Fokuskan fikiran, bernafaslah dengan perlahan danrasakan setiap energi alam yang mengalir di tubuhmu. Abaikanlah setiap sakitnya. Rasakan setiap kesejukan yang mengalir dalam tubuhmu. Teruslah tenang dan fokus, jangan biarkan lawan mempengaruhimu.
Ini sederhana, lawanku hanyalah prajurit biasa. Namun, pikiranku sedang kacau. Kaisar brengsek itu. Sampai kapan ia bersikap seperti ayam betina. Lokasi Lady Asyla sudah ditemukan. Harusnya ia mudah membawa kembali lady dari sana.
Aku bertanya tanya mengapa lama sekali ia menjemput Lady Asyla padahal seharusnya ia bisa melakukannya dengan mudah. Apalagi di sana ada Tuan Muda Aster. Konyol sekali jika ia tak bisa mengenali adiknya.
Sudah kuduga, sejak dulu ia tidak terlalu menyayangi Aster bahkan Viona, ibunya sekaligu kekasihku yang dirampas ayahnya. Dia hanya menjadikan istrinya sebagai boneka. Gadis secerdas dan selembut itu tak seharusnya terjebak di istana terkutuk ini. Mungkin saja Tuan Muda Aster tidak mau Lady Asyla terluka. Belum lagi anak haram itu ada di sini. Ia pasti akan membahayakan Lady Asyla.
Ayah dan anak sama saja. Si brengsek yang hanya tau cara punya anak dan berpidato indah pada rakyat miskin sementara itu diam diam menjadikan rakyatnya budak serta menjualnya pada negara lain. Menyedihkan sekali si bejad itu adalah tuan yang aku layani dengan penuh kesetiaan. Bahkan sampai mengikhlaskan kekasihku padanya.
"Hamel, kali ini kau keliatannya sedang tidak baik," ucap seseorang padaku.
Ia tersenyum sambil mengarahkan pedang kayunya padaku. Orang ini yakin sekali bisa mengalahkanku. Hanya karena aku jarang ikut terlibat dalam militer antar kerajaan sejak kehadiran Lady Asyla orang ini jadi meremehkanku.
"Ayo lawan aku" ucapnya dengan penuh percaya diri.
Dasar sombong. Dalam hitungan detik orang itu sudah dapat aku taklukan dengan mudah. Prajurit lemah pelindung kaisar payah. Menyedihkan.
Selesai latihan aku segera kembali ke kamarku. Di sana sudah ada Aes yang menunggu sambil meminum teh. Orang itu selalu saja.
"Yo, apa kabar mantan tunangan bibiku?"
"Apa yang kau lakukan di sini?"
"Tidak ada, aku hanya sedikit bosan dan juga rindu. Apa tidak bisakah kalian memilih berdamai. Maksudku padahal kita bisa saja membocor kebusukan orang itu dan 'dia' bisa kembali ke sini," ucapnya dengan raut wajah sedih.
Anak yang malang. Aku tau apa yang telah kau alami. Kau sangat merindukan dia tapi aku tak bisa melakukan itu. Keadilan bisa ditegakkan jika semua yang bertanggung jawab terhadap kematian Viona dibasmi. Viona memang menyayangi Antonio, tapi anak itu malah membunuh ibunya.
"Omong kosong apa itu? Melupakan, apa kau lupa siapa iblis yang telah membunuh ibumu kemudian menikahi bibimu, membuatmu terpisah dari ayahmu bahkan membantai habis seluruh keluargamu. Kau bahkan harus membuang nama aslimu dengan memakai nama palsu."
"Ya, aku tau tapi bukankah penjahatnya sudah mati. Bibi tidak akan suka jika kau menyakiti anaknya bahkan anak haram itu. Jangan lupakan bahwa anak itu hidup karena Bibi Viona memohon agar ia tidak digugurkan oleh ibunya"
"Aes, kau sama saja dengan Aster. Kalian terlalu lemah. Ayolah apa semua keluarga Delizart sebaik itu? Pantas saja kalian cepat tewas. Aku tak mempermasalahkan anak durhaka maupu anak haram itu. Akan tetapi para pemuja iblis itu masih hidup dan dunia ini masih belum layak dinikmati"
"Perdamaian sejati tidak pernah ada jika kau mencarinya. Perdamaian itu hanya ada dalam hati. Paman, dulu kau tak seperti itu"
"Aku yang dulu begitu naif dan bodoh sehingga mau saja tunanganku diambil oleh bajingan itu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Penulis & Dunia Novel [Tamat]
FantasyStatus : Tamat Up date: - Penyihir? Itu kata pertama yang aku dengar saat berada di dunia ini. Tanpa diizinkan mengucapkan sepatah katapun mereka langsung menyeretku ke suatu tempat yang tak asing bagiku. Tempat dengan rumah-rumah pohon. Rambut mere...