisau kearahnya.

I DON'T NEED A DAD (SEASON 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang